Bab 7

2.3K 186 114
                                    

Bagaimana pun juga, So Eun dapat menebak dengan kasar apa yang akan terjadi, bila ia memutuskan untuk terlibat secara pasif; menjadi beban, atau target lawan. Pemandangan yang akan dilihatnya bukanlah sesuatu yang pantas; akan ada banyak kerusakan dan korban. Tentu ini bukan tontonan yang layak untuk seorang gadis bangsawan.

Samar-samar So Eun bisa merasakan senyuman di bibir Kim Bum saat pria itu berbalik untuk membimbingnya ke geladak.

"Aku pikir kau hanya setengah bergurau saat mengatakan bahwa aku boleh ikut." ujar So Eun kemudian.

Kim Bum tersenyum. "Apakah menurutmu akan ada gunanya jika aku mengatakan tidak?"

"Aku pikir itu tergantung pada situasi saat kau mengatakannya."

Sambil tersenyum Kim Bum berbalik untuk menatap So Eun dengan sorot senang. "Sejauh ini, situasi apa pun yang kita hadapi tidak pernah cukup untuk menarik kepatuhanmu, So Eun sayang. Kau selalu menentangku dengan lantang. Walaupun rasanya luar biasa, aku harap itu bukan satu-satunya keahlianmu."

"Apa maksudmu?"

"Segera, kau akan mengetahuinya." ujar Kim Bum sambil tersenyum.

Ketika mereka tiba di geladak, apa yang So Eun temukan adalah kapal yang hendak berperang; pedang-pedang terhunus menantang, dan kebengisan di mata para awak.

"Semoga beruntung, So Eun." ujar Kim Bum dengan lembut. Kilau matanya penuh misteri dan senyuman tertahan. Ia bahkan tidak terlihat ragu saat memberikan So Eun saran. "Dalam perang ini tidak diperkenankan sikap welas asih, pilihannya hanya membunuh atau dibunuh. Jadi tetaplah hidup. Karena aku tidak ingin kembali dengan melihat tubuh pelayanku tercincang." Kim Bum tersenyum, memberikan sebilah pedang kepada So Eun. Kemudian pergi tanpa mengatakan apa-apa lagi.

So Eun kebingungan. Apa benar semudah ini Kim Bum memberikannya izin untuk terlibat? Sepanjang ingatan So Eun, pria itu bahkan menghukum anak buahnya karena mengajak So Eun ke pulau Featherstone yang berbahaya dan dipenuhi perompak. Lantas mengapa Kim Bum sama sekali tidak mencegahnya kali ini? Bukankah situasi ini jauh lebih berbahaya dibanding menginjakkan kaki di pulau Featherstone? Apa sebenarnya rencana pria itu?

So Eun mengeratkan genggamannya pada pegangan pedang. "Terserah saja. Yang perlu kulakukan hanya tetap hidup dan bertemu kedua orangtuaku."

"So Eun!"

So Eun sama sekali tidak menyadari suara itu, sampai sosok pria tinggi tampan yang tidak ia harapkan, muncul di depannya. Ia memelototi So Eun dan bertanya dengan galak. "Apa yang kau lakukan di sini? Kembalilah ke kabinmu."

So Eun tahu pada akhirnya akan seperti ini. Meskipun Kim Bum mengizinkan, Zeev tentu tidak demikian. "Tidak kali ini."

"Apa?" Zeev menatap So Eun terkejut. Sambil menggelengkan kepala, dia berkata dengan serius. "Situasi kita saat ini sangat berbahaya. Kau tidak boleh melibatkan diri. Kembali ke kabinmu, dan jadilah Putri yang baik. Kau mengerti?"

Genggaman So Eun mengerat. Di matanya yang cokelat terlihat kebencian. "Aku bukan putri yang seperti itu!" Dia menekankan kalimat itu dengan perubahan tajam pada suaranya. "Aku tidak akan duduk diam sementara kalian bertarung dengan sungguh-sungguh di sini."

"Maafkan aku harus bicara seperti ini, namun kehadiranmu tidak akan membantu sama sekali."

Itu kan menurutmu! So Eun hampir meneriakkan kata-kata itu di depan wajah Zeev. Tetapi kenyataan bahwa dia tidak bisa mengungkapkannya membuatnya tertekan. Zeev telah menjadi seseorang yang berharga untuk So Eun. Karenanya, meskipun ingin, dia tidak bisa memaki Zeev seperti dia memaki Kim Bum.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jul 22, 2019 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Lord of The ShipWhere stories live. Discover now