Prolog

461 48 5
                                        

Cowok berambut hitam legam menatap kosong ke arah gundukkan tanah merah yang ditutupi bunga-bunga baru dengan nanar, penuh penyesalan dan kehilangan. Ia mengelus batu nisan yang sudah tertulis nama orang yang dia cintai, Agatha. Ia menghela nafas untuk mencoba mengikhlaskan, tapi ia merasa tidak bisa. Ia merasa menyesal karena perkataan tajamnya. Ia juga merasa bersalah karena kejadian sebelum gadisnya pergi meninggalkannya.

"Cal, pulang yuk," ajak Mali Koa, kakak Calum itu merasa berduka juga melihat kekasih adiknya sudah mendahuluinya. Semua penyelawat yang datang sudah balik ke tempatnya masing-masing dan hanya tersisa Calum dan Mali.

Calum tidak menjawab, dia hanya menggeleng lemah dengan tatapan kosong. Ia masih ingin disini, menunggu mukjizat kekasihnya bisa kembali ke dunia ini lagi dan memulai hubungannya kembali walaupun itu tidak akan mungkin terjadi.

Mali menghela nafas pasrah, "yaudah, kalo lo masih mau disini, gue tunggu di depan gerbang pemakaman ya."

Calum masih tak berkutik karena masih sibuk dengan dunianya. "Jangan terlalu larut dalam kesedihan, lo pasti bisa lewatin ini semua. Gue tau Tuhan cuma ngasih lo ujian pasti ada maksud baik buat lo, Cal," jelas Mali menyemangati adiknya tersebut, tak lama kemudian Mali berlalu dan ia hanya bisa berdoa semoga adiknya bisa melupakan kekasihnya yang sudah pergi, walaupun itu sulit.

***

Calum berdiri di depan balkon rumahnya sambil menyesap sebatang rokok yang sudah lama tidak ia rasakan semenjak berpacaran dengan Agatha. Karena perempuan itu sangat tidak suka melihat Calum merokok ataupun mabuk-mabukkan, karena bisa merusak tubuh Calum.

Tapi saat Calum sudah kehilangan gadis itu, ia kembali merokok. Ia berharap dengan berperilaku seperti ini, Agatha menghampirinya dan kembali disampingnya, walaupun itu tidak mungkin terjadi.

Calum menghembuskan asap putihnya yang berada tersimpan di dalam bibir tebalnya itu, ia melihat asap putih tersebut tiba-tiba menjadi bayangan wajah Agatha, ia cepat-cepat menggelengkan kepalanya, sialan itu hanya ilusinya saja.

Cowok itu menatap arah jarum jam tangannya. Sudah pukul 11 tapi ia masih belum bisa tidur. Ah sial, efek kehilangan seseorang memang seperti ini rasanya.

Ia membuka ponselnya, menatap banyak notifikasi yang rata-rata mengucap duka cita atas hilangnya orang yang ia cintai. Calum berdecih, ia kesal melihat orang-orang yang rata-rata cewek yang mengucapkan duka citanya, karena ia tau kalau mereka yang mengucapkannya itu ada maksud tersendiri untuk mencari perhatian agar bisa dibalas dari Calum.

Namun, ada satu notifikasi yang berbeda yaitu dari wakil kelas di kelasnya.

Antena tv : pak ketua kelas yang terhormat, jangan lupa besok bawa buku absen yang ketinggalan di tas lo itu
Antena tv : besok ga bawa, jangan harap alis lebat lo utuh

Calum mendengus kesal melihat isi chat yang berbeda dari yang lain, Athena. Apa cewek itu tidak tau kalau Calum sedang berduka cita?

Calum Hood : bsk gue mau bolos

Setelah membalas pesan tersebut, ia menuju ke kasurnya, mengistirahatkan tubuhnya yang sedari tadi belum ia istirahatkan. Tak lama Calum menutup kelopak matanya perlahan.

***

a/n: gimana?

asli gue ga pede publish cerita ini sjjdnnkz padahal udh selesai tinggal di publish doang

vomments ???

Gengsi • cthWhere stories live. Discover now