Bab 1

1.7K 133 42
                                    

Welfarend, sebuah kota di pulau bagian selatan Pefuko, terletak di negara Searalt yang dikaruniai hasil alam melimpah. Penduduk di pulau itu menggantungkan hidupnya dengan bercocok tanam atau menangkap ikan di laut.

Semuanya terasa damai, bahkan untuk Kim So Eun yang kini duduk di depan meja persegi, memandangi jejak terakhir musim dingin yang telah mengubah pohon linden berukuran besar menjadi awan kuning. Tidak seperti negara di belahan bumi lain, di negara So Eun, bulan desember merupakan awal musim semi. Hangat dan menyenangkan. Penuh dengan aroma bunga segar.

Kim So Eun adalah seorang gadis langsing, dengan tulang pipi lembut di wajah berbentuk oval, dan bulu mata yang hitam dan tebal. Matanya berwarna cokelat terang, dengan hidung yang mungil dan bibir merah muda tanpa polesan gincu. Ia merupakan gadis cantik paling diincar di Welfarend, selain karena kecantikannya, ia juga putri sang Walikota.

Sejak tadi mata cokelat So Eun yang cemerlang mengamati kupu-kupu kecil berwarna kuning yang melewati bahunya untuk berhenti di rumput, dekat dengan semak mawar putih dan tulip. Embusan angin yang lembut membawa aroma segar kedua tanaman cantik itu.

Dalam damai yang membius, Emma一pelayan pribadi So Eun一melangkah menghampiri So Eun dengan baki berisi secangkir teh dan sepiring kue.

"Selamat pagi, Nona." Emma menyapa dengan sudut mulut terangkat membentuk senyum. Kemudian meletakkan teh dan kue yang dibawanya ke atas meja.

So Eun tersenyum kemudian menyahut dengan suara riang. "Selamat pagi, Emma."

So Eun menggapai cangkir teh, menghirup aromanya yang menenangkan, dan meneguknya dengan perlahan.

Emma membungkuk, memosisikan wajah di depan telinga So Eun, kemudian berbisik. "Sepertinya, Nona, melupakan sesuatu."

So Eun mengangkat sebelah alisnya. "Apa yang aku lupakan?"

Emma menegakkan tubuhnya, dan mendekap baki yang ia bawa. "Nona lupa, hari ini Nona akan berlayar ke Allora dengan Kapal Laviola setengah jam lagi."

So Eun tersedak, teh menyembur dari mulutnya dengan tidak elit. Emma menatap nonanya, untung ia tidak berada di depan So Eun, jika tidak, semburan itu pasti mengenai pakaiannya. Nonanya itu memang terkadang berlebihan, begitu juga dengan reaksinya. Meski disaat tertentu juga terlihat lucu, tapi hal itu tak pantas dilakukan oleh wanita kalangan atas sepertinya.

"Ah iya," tanggap So Eun tanpa bisa menyembunyikan rasa keterkejutan dalam nada suaranya. "Mengapa kau tidak mengingatkanku?" So Eun berdiri menghadap Emma; menyipitkan matanya dengan pandangan menuduh pada gadis itu.

"Sudah kucoba," ujar Emma. "Tapi Nona menahanku, setiap kali aku ingin member tahukannya."

So Eun mengerjapkan matanya. "Benarkah?" Emma mengangguk, merespons keraguan dalam pertanyaan So Eun. "Kalau begitu, cepat siapkan koperku."

"Sudah saya siapkan, Nona."

So Eun memandang Emma lega. Kemudian mengambil dan memakai sarung tangan berendanya yang berada di atas meja. "Emma... tolong beri tahu James untuk menyiapkan kereta kuda dan menemuiku di depan. Jangan buang-buang waktu, dan membuatku menunggu."

Emma mengangguk dan segera pergi.

Ketika James datang, So Eun meminta kusir itu untuk segera membawanya ke pelabuhan. Dia tak boleh buang-buang waktu lagi. Jarak dari kediamannya ke pelabuhan cukup jauh.

So Eun duduk sambil menunduk di dalam kereta ketika pintu kereta itu tiba-tiba terbuka dan sosok Emma memasukkan koper ke dalam kereta.

"Kau tetap tinggal." ujar So Eun kepada Emma yang akan naik ke kereta, seusai meletakkan koper-kopernya.

Lord of The ShipUnde poveștirile trăiesc. Descoperă acum