Ia takut hancur, untuk kedua kalinya.

.

.

Hinata terjaga dari tidurnya.

Mengapa ia terbangun dengan tiba-tiba?

Ia lalu merapatkan kembali selimutnya, dan mencoba untuk kembali tertidur. Samar-samar ia bisa mencium aroma tubuh Sasuke yang menempel di selimutnya.

Hinata lalu menghela nafas sambil kembali membuka matanya. Telapak tangannya lalu mengelus perutnya yang masih rata. Cepat atau lambat ia pasti akan hamil. Cepat atau lambat penerus Uchiha akan mengisi rahimnya.

Ia tahu itu.

Ia hanya merasa... belum siap.

Terkadang ia merasa peran yang dijalaninya saat ini adalah sebuah ilusi dan ketika terbangun ia akan masih menjadi Hinata Hyuuga yang tinggal di kediaman Hyuuga.

Namun semua ini memang nyata.

"Sampai kapan kau akan mengharapkannya?" Kata-kata yang diucapkan Sasuke berputar di kepalanya, seakan mencemoohnya.

Demi langit dan bumi Hinata berani bersumpah jika ia benar-benar tidak mengharapkan pemuda Uzumaki itu. Ia tidak sedikitpun berharap bisa bersanding dengan Naruto. Hinata sadar diri. Ia sudah sadar jika tidak mungkin bisa terjalin ikatan diantara mereka berdua. Ia juga sudah sadar jika Naruto tidak akan bisa mencintainya meski ia telah berusaha sekuat tenaga.

Jika pada akhirnya Naruto memilih bersama Sakura maka Hinata hanya mampu berdoa agar mereka berdua bisa bahagia. Hinata benar-benar telah mengikhlaskan Naruto untuk bersama gadis lain.

Terkadang mencintai artinya melepaskan.

.

.

Setelah mengantarkan klien ke tujuannya dengan selamat, kedua shinobi itu lalu bersiap untuk pulang kembali ke Konoha.

Atau seperti itulah rencananya.

Kenyataannya adalah Sasuke harus rela diseret paksa oleh Naruto untuk menemaninya membeli sesuatu yang akan diberikan pada Sakura saat kencannya lusa.

"Mengapa harus aku?" Tanya Sasuke dengan malas.

"Temeee... hanya kau yang bisa kumintai tolong saat ini." Kata Naruto sambil menyeret Sasuke menghindari kerumunan orang-orang yang tengah berbelanja. "Aku tidak tahu jika di kota ini pasar justru ramai saat malam." Gumam Naruto.

Tak lama kemudian mereka berhenti di depan salah satu kios yang menjual makanan manis.

"Bagaimana jika aku memberikan cokelat atau permen?" Tanya Naruto sambil mengamati deretan permen manis berbentuk buah strawberry.

"Aku tidak suka manis."

"Bukan untukmu! Ini untuk Sakura-chan!" Teriak Naruto dengan gusar.

"Terserah padamu."

"Kau benar-benar tidak berguna." Gumam Naruto.

Ujung mata Sasuke berkedut namun ia enggan berkomentar. Ia justru memilih melangkah pergi meninggalkan Naruto dan semua kekonyolannya.

"Oi! Kau mau kemana?!"

"Mencari makanan." Jawab Sasuke asal-asalan.

"Kebetulan sekali." Naruto lalu kembali menyeret Sasuke. "Aku tadi melihat kedai ramen disana."

"Aku tidak suka ramen."

"Hahaha... ramen memang yang terbaik!"

Apakah Kakashi akan marah jika hanya satu shinobi saja yang kembali pulang ke Konoha? Ingin sekali Sasuke menghempaskan Naruto hingga melayang ke langit.

Red String of FateOù les histoires vivent. Découvrez maintenant