6 : Menagih kerja

Start from the beginning
                                    

"Anak baru?" Wajah gadis kecil itu penuh tanya.

Orang tuanya tertawa, sedangkan Dhan hanya tersenyum geli. Ini kali pertama mereka kembali hangat setelah ia menentang keinginan kedua orang dewasa itu.

"Jangan ganggu mas, dia lagi jatuh cinta," ledek Nada.

"Apa sih, Bun."

"Terus, apa coba kalau bukan jatuh cinta?" Nada tertawa ketika yang bersangkutan berdecak tak nyaman.

"Jatuh cinta itu apa?" tanya Risya lagi.

"Ada pokoknya. Tetangga baru," jawab Kenan kemudian menggendong gadis kecil itu. "Udah jam sembilan, kita tidur sekarang."

"Oh ya, Dhan. Besok pergi bareng Bunda belanja, ya?"

Apalagi ini? Ia pikir penderitaannya berakhir saat ini. Namun, sepertinya tidak begitu.

"Bunda kalau belanja biasanya lama, aku nggak mau nunggu."

Nada berdecak. "Bunda ajakin kamu belanja buat keperluanmu ke kantor."

Dhan hanya bergumam, "Oh." Sedikit bersalah karena sudah berprasangka buruk.

"Pokoknya harus. Bunda nggak mau dengar penolakan."

Setelah itu Dhan hanya melihat punggung orang tuanya menjauh menuju tangga. Sendirian di ruang keluarga membuatnya memilih untuk ikut masuk kamar. Tidur lebih baik, besok aktivitasnya akan diisi dengan berbelanja.

Siapkan telinga, karena bundanya ini akan berubah menjadi cerewet ketika sedang berbelanja. Apalagi jika menyangkut dirinya.

----

Hari ini Dhan ikut sarapan, biasanya ia akan keluar dari kamar ketika rumah sudah sunyi. Namun, kali ini ia harus ikut menyantap makanan saat pagi bersama orang tua karena wanita yang melahirkannya terlampau bersemangat untuk aktivitas mereka berikutnya.

"Nanti kita pergi setelah antar Risya ke sekolah. Kamu kalau nggak mau nyetir bilang, biar Bunda bisa minta tolong Pak Kurni," ucap Nada setelah menyiapkan sarapan untuk anak dan suami.

"Nggak apa, Bun. Aku aja yang nyetir."

Bundanya tersenyum. "Bunda seneng kamu akhirnya mau iyain permintaan Bunda."

Maksud wanita itu adalah Dhan yang mengalah pada egonya. "Mau gimana lagi," ujarnya cuek.

"Yang penting ada Khanza, ya." Nada tersenyum geli.

"Bun," tegur Kenan.

Wanita itu malah tertawa. "Ingat waktu itu nggak, Yah?" Nada memulai topik pembicaraan pagi ini.

"Yang mana?"

"Waktu Dhan aku tipu soal Khanza."

"Bun." Nafsu makan Dhan langsung menghilang.

Nada tertawa, sedangkan Kenan menegur lewat lirikan. Pria itu mengerti perasaannya bahwa ia sekarang sangat malu jika mengingat hari itu, dan juga karena tipu muslihat bundanya maka terjadi jarak di antara ia dan Khanza.

"Jangan diketawain, Bun," tegur Kenan. "Dhan siap-siap sekarang, sebentar malam kita bicara di ruang kerja Ayah."

Jika ayahnya sudah berkata seperti itu, pasti ada sesuatu yang penting ingin disampaikan. "Bicara apa?" tanya Dhan.

"Soal tugasmu di kantor. Kayaknya malam ini kakek dan nenek bakalan datang," jawab Kenan.

Kemarin Dhan dengar dari bundanya, Ferdi dan Shinta meminta Kenan beserta keluarga pindah ke rumah mereka. Seperti kebanyakan orang tua, mereka pun ingin mengisi hari tua bersama anak dan cucu.

Mungkin mudah saja untuk pindah, tetapi sepertinya Kenan belum memutuskan hal itu. Lagi pula hal seperti ini tidak bisa diputuskan sendiri, anggota keluarga yang lain harus bersuara.

"Dhan mau tinggal sama kakek?" tawar Kenan.

Sebenarnya tidak masalah, tetapi ia pun ingin bersama bundanya. "Kenapa bukan kita semua yang pindah ke sana?"

"Jarak dari tempat kerja Bunda terlalu jauh," jawab Nada.

Terungkap, sekarang Dhan tahu siapa yang keberatan untuk mengikuti kemauan Ferdi dan Shinta. Namun, dari balik keegoisan bundanya, ia cukup kagum kepada ayahnya yang menuruti. Ia pikir selama ini hubungan mereka masih rekayasa, belum terlalu erat atau harmonis.

"Ayah nggak marah?" Satu pertanyaan yang ia keluarkan hanya untuk memastikan.

"Untuk?" Kenan balik bertanya.

"Keputusan bunda."

Nada mengerutkan kening. "Emangnya salah?"

"Kita bicarakan nanti, Ayah udah mau telat." Kenan menyela sembari berdiri, bersiap meninggalkan ruang makan.

Sebelum meninggalkan ruangan tersebut, ayah tersenyum kepadanya. Ia tahu pria itu sedang menjaga perasaan serta menghindari kesalahpahaman. Lebih tepatnya Kenan mengalah untuk Nada.

Entahlah, hari ini Dhan merasa semakin menghormati ayahnya.

VOTE
Klik Bintangnya, Kak.

Dear Kamu, Asisten Ayahku #3 (END) ✓Where stories live. Discover now