Sungguh, jawaban Melvin tidak berfaedah sama sekali.

"Gue tarik balik deh pertanyaan gue," ucap Satria sambil mengusap-usap tengkuknya.

Melvin tidak menggubris, ia tetap berjalan menuju taman. Ia butuh ketenangan saat ini. Dengan menenteng sebuah buku di tangannya, ia mulai membaringkan badannya di bangku taman yang cukup panjang dan menutupi wajahnya dengan buku dari sinar matahari.

So I'm gonna love you like I'm gonna lose you

And I'm gonna hold you like I'm saying goodbye

Wherever we're standing

I won't take you for granted

'Cause we'll never know when, when we'll run out of time

Suara merdu disertai semilir angin membuat Melvin semakin merapatkan matanya menuju alam mimpi, ia seperti di nyanyikan sebelum tidur. Suara ini, sangat mirip dengan suara Vira, merdu dan sangat menenangkan. Melvin sampai enggan untuk membuka mata, ia harap itu benar-benar Vira, si gadis di masa lalunya.

So I'm gonna love you like I'm gonna lose you

I'm gonna love you like I'm gonna lose you

Melvin nyaris tertidur, tetapi setelah lagu selesai ia malah mendengar suara tepukan tangan di selingi suara tawa cewek dan cowok.

"Yey!" seru si Cewek sembari tepuk tangan.

"Mantap! Keren lo!" puji si Cowok.

"Iya dong, Elvina gitu loh," ucapnya sambil menepuk dadanya dengan gaya sombongnya.

"Idih!" Cowok itu mengacak rambut Elvina gemas melihat tingkah gadis itu.

"Astaga, Reno! Demi apapun lo kok jadi hobi banget ngacakin rambut gue sih?! Lo mau gue cukur rambut lo sampe botak licin biar kutu-kutu lo pada kepeleset di kepala lo?!" cibir Elvina kesal.

"Aww takutt!" Reno mengubah wajahnya menjadi takut dengan di buat-buat.

"Bodo ah, gu—Kak Melvin?!" Elvina terpekik kaget ketika menoleh ke belakang, ternyata di belakang kursi mereka ada Melvin yang sekarang sudah duduk dan bersedekap.

"Berisik. Ganggu orang tidur aja!" ketus Melvin.

"Tidur itu di kamar! Di sini bukan tempat tidur," ujar Reno tak kalah ketus.

"Suka-suka gue dong,"

"Yah kalau gitu suka-suka kita juga dong mau berisik kek apa kek!"

"Kok lo malah nyolot?!" Melvin mulai beranjak dari duduknya dan berdiri di depan Reno dengan tangan bersedekap di depan dada.

"Lah, lo deluan yang nyolot!" Reno ikut-ikutan berdiri berhadapan dengan Melvin dengan tangan yang ia masukkan di kantong celananya.

"Udah-udah ah! Jangan rebutin gue!" pekik Elvina dan berada di tengah-tengah mereka.

"Gak penting banget lo," ucap Melvin. Reno mendecih dan menarik tangan Elvina ke sebelahnya.

"Itu menurut lo, tapi menurut gue dia penting!" ujar Reno menatap tajam pada Melvin. Cowok itu menyeringai sembari tertawa sinis.

"Well, lo suka sama nih cewek? Ambil! Gue gak butuh," ucap Melvin, Elvina menelan ludahnya kasar. Perkataan Melvin sangat menusuk hatinya, bahkan mengingat perkataan Melvin yang semalam saja masih membuatnya sakit hati. Namun ia mencoba mengesampingkan rasa sakitnya dan mencoba tidak mengambil hati ucapan Melvin, walaupun itu sulit.

"Lo it—"

"Udah udah, kok jadi serius sih, Haha. Incess gak mau di rebutin gini, Haduh." Elvina memaksakan untuk tertawa, walaupun dalam hati kata-kata Melvin masih terngiang-ngiang dengan jelas.

Elvina mengeluarkan sebuah permen dari kantungnya dan meletakkan di telapak tangan Melvin. "Jangan merokok lagi, Kak," ucapnya saat mencium aroma rokok dari tubuh Melvin.

"Oh iya, jangan lupa makan ya," ujar Elvina pelan.

Reno menatap Elvina dengan kasihan, ia tahu di balik wajah ceria Elvina, tersimpan banyak luka yang selalu ia pendam sendirian. Walaupun Reno tidak tahu, luka apa yang ia rasakan.

Reno menggenggam tangan Elvina membuat cewek itu tersentak kaget, "ayo! kita harus latihan lagi," ucap Reno dingin sambil menarik pelan tangan Elvina. Cewek itu mencoba melepaskan namun Reno sedikit mengeratkan genggamannya. Akhirnya Elvina menyerah, membiarkan Reno membawanya pergi. Dan hal itu tidak luput dari penglihatan Melvin.

Melvin menatap tajam kepergian mereka, ia menendang kaki kursi taman seraya melemparkan permen pemberian Elvina ke sembarangan arah.

"ARGHHHHH!!!"

"Shit! Kenapa sih gue?!" Melvin mengacak rambutnya kesal. Ia tidak tahu mengapa ia sangat emosi saat ini, rasanya ia butuh pelampiasan. Melvin berjalan ke kantin belakang.

"Motor siapa yang lagi ada di belakang?" tanya Melvin dingin, tangannya terkepal kuat. Keempat temannya yang merasakan aura tak menyenangkan dari Melvin lantas heran.

"Motor gue," ucap Satria. Pasalnya cowok itu tadi pagi telat dan gerbang depan sekolah sudah di tutup, maka ia memakirkan keretanya di belakang sekolah yang terdapat rumah tua. Dan melompati pagar untuk masuk ke sekolah.

"Pinjem," ucap Melvin tanpa menghilangkan nada dingin di ucapannya. Satria merogoh sakunya dan melemparkan kunci motornya yang langsung di tangkap oleh Melvin.

"Lo mau kemana Vin?" tanya Satria. Melvin diam dan melemparkan kunci motornya kepada Satria.

"Ntar lo pulang pake motor gue," ujar Melvin dan segera pergi dari tempat itu.

"Kenapa doi?" tanya Galang heran.

"Kalah main lotre kali," celetuk Tito.

<><><><><>

Halo temak-temank!
Aku update lagi nih soalnya hape aku rusak huhu:' jadi ini make hape adek aku. Semoga suka ya gaiz.
Jangan lupa fhallaw akun wattpad aku sama vote and comment juga ya zheyeng, laf yu ol😘

MELVINATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang