Bonus Chapter : 02

123 17 29
                                    

Rere tak kapok dengan kejadian kemarin yang baru saja ia ingat. Bahwa dirinya hampir saja bisa mati. Dan sekarang Rere kembali ke bukit itu.

Tetapi anehnya, Rere sekarang menemukan sisi bukit yang cantik. Hamparan padang bunga beserta rumput yang silih berdampingan.

Mata Rere menangkap salah seorang anak laki-laki yang sudah tak asing lagi dimatanya. Sedang duduk menekuk menatap langit dengan kosong.

"Nicko?" Sapa Rere yang membuat kaget Nicko oleh kehadiran nya.

"Hey, kenapa kamu kesini lagi?" Tanya Nicko yang lalu bangun dari duduknya.

"Aku belum sempat berterima kasih, bahkan aku pun belum mengenalkan diriku juga. Itu terlihat tak sopan." Jelas Rere yang lalu duduk.

Nicko yang melihatnya hanya menatap aneh.

"Terima kasih Nicko, aku Rere. Aku berhutang budi padamu" Lanjut Rere.

Nicko masih diam tidak menggubris, lalu Rere pun menoleh menyuruh Nicko duduk disebelahnya.

Nicko pun terkekeh, "Apa yang membawamu kesini kemarin?" Tanya Nicko.

"Aku sedang mengejar kupu-kupu. Kupu-kupu itu indah, sampai tak sadar membawaku ke bukit ini" Jawab Rere.

Nicko yang mendengarnya hanya mengangguk tidak bergeming lagi.

"Kamu ini pendiam ya Nicko? Kamu tinggal disekitar sini? Apa kamu sendirian?" Tanya Rere yang mungkin terlalu banyak bagi Nicko.

Nicko hanya mengangkat kedua alisnya sebagai jawaban, serta senyum tipisnya.

"Baiklah, kamu memang pendiam. Sebagai hutang budiku, aku akan terus bermain kesini. Aku tidak menerima penolakan."

Nicko yang mendengar perkataan Rere langsung terkejut.

"Jang–"

"Diam Nicko, sampai jumpa besok!" Potong Rere dengan tawa kecilnya lalu pergi pulang.

Semenjak hari itu Rere dan Nicko menjadi kawan. Yang kemudian hari-harinya terus diisi oleh kehadiran Rere yang senang bermain disana, walau sebelum nya Nicko selalu memarahinya untuk tidak datang lagi. Tetapi Rere tidak bisa menerima larangan itu.

Dan dimana hari kedekatan mereka berdua yang sudah seperti tak bisa dipisahkan, Nicko menceritakan semua kehidupan nya pada Rere.

"Rere akan ku beritahu kisah hidupku sekarang" Ucap Nicko yang sedang berbaring diatas padang rumput, begitupun Rere.

"Bagaimana?"

"Waktu itu aku masih sangat ingat sampai sekarang. Tanggal 1 Januari tepat hari Senin, tahun 1857. Ibuku membangunkan aku dengan tergesa-gesa. Ia bilang bahwa kami akan pergi berpiknik. Tetapi anehnya wajah ibu saat itu sangat menyedihkan, ia memakaikan bajuku sambil menangis, lalu memelukku erat-erat seperti hendak aku ini akan menghilang. Saat itu pikiranku sangat seperti anak kecil layak sekarang fisikku, aku tak mengerti apa-apa Rere. Aku hanya bisa melihat mungkin ibu bangga melihat putra nya ini tumbuh dengan sehat dan tampan. Ayah pun begitu, ekpresinya sama seperti Ibu. Aku hanya tersenyum manis, mengusap air mata kedua nya.

Sesampai nya dibukit ini, dan disinilah tempat kami berpiknik. Memakan hasil perbekalan, tertawa, dan bermain. Tiba-tiba Ibu dan Ayah membawaku jalan-jalan masuk ke dalam hutan. Dan hutan nya adalah tempat waktu itu aku menolong kamu, Rere. Disana tiba-tiba ada seorang mahluk yang begitu besar, seperti sudah menanti kedatangan kami sejak lama.

Lalu Ibu dengan tega menitipkan aku pada mahkluk besar itu, yang sebelum nya Ibuku itu berbicara maafkan dirinya begitu pula Ayahku. Aku tak mengerti Rere. Setelah itu Ibu dan Ayah pergi, yang katanya mereka lupa membawa sesuatu, dan akan kembali menjemputku kesini. Tetapi ternyata setelah itu mereka tak pernah kembali.

Kali pertamanya aku menyaksikan bahwa makhluk besar itu layaknya iblis, memakan anak kecil seusiaku. Dan aku sangat ketakutan sekali disitu, mencoba pergi tetapi tak bisa. Entah Tuhan masih menyayangiku atau aku sudah tak percaya Tuhan saat itu. Terdapat makhluk lain yang melarang si besar itu memakanku, membawaku pergi dan menyayangi aku layak orang tua baruku.

Seiring waktu, seiring aku bertumbuh biar fisikku ini masih seperti anak kecil. Pikiranku sudah mulai meluas, mahluk yang menyelamatkan aku itu yang sudahku sebut ibuku sendiri. Ia menceritakan yang terjadi padaku

Bahwa aku adalah anak yang ditumbalkan oleh orang tua nya, ditumbalkan demi kelarisan ekonominya, kemegahan hidup mereka. Aku tak mengira jika orang tuaku begitu jahat, aku benci mereka. Tetapi aku tak bisa begitu Rere. Aku hanya bisa membenci diriku sendiri, karena aku menyayangi Ibu dan Ayah.

Keinginan dibayar nyawa, dan sekarang untunglah aku masih bernafas dan terlepas dari tumbal. Tetapi aku ini tidak mati, tidak pula juga aku bisa dikatakan hidup. Aku ini tilem, atau orang biasa menyebutnya hyang Rere. Orang yang menghilang. Hanya itu pilihanku selamat dari tumbal, dan hanya orang-orang tertentu bisa melihatku. Aku bukan setan pun aku bukan iblis, aku hanya anak kecil bernasib miris."

ARAKATA • Cole Sprouse ✓Where stories live. Discover now