Tengkar (2)

Mulai dari awal
                                    

Tiba-tiba, Imelda berhenti mendadak dan membuat Brendan mengenai punggung Imelda.

"Sakit, woi!" protes Imelda. Nadanya mengecil.

"Lagian ngerem mendadak kek sopir angkot. Ada apaan si?" tanya Brendan kesal.

"Ssstt! Diem. Liat, tuh," Imelda menunjuk ke atas pohon yang lumayan jauh dari posisi mereka.

"I-Itu Arjuna, 'kan?"

"Udah aku bilang. Fang sama BoBoiBoy mana? Ying Yaya mana?"

"Kurasa itu, tuh. Mereka berlindung di balik tanah BoBoiBoy!"

*****

"Sampai bile kite macem ni, BoBoiBoy?" Fang semakin panik melihat tanah pelindung yang Tanah buat bergoyang karena anak panah saja.

Sementara Tanah sedang berusaha memperkokoh tanah pelindungnya sambil berpikir jernih. Saat ini, mereka berdua benar-benar terkepung oleh ratusan anak panah di luar sana. Sedikit saja tanah pelindung itu rusak, habislah mereka.

Tiba-tiba, tanah pelindung itu berhenti bergoyang. Mungkinkah sudah tiada lagi serangan anak panah Arjuna?

"Apesal kite tak diserang lagi?" -Fang.

"Entah...," Tanah memprediksi lokasi Arjuna lewat gerakan tanah. Masih ada memang, dan anehnya masih memanah. Tapi, kenapa tanah pelindungnya tidak diobrak-abrik lagi?

Tanah sedikit melubangi tanah pelindung itu dan melihat keadaan sekitar. Seketika, matanya membelakak, kaget bukan main. Ternyata gadis itu membuntutinya dan kini tengah melindungi mereka berdua dengan kuasanya!

"C-Cepat, BoBoiBoy!" suara lantang Imelda terdengar hingga ke telinga BoBoiBoy dan Fang.

"I-Itu macem suare Imelda!" Fang menerka.

"Dasar bandel," Tanah mengumpat sambil tersenyum.

BoBoiBoy Kuase Tige!

Tanah pelindung itu hancur berkeping-keping karena BoBoiBoy berpecah menjadi tiga. Lagi.

Imelda harus menggandakan shieldnya menjadi empat. Untuk tiga BoBoiBoy, dan satu Fang. Kekuatan empat shield itu tidak sekuat shield yang Imelda buat untuk lapisan di atas tanah pelindung tadi karena kekuatannya terpisah-pisah. Tapi mungkin itu akan sedikit membantu mereka melawan Arjuna.

"A-Apa?" Arjuna menghentikan aksi memanahnya dan melihat Imelda Brendan serta BoBoiBoy Fang secara bergantian.

"Apa ape? Hahaha!" Taufan bergelak. "Sudi keh gadis kau memihak kite?"

"Sudi. Asal dia ikut mati bersamamu," Arjuna bersiap untuk memanah lagi.

Halilintar tak tinggal diam. Dia menghampiri Arjuna dengan kuasa kilatnya. Berusaha menebas leher Arjuna dengan pedang halilintarnya. Sayang, Arjuna kini juga lihai mengelak.

"Ish. Tak boleh jadi ni. Tusukan jari bayang!" Fang beraksi lagi. Dua bayangan runcing yang baru dia keluarkan itu langsung menuju ke arah Arjuna yang sedang melawan Halilintar.

Sempat-sempatnya, Arjuna melompat dari ranting teratas. Sembari salto, Arjuna memanah dua bayangan runcing Fang dengan sangat cepat dan tepat!

"Mau sampai kapan kalian berlindung di shield tosca itu, ha?" mata Arjuna terpicing. "SERIBU ANAK PANAH!"

"Alamak!" Tanah sudah tiarap, diikuti oleh Fang. Namun, Taufan dan Halilintar yang berada di atas ranting belum dan kemungkinan akan terkena serangan Arjuna.

"Elak, oi!" teriak Brendan yang sedang di belakang Imelda.

Imelda tidak mau BoBoiBoy kenapa-napa. Apalagi sisi lain birunya itu. Imelda langsung memindahkan seluruh kekuatan shieldnya ke arah Taufan dan Halilintar.

TUNG!
ZEP.

"Ah!" Imelda menutup mulutnya.

Salah satu anak panah mengenai shield Halilintar dan terpantul ke sumbernya. Kini, sosok pemanah itu tertancap panahnya sendiri di bagian dada kiri. Imelda mengambil seluruh shieldnya lagi dan melangkah mendekati Arjuna.

BoBoiBoy bercantum kembali dan saling berpandangan dengan Brendan.

"A- Aku pembunuh...," Imelda merasakan moment pahit itu lagi di kepalanya.

Tak lama, Atok, Ochobot, Gopal, Yaya, dan Ying datang. Melihat kejadian itu, mereka hanya bisa terdiam. Membelalakkan mata. Menutup mulut.

Arjuna terkulai lemas di atas tanah. Tangan kanannya memegangi anak panah itu, seperti berusaha untuk mencabut. Matanya terpejam, namun anehnya... Imelda baru tersadar kalau Arjuna masih bernapas.

"Aku tak pasti die mati," Fang mendekati Arjuna. Lalu, mencabut paksa anak panah itu.

Fang terkejut melihat sepasang mata Arjuna yang tak lagi terpejam.

"Eh, kalian...," Arjuna berusaha berdiri. Lelaki itu menatap mata Imelda yang basah. Kemudian, mendekat. "Aku pengen bilang satu fakta ke kamu,"

"K-Kenapa, nih?" Imelda menghapus air matanya. "Apa?"

"... kamu adikku,"

*****

Surat Kecil dari Pulau Rintis (BoBoiBoy) ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang