Tadaima

24.1K 2.1K 468
                                        

Disclaimer : Naruto bukan milik saya

Don't like don't read

Warning : Bahasa tidak baku, EYD tidak sempurna, karakter OOC

.

.

Tadaima

.

.

Hari sudah mulai beranjak senja ketika Hinata memutuskan untuk memasak makan malam. Ia tahu Sasuke menghabiskan hari-harinya membantu tugas Hokage-sama dan baru pulang ketika hari mulai malam. Hinata tidak pernah bertanya pada Sasuke mengenai pekerjaannya dan Sasuke juga tidak bercerita pada Hinata.

Setelah makan malam sudah siap, Hinata lalu menunggu kepulangan Sasuke dengan menyulam. Mereka berdua selalu menghabiskan waktu sarapan dan makan malam bersama karena hanya waktu itulah mereka bisa bertemu dan saling bercakap-cakap diluar kamar.

Tangan Hinata dengan telaten mulai menyulam simbol Uchiha di pakaiannya. Bagaimanapun juga saat ini Hinata telah menjadi bagian dari klan Uchiha, sudah sepantasnya ia mengenakan simbol ini.

Naruto masih sangat mencintaiku. Aku yakin dia akan melakukan yang terbaik untukku.

Jari-jari Hinata membeku ketika perkataan Sakura siang tadi kembali terngiang di kepalanya. Bohong jika Hinata mengatakan bahwa ia tidak sakit hati mendengar itu, namun apa yang mampu ia lakukan? Jalan hidupnya dan Naruto telah berbeda, mereka tidak mungkin bisa bersama. Terlebih lagi saat ini Hinata telah bersuami, sudah menjadi kewajiban bagi seorang istri untuk mengabdikan jiwa raganya pada sang suami, tidak boleh ada perasaan pada pria lain dihatinya.

Hinata meletakkan telapak tangannya tepat di jantungnya. Meski begitu, hatinya masih enggan mendengarkan logikanya. Hatinya tidak mampu berbohong. Hinata menghela nafas berat. Kapan perasaan ini mampu pudar?

Tak lama kemudian Hinata merasakan aura chakra Sasuke di pintu depan. Suaminya sudah pulang.

Hinata lalu meletakkan sulamannya di kursi tamu, ia bangkit berdiri dan menyambut kepulangan Sasuke.

Sasuke sedikit mematung ketika menjumpai sosok Hinata berdiri menyambut kepulangannya.

Kedua mata mereka bertemu.

Mereka berdua hanya berdiri dan saling bertatapan. Entah berapa menit telah berlalu dalam diam.

"Tadaima." Bisik Sasuke perlahan.

"Okaeri." Balas Hinata tanpa mampu menghentikan senyum yang kini merekah di bibirnya.

.

.

Hinata dan Sasuke adalah dua orang yang pendiam. Setiap kali mereka berdua bersama, tidak banyak pembicaraan yang mengalir diantara mereka. Meski begitu terkadang kesunyian bukanlah sesuatu yang canggung dan membuat jenuh. Kesunyian terkadang bisa menjadi sesuatu yang menenangkan.

"Aku bisa merasakan detak jantungmu." Kata Sasuke sambil meletakkan telinganya tepat di jantung Hinata.

"Kau selalu mengatakan hal itu." Jawab Hinata perlahan. Jemarinya lalu membelai kulit punggung Sasuke dengan perlahan.

"Aku juga tidak mengerti mengapa aku selalu mengatakan itu." Bisik Sasuke.

Hinata memejamkan matanya. Dalam malam yang tenang ini ia bisa mendengar dengan jelas suara hembusan nafas Sasuke. Perlahan-lahan rasa kantuk mulai menghampirinya.

Red String of FateWhere stories live. Discover now