3 - Free Pass

7.7K 532 8
                                    

Jam menunjukkan pukul empat sore lewat. Masih menyibukkan diri dengan laporan yang harus diselesaikan hari ini karena memasuki akhir bulan.

Beberapa kali mendengar mbak Laras mengumpat. Liburan dua hari kedepan terancam batal karena rencana sebelumnya akan berangkat sore hari selepas pulang bekerja.

Aku hanya melirik sekilas dan tersenyum melihat tingkahnya.

Beberapa menit kemudian datang sebuah pesanan mekdi dalam jumlah besar, mungkin cukup untuk satu ruangan di staf accounting.

"break sebentar, kita makan dan istirahat dulu sampai jam lima" Pak Tama tiba tiba memberikan instruksi.

Sudah jelas ya siapa yang memesan semua paket makanan ini kan?

Mbak Laras yang uring uringan kini terlihat sumringah dengan menenteng sebuah burger ukuran jumbo ditangan kanan dan soft drink ditangan kiri.

"udah gak marah marah lagi nih Ras?" tanya Mas Eko, salah satu rekan satu staf. Usianya sama dengan mbak Laras namun ia sudah lebih dahulu bekerja disini.

"diem Lo" dengan nada naik satu oktaf

"tadi aja uda mirip macan betina yang siap siap nerkam" tambah Mas Eko kembali

"Gue aja takut Ko" seseorang diujung menambahi

"berisik banget sih" pungkas mbak Laras kemudian mereka terdiam

"Wil" panggil Ivan yang ternyata duduk disampingku sejak tadi

"Iya?"

"weekend ada acara kemana?" tanya Ivan dengan modus yang tercium dari nada katanya

"apa ya? Paling di rumah aja sih, mau beres beres mungkin"

"weekend masa di rumah aja sih? Ohya, tempat tinggal kamu dimana? Sekali kali mampir boleh kali ya..."

Tuh kan bener dugaanku.

Kalau sudah begini aku melirik mbak Laras dan beruntung ia sangat peka dalam situasi seperti ini.

Kebetulan kami sangat dekat sejak pertama kali bertemu, dan sedikit banyak mbak Laras mengetahui ceritaku. Termasuk tentang hubunganku dengan Mas Satya.

"Lo mau ngapain Van? Wilda udah ada calon. Bentar lagi sold out nunggu calonnya beres S2"  jelas mbak Laras dengan penuh ekspresi.

"masa sih Wil?" tanya Ivan tidak percaya

Kujawab dengan anggukan sembari tersenyum membenarkan.

"maaf ya" tolakku halus

"elah, yang nikah aja belum tentu langgeng. Gas terus van, sebelum janur kuning melengkung" Mas Eko, biangnya gosip mulai berkomentar kemudian mendapatkan delikan tajam olehku.

"ampun Wil, cantik cantik kok serem gitu" katanya dengan terkekeh

"sekedar jalan kan gak apa apa Wil?" Ivan masih kekeh

"Mbak Laras batal ke puncak kan?" tanyaku pada mbak Laras yang menikmati burgernya

"nih anak masih dibahas" katanya menurunkan nafsu makannya

"kalau gak jadi, nih Ivan ngajak jalan jalan" ajakku padanya

"good idea" fix, mbak Laras menjadi penyelamatku

"kok sama Laras?" Ivan terlihat tidak setuju

"kenapa emangnya?" tanyaku

Ivan tidak menjawab dan aku tersenyum penuh kemenangan.

🌷🌷🌷

Weekendku disini, disebuah Mall terbesar di Surabaya dengan mbak Laras, Ivan dan Si Biang gosip Mas Eko.

Bride Story [END - Sekuel Penggemar Rahasia] ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang