TUJUH (Bagian 2)

74 4 7
                                    

Beberapa waktu setelah itu Eric dan Allie mengundangnya untuk makan malam

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Beberapa waktu setelah itu Eric dan Allie mengundangnya untuk makan malam. Preston datang dengan sebotol anggur buatan lokal yang diterima Allie dengan gembira. Mereka ngobrol sejenak sebelum akhirnya beranjak ke meja makan. Ketiganya baru sampai di ruang tengah saat Preston melihat deretan foto-foto pernikahan yang tergantung di salah satu dindingnya. Yang menjadi pusatnya adalah foto Eric dan Allie dengan latar belakang padang rumput dan bunga liar di Aspen Meadow. Ia hampir berlalu ketika matanya terantuk raut seseorang diantara deretan wajah lain yang ikut muncul diantara foto-foto tersebut.

"Gadis ini, siapa namanya?" Preston menggunakan dagu untuk menunjuk gadis yang dimaksud.

"Oh, dia? Magali."

"Dia agak pendiam ya?"

"Tidak juga, kau akan menemukan dia itu seru sekali kalau sudah kenal."

"Tapi, yang kulihat tidak begitu."

"Tak acuh? Begitulah, aku tak heran kau berkata demikian. Tapi sebenarnya di balik sikap itu ia seorang yang baik, penyayang, selalu siap jika kau butuh pertolongan. Hm, pokoknya tipe teman yang menyenangkan. Semasa SMA dan kuliah banyak yang tertarik padanya, termasuk Eric juga," cerocos Allie tanpa diminta. Allie menoleh dan menggoda suaminya ,"Ya 'kan Rick?"

"Siapa? Aku?" Eric menunjuk hidungnya, lalu berkata tanpa dosa ,"Ah, tidak. Mana pernah?"

"Hm, masa sih? Yang dulu suka diam-diam mengirim puisi di awal-awal ia pindah ke Ashland itu siapa?"

"Ya, itu 'kan dulu. Sekarang hanya kamu." Eric mengerling disambut gelak tawa Allie.

"Oh, iya darimana aku cerita tadi?" Allie bertanya pada Preston.

"Banyak yang tertarik, termasuk Eric."

"Yah, begitulah. Dengan raut wajahnya sempurna, kulit coklat yang paling diinginkan kebanyakan perempuan, kurasa hanya pria bodoh lagi tolol yang tak suka. Tapi, Magali tak peduli. Dia sedingin es di puncak Alpen. Memang ada sih yang akhirnya berhasil menembus pertahanannya, namun tak bertahan lama. Semua tumbang seperti daun di musim gugur. Mereka bilang ia tak seperti gadis kebanyakan. Anti sentuhan!"

"Anti sentuhan?" Preston mengerutkan keningnya. "Anti sentuhan bagaimana?"

Penjelasan singkat Allie menjelaskan banyak hal. Preston memahami sekarang mengapa si gadis Highway 66 bersikap tak acuh padanya kala itu.

"Ngomong-ngomong kenapa kau terus bertanya soal Magali? Tertarik heh?" goda Eric.

Preston tertawa. "Kau mengada-ada."

Tentu saja ucapan Preston dusta belaka.

Berbekal informasi dari Allie, Preston mengatur agar ia bisa mendekati Magali tanpa kentara. Ia menjadi pengikut Magali di semua sosial media miliknya-facebook, twitter, instagram. Menyamar menjadi beberapa orang dengan karakter yang beda jauh dengan dirinya, sedikit banyak Preston jadi tahu soal Magali. Magali sedingin dan se-tak acuh yang dikatakan Allie pada pria yang menggodanya. Bahkan salah satu akun milik Preston diblokir Magali karena terang-terangan mengajaknya 'bersenang-senang'.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Apr 10, 2019 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

MAGALI Where stories live. Discover now