7

131 22 14
                                    

𝐂𝐨𝐦𝐦𝐨𝐧 𝐬𝐞𝐧𝐬𝐞 𝐬𝐚𝐲𝐬 𝐭𝐡𝐞 𝐠𝐢𝐫𝐥'𝐬 𝐧𝐨𝐭 𝐰𝐨𝐫𝐭𝐡 𝐦𝐲 𝐭𝐢𝐦𝐞.

Sore ini, Rere tengah asik belajar membuat flower crown. Sedangkan Nicko sedang memilih-milih bunga untuk dijadikan flower crown buatan Rere.

"Ini bunga daisy yang aku temui bersama gadis yang aku sukai" Seru Nicko menyodorkan keranjang kayu itu pada Rere.

"Cantik se–Nicko kamu sedang sakit?" Tanya Rere kala melihat wajah Nicko yang amat pucat.

"Sakit? Tidak. Aku sangat sehat. Lihat aku bisa berlari cepat ke pohon yang disana" Jawab Nicko langsung berlari ke arah pohon yang ia tunjuk.

Rere hanya tertawa kecil melihatnya.

"Mungkin gara-gara terpancar cahaya mahatari. Kan kulitku terlalu putih, tidak seperti kamu Rere" Ejek Nicko.

"Dasar kamu Nicko!" Ketus Rere, tidak benar-benar ketus. Hanya bercanda.

Nicko pun kembali menghampiri Rere.

"Bagaimana? Bisa?" Tanya Nicko melihat Rere yang berusaha menganyam flower crown-nya.

"Susah Nicko, aku sudah berusaha. Aku bosan" Jawab Rere pasrah meletakan flower crown-nya yang belum jadi itu.

"Haha, ya sudah lebih baik kita jalan-jalan dulu saja sebagai peregangan," Ajak Nicko yang diangguk cepat oleh Rere.

***

Nicko dan Rere berjalan menyusuri bukit, mulai dari ke padang bunga ke padang rumput, sungai, dan masuk ke hutan.

Ditengah hutan Rere makin bisa merasakan kekayaan bukit yang dimiliki kota nya ini. Rere menyebutnya 'Bukit cantik yang tak dijamah'. Karena faktanya semua yang disini masih tetap alami.

Saat Rere dan Nicko tengah asyik berjalan menyusuri hutan. Tiba-tiba saja ada sesuatu yang menarik Rere begitu kuat. Sehingga dirinya terbawa jauh dari jangkauan Nicko. Nicko yang tertegun langsung berlari menyusul Rere.

Rere bisa melihat siapa yang menariknya, seperti seorang monster buas. Bukan. Bukan monster. Entahlah. Mahluk apa ini, yang penting sama mengerikan nya seperti monster.

Rere hanya bisa berteriak hingga terdiam, ketika kepalanya membentur batu yang begitu keras. Dan saat disitulah penglihatan terakhirnya hanya bisa menangkap Nicko yang sedang beradu dengan monster, yang lalu..

Hitam gelap.

***

"Nicko?" Panggil Rere yang tersadar kini ia sudah berada ditempat semula–padang bunga. Tanpa rasa sakit dikepala.

Rere tak mendapati Nicko, Nicko entah kemana. Rere begitu panik ketika ia teringat peraduan tadi didalam hutan.

"Hey" Seru Nicko sangat mengagetkan Rere sekaligus lega.

"NICKO!" Teriak Rere kini bukan main-main.

Geram, kesal, khawatir, dan segala yang negatif tak terdefinisikan.

Nicko hanya tersenyum santai membalasnya, "Kenapa? Kamu tadi bermimpi?"

"Aku tidak bermimpi Nicko, yang tadi itu nyata!" Ketus Rere.

"Haha, itu bukan apa-apa Rere. Lihat dirimu tak ada yang terluka kan? Aku juga" Jelas Nicko yang masih bisa tertawa pikir Rere

"Nicko aku serius." Tegas Rere.

"Aku juga Rere," Balas Nicko.

"Sudah tak perlu dipikirkan dan dibahas, yang penting aku dan kamu masih baik-baik saja. Yang tadi bukan apa-apa Rere" Ujar Nicko yang amat sangat tenang, perlahan membawa semuanya kembali seperti semula.

"Nicko.." Panggil Rere.

"Iyaa?"

"Seperti nya memang kamu yang pandai membuat flower crown"

"Rere bodoh."

"Nicko kejam!"

"Haha! Sudahku bilang kamu tidak akan bisa Rere"

"BISA! LIHAT SAJA NANTI!" Tegas Rere yang disambut tawa Nicko.

ARAKATA • Cole Sprouse ✓Where stories live. Discover now