KEPEDULIAN

60.2K 9.8K 1.6K
                                    

"Ha?" Pijar tidak terkejut, tapi ia sungguh tidak mengira Yudha yang nekat mencari masalah dengan Heksa. "Terus?"

"Ya....karena Andre terlanjur emosi, dia langsung dateng ke base campnya Yudha." Willy menghela napas panjang. "Cari mati aja tu si Andre. Dari kecil kalo ada yang macem-macem sama dia, ya Heksa yang pasang badan. Dan sebaliknya kalo Heksa lagi kena masalah, Andre yang cari jalan keluar tanpa baku hantam. Hehe."

Diam sejenak, Pijar menyunggingkan senyum.

Ternyata persahabatan Andre sama Heksa segitu kuatnya. Gue iri, jangankan sahabat, punya temen yang mau duduk di samping gue waktu di kelas aja udah bersykur.

"Ya jelaslah, Si Andre langsung bonyok gitu." Willy menggeleng-geleng heran. "Andre punya lemah jantung. Fisiknya juga nggak sebaja Heksa. Dan kalo hari ini dia nekat berantem, itu berarti karena dia nggak terima Heksa dipermaluin di depan murid satu sekolah."

Pijar mencoba mencerna makna tersirat dari kisah yang diceritakan Willy kepadanya. Ternyata Yudha yang jadi biang kerok. Tapi ia masih bertanya-tanya kenapa Yudha sampai hati melakukan hal seperti itu.

Memang ada masalah apa Yudha dengan Heksa?

"Yang bikin gue penasaran, Yudha dapet video itu dari mana?" Willy mengusap-usap dagunya, tampak berpikir. "Secara kan Heksa pingsan di rumah hantu. Dan gue baru tahu kalo ternyata lo kerja di sana. Tapi bukan lo kan yang ngerja -"

"Eh.... Ya jelas bukan lah." Pijar mengibas-ngibaskan tangannya. "Gue udah bikin perjanjian sama Heksa. Kalo gue bakal jaga mulut asal dia mau terima tawaran Bu Seli buat jadi partner gue di acara PENSI."

Niat Pijar ingin membela diri. Tapi ia tidak sadar sudah membuat pertikaian ketiga cogan itu semakin meradang.

Fokus Willy malah terbelah. Ia tampak sedikit terkejut, namun berusaha menanggapi ucapan Pijar dengan santai. Jadi Heksa ngibulin gue sama Andre? Katanya nggak bakal terima tawaran manggung kalao nggak bareng-bareng? Cihh, dasar tukang ngibul.

"Heksa akhirnya mau duet sama lo?" tanya Willy memastikan. "Sialan tu orang. Katanya setia kawan, nggak mau tampil kalo kita nggak sepaket."

Pijar menggeser tubuhnya mendekati Willy. "Lo tau kalo gue sama Heksa ada projek?"

"Ya taulah. Setelah diskusi sama Bu Seli, Heksa langsung cerita ke kita yang nunggu dia di luar ruang guru waktu itu. Dia bilangnya nggak bakal nerima tawaran Bu Seli." Willy ngoceh panjang lebar. "Kampret, nggak bisa dipercaya."

Setelah tahu jika diam-diam Heksa berkhianat dengan bandnya, respect Willy pada Heksa jadi hilang. Kesal bukan main. Ia dan Andre sudah sering berkorban untuk Heksa. Bahkan hari ini Andre nyaris mempertaruhkan nyawa hanya demi membela Heksa yang tidak tahu diri itu.

Kalau gue cerita ini ke Andre, bakal makin keruh masalah mereka.

"Yaudah, gue balik dulu, Jar," ucap Willy, menoleh ke sampingnya. Kosong. Sejak kapan ia bicara sendiri? Padahal jelas-jelas tadi Pijar masih berdiri dengan khusyuk mendengarnya bercerita. "Jar?" panggil Willy mulai merinding.

Lalu samar-samar, Willy mendengar suara deru motor dari kejauhan. Matanya menangkap sosok cewek yang baru saja melaju menjauhi area parkir.

Pijar kapan jalannya, coba?

Sementara itu di atas jok motor, Pijar memeras otak. 

Yudha...Yudha.. tadi dia masih di sana.

Tanpa pikir panjang, Pijar yang tidak terbiasa mengebut itu seketika menambah kecepatan laju motornya. Ia ingin segera sampai di sana untuk mencari jawaban. Mungkin dengan memecahkan kasus ini, ia bisa membuat hubungan ketiga sahabat itu menjadi lebih baik.

Happy Birth-die (SUDAH TAYANG SERIESNYA)Where stories live. Discover now