Bab 3

1K 117 29
                                    

So Eun memelototkan matanya kepada Kim Bum; tapi tidak mengatakan apa pun, atau lebih tepatnya tidak tahu bagaimana meresponsnya一secara verbal.

Momen berlalu, dan mereka belum bicara sepatah kata pun. Kesunyian bertahan cukup lama. Akhirnya, Kim Bum berkata, "Aha."

"Artinya?"

"Aha adalah seruan, Manis. Tidak berarti apa-apa. Kau terlihat seperti mengharapkan suatu seruan, jadi aku melakukannya"一Kim Bum tersenyum一"tapi sepertinya aku salah menilai reaksimu. Maafkan aku."

So Eun tidak membiarkan amarahnya meledak hanya dengan mendengar kalimat konyol Kim Bum. Ia tidak peduli dan tidak ingin peduli dengan apa pun yang dikatakan pria itu. Senyum di mulut Kim Bum semakin melebar saat menatap mata So Eun yang berkilau. Telapak tangan Kim Bum terulur ke telapak tangan So Eun. Jari-jari Kim Bum terentang di atas jari-jarinya, menautkan dan menangkupkan telapak tangannya. Sebelum Kim Bum sempat menarik tangan So Eun, gadis itu telah lebih dulu menepis tangannya.

"Jauhkan tanganmu dariku!" tegur So Eun dengan tegas.

Kim Bum mengangkat bahu, matanya yang indah dipenuhi tawa. "Baiklah." respons Kim Bum dengan ceria. Sambil memberi isyarat tangan pada So Eun untuk mengikutinya, mulut Kim Bum yang eksotis menyunggingkan senyum geli. Kapten perompak itu berjalan di depannya bak pemandu andal.

Cahaya lembut dari lentera di sepanjang tepian kedai pedagang jatuh ke punggung Kim Bum, mempertegas garis dan lekuk tubuh pria itu. Diam-diam, So Eun memperhatikan Kim Bum dan menilainya dengan saksama. Sepertinya, Lucifer tidak selalu tampil dengan tanduk dan ekor, pikir So Eun dengan menyeringai.

•••

So Eun mengayunkan kantong-kantong belanjaan di tangannya一hampir-hampir melemparkannya kepada Kim Bum. Demi Tuhan, kalau pria itu ingin belanja, dia tidak perlu membawa So Eun bersamanya, dia bisa melakukannya sendiri. Kecuali, jika dia memang ingin memanfaatkan tenaga So Eun.

Kim Bum melirik So Eun dari balik bahunya. Seolah-olah memahami kekesalan So Eun, Kim Bum memberikan kata-kata penghiburan yang sama sekali tidak menghibur. "Anggap saja kita sedang berkencan."

So Eun menaikkan sebelah alisnya dengan sikap skeptis. "Kencan?" Kesan sinis dalam suara So Eun membuat sudut bibir Kim Bum terangkat sedikit. "Bahkan aku yang membawa barang-barangmu!"

Ada senyum tertahan di mulut Kim Bum, ketika pria itu berbalik menghadapnya. "Ya... itu memang tugasmu kan? Apa kau ingin kita bergandengan tangan untuk membuatnya tampak seperti kencan sungguhan?" ujar Kim Bum. Kilat humor di matanya memancing emosi So Eun. "Aku tidak keberatan melakukannya, sungguh."

"Tidak akan!" ujar So Eun, nada suara wanita itu terdengar defensif.

Mata Kim Bum berkilau pura-pura terkejut. "Ya ampun, So Eun, aku berusaha menjadi teman yang baik untukmu."

"Maksudmu bajak laut yang baik." Koreksi So Eun dengan ketus.

Dengan suara pelan, Kim Bum berkata, "So Eun, aku menawarkanmu pertemanan."

"Kau menawariku perbudakan."

"Yang aku janji akan kuakhiri."

"Jika," ujar So Eun, "aku mampu memenuhi tantanganmu."

"Oh, Gadisku sayang," kata Kim Bum dengan lembut. "dan kau belum memenuhinya, iya kan?"

"Aku pasti," ujar So Eun, "akan memenuhinya."

Mata gelap Kim Bum terlihat lembut, irisnya yang hitam menangkap cahaya dan terlihat berkilau. Senyuman menawan menyentuh bibir Kim Bum yang sensual. "Iya, iya. Semoga berhasil." kata Kim Bum dengan lebih lembut. "Tapi aku tidak yakin kau bisa melakukannya dalam waktu dekat ini; mengingat bagaimana caramu memegang pisau; aku agak ragu hal itu dapat terjadi sebelum kita tiba di Allora."

Lord of The ShipTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang