SATU (Bagian 2)

113 13 10
                                    


Malam berhujan saat Rick mendatangi Harry Stedman. Pemuda itu sedang asyik minum bersama kedua temannya, Tony Pilkington dan Joe Carson, di markas mereka. Sebuah bangunan yang sudah lama tidak digunakan dan dibiarkan berdiri merana. Di dalamnya hampir tak ada apa-apa selain sofa tua yang sudah reyot, kayu bekas gulungan kabel yang dijadikan meja, serta beberapa botol bekas minuman keras yang tergeletak sembarangan.

"Psst ...." Tony Pilkington mengayunkan dagunya ke arah pintu dimana Rick menyenderkan badan.

Harry yang duduk membelakangi pintu menaikkan sebelah alisnya penuh tanya. Minuman ringan yang sudah sampai di ujung bibirnya ia turunkan lalu menoleh ke arah yang ditunjukkan Tony.

"Mau apa kau kemari?" tanyanya tanpa tedeng aling-aling. "Bocah terkenal macam kau tak mungkin kemari tanpa alasan bukan?"

Harry menaikkan sudut bibirnya, sinis.

"Kau pintar," balas Rick seraya berjalan mendekat. "Tahu saja apa yang kupikirkan."

"Jadi apa maumu?" Harry tak ingin membuang waktu.

"Aku ingin menagih hutang."

Harry berdiri tegak dengan gaya menantang. "Apa katamu? Hutang?" Harry Stedman menatap Rick tajam. "Hutang apa?"

"Jangan pura-pura lupa, kawan. Apa kau tidak ingat waktu kau dikejar Dave Stanke beberapa waktu silam? Kau kan yang sembunyi sambil terkencing-kencing di jok belakang mobilku?"

Wajah Harry Stedman berubah dari sombong menjadi masam. Ia benci bila ada yang mengingatkan dengan peristiwa itu. Dulu ia dan Dave berkawan akrab. Mereka bahkan membentuk geng bersama. Kerap berbuat onar bersama sampai satu ketika Harry kedapatan mencuri ganja jualan Dave untuk dinikmati sendiri. Dave berang dan mengejar Harry sembari membawa senjata api di tangan. Harry berlari sebisa-bisanya menghindari Dave, ketika menemukan sebuah mobil yang terparkir di tepi jalan raya dengan jendela samping terbuka. Tanpa pikir panjang Harry masuk begitu saja. Sang pemilik yang baru menyadari ada penumpang gelap di jok belakang saat mobil tengah berjalan, langsung berang dan menyuruhnya turun. Orang itu adalah Rick Dawson.

Kalau saja ia tak sedang menghindari Dave, Harry pasti keluar sambil meludahi wajah Rick. Tetapi situasi saat itu tak memungkinkan. Di depan sana ia melihat mobil Dave datang. Celakalah ia kalau sampai Dave menemukannya saat itu juga!

Sambil merendahkan diri, Harry memohon-mohon agar Rick membiarkannya tetap di mobil dan menurunkannya satu blok lagi.

"Hei, apa balasannya kalau aku melakukan itu?"

"Aku akan melakukan apa saja untukmu."

Rick setuju dan berhenti dua blok lebih jauh dari yang diminta Harry Stedman. Pemuda itu misuh-misuh tak karuan.

Rick menagih janji Harry tiga bulan kemudian. Saat itu ia sedang membutuhkan seseorang untuk melakukan pekerjaan kotor untuknya. Menakut-nakuti Lance Fox yang ketahuan kerap jalan bareng dengan Ellen Goodman-gadis incarannya. Harry enggan dan bahkan mengelak. Itu bukan urusannya, demikian hematnya. Tetapi ia tak berkutik sewaktu Rick datang kembali sambil membawa seseorang bertubuh sebesar kulkas dua pintu. Sekarang saat Harry Stedman mengira hutang pada Rick sudah lunas, pemuda itu datang lagi sambil membawa tugas.

"Sialan, kalau aku menolak pasti ia menyuruh tukang pukulnya itu menghabisiku!" gerutunya dalam hati.

"Apa yang kau inginkan?" Harry mendengus sesaat kemudian.

"Aku ingin kau mengawasi dia. Laporkan padaku apa yang dilakukannya," Rick mengulurkan selembar foto pada Harry.

Harry menerimanya, diliriknya sejenak foto itu, lalu dimasukkan ke saku tanpa banyak bertanya.

MAGALI Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang