Nina Bobo dan Hari Pertama

Start from the beginning
                                    

Setelah semuanya beres, Imelda pergi mandi dan meminjam handuk BoBoiBoy tanpa izin. Kali ini, Imelda menguncir kuda rambutnya karena hari ini akan membereskan kamarnya dan mendaftarkan diri di sekolah pulau rintis sesuai janji BoBoiBoy.

Imelda melirik jam dinding. Tepat pukul 05.30 pagi. Imelda teringat sesuatu.

Bukannya di pesawat Tok Aba pernah cerita kalau dia buka kedai jam setengah 6 pagi? batin Imelda dan berusaha membangunkan BoBoiBoy.

"BoBoiBoy. Bangun! Udah waktunya siap-siap, nih," Imelda menepuk pipi BoBoiBoy berkali-kali. Tak ada jawaban. Malah, BoBoiBoy berganti posisi menjadi membelakangi Imelda.

"Ish," gerutunya dan langsung menghampiri Ochobot. "Ochobot. Ayo, bangun. Ini hari pertamaku!"

Tak ada jawaban juga.

Imelda teringat sesuatu lagi. Kata Ochobot, kekuatannya akan bertambah apabila dia memainkan musik. Tapi, 'kan, ... Semalam dia hanya bernyanyi? Lalu, mengapa semalam BoBoiBoy cepat sekali terlelapnya?

TOK TOK TOK
ASSALAMUALAIKUM! KAMI NAK BELI KOKO!

"Eh?" Imelda terkejut dan melihat tamu dari jendela. Tidak, bukan tamu. Itu beberapa pelanggan Tok Aba!

Imelda segera turun dan membuka pintu rumah.

"Wa-Wa'alaikumsalam," Imelda tersenyum malu. "A... Ada ape, ye, Incik-Incik?" sungguh dia merutuki dirinya sendiri kalau dia salah berbicara bahasa melayu.

Para pelanggan Tok Aba saling berpandangan dan mengucek matanya.

"Dey! Kau ni siape?"
"Ooo, tunangannye BoBoiBoy, kot,"
"BoBoiBoy masih sekolah lagi, lah!"
"Habis tu ape? Cucu baru?"

"Be-Bertenang, semue. Ade yang boleh saye bantu?" tanya Imelda. Semuanya terdiam.

"Begini, Cik Adik. Kite nih tiap-tiap pagi beli koko Tok Aba. Tapi pagi ni kedai Tok Aba tutup. Hayoyo, boleh bangkrut saya kalau macam ni!"

"Aduh, gimana, nih..." Imelda kebingungan sendiri. "T-Tok Abanye masih tidur. Kejap ye, saya bangunkan dulu," Imelda berlari ke kamar Tok Aba.

"Atok! Atooook!" Imelda mengetok pintu kamar Tok Aba berkali-kali. Dia ingin sekali membuka kamar Tok Aba, tapi itu perbuatan yang tidak sopan. Dia kebingungan sendiri.

"Sabor, semue!" terdengar satu teriakan yang tak asing di telinga Imelda. Imelda kembali ke pintu utama dan dilihat, benar. Sesuai dengan dugaannya. Gopal.

Gopal segera menghampiri Imelda.

"Dey, Mel. Ke mane Tok Aba, BoBoiBoy, dan Ochobot?" tanya Gopal.

"Aku gak ada waktu buat ngejelasin. Lebih baik kamu bantuin aku biar mereka gak demo begini," Imelda memandangi mereka semua.

"Hm..." Gopal berpikir dan masuk ke rumah Tok Aba. Gopal berlari ke arah garasi. Imelda mengikuti Gopal. Di sama, mereka menemukan sebuah motor dan di sampingnya terdapat sebuah benda bulat besar berwarna putih. "Ha! Tu die kedainye!"

"Ke-Kedai?" Imelda keheranan ketika Gopal menyentuh benda bulat besar itu. Dia segera mendekati Gopal.

"Ha-ah. Kau boleh mengendarai motor, tak?" tanya Gopal.

"Bisa, kok," jawab Imelda.

Gopal membuka pintu garasi dan duduk di jok belakang. "Tunggu ape lagi? Jom merajut bisnis Tok Aba!"

"Er...," Imelda sedikit ragu.

"Dey, apehal kau ni? Jomla!"

Imelda memandangi motor itu. Motornya memang terkesan tua. Namun, jika ditambah Gopal di belakangnya, apa motor itu masih dapat berfungsi? Tidak, Imelda tidak ada pilihan lain.

"Oke, deh. Ayo," Imelda menaiki motor dan menggeser standar. Gopal sedang memegang benda aneh itu. "Pegangan!"

BRM, BRM!

Jalan keluar garasi harus melewati pelangga-pelanggan itu dulu. Jadi, Imelda sedikit pelan-pelan.

"Jom! Kedai Koko ni nak buke!" seru Gopal.

Perhatian pelanggan-pelanggan itu tertarik oleh Gopal dan berlari mengikuti motor yang dikendarai oleh Imelda. Berkat arahan dari Gopal, mereka sampai di tempat di mana Tok Aba sering membuka kedainya. Dekat dari rumah dan tak begitu jauh dari pantai.

"Tekan tombol merah tu, Mel!" perintah Gopal. Imelda melihat tombol itu di samping tombol klakson dan memencetnya. Seketika, benda aneh itu menggelinding sendiri dan...

MEMBENTUK SEBUAH KEDAI. LENGKAP!

"Wah!" mulut Imelda tak bisa menutup. Matanya masih berbinar melihat semua itu.

"Hah, dah biase," Gopal tinggi hati dan menghampiri kedai itu. Tak lama, semua pelanggan itu berdatangan dan dilayani oleh Gopal.

Sekitar 15 menit sudah dilayani, Imelda duduk di kursi pinggir kedai. "Kamu, kok, tau cara bikinnya? Dikasih tau, ya, resepnya sama Tok Aba?"

"Aish. Jangan asal menuduh. Ini resepi aku sendiri tao!" jawaban Gopal membuat Imelda terkejut. "Ha? Kalau Tok Aba marah, gimana?"

"Don't worry," Gopal memakai kacamata hitamnya dan mencium beberapa lembar uang yang baru dia terima. "Dah jadi kaye lah aku ahahahaha!"

KRIK KRIK. KRIK KRIK.

"Terserah kamu aja, deh," Imelda menyerah.

"Hehehe," Gopal terkekeh. "Omong-omong, kenape dengan mereka bertiga tu? Ada masalah keh?"

"Ah...," Imelda menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

"Sebenarnya...,"

*****

Surat Kecil dari Pulau Rintis (BoBoiBoy) ✔️Where stories live. Discover now