Part.1; Awal Semuanya

4.4K 38 7
                                    

Nalasya Aurorra Hava atau yang biasa dipanggil Lasya, anak dari seorang pengusaha kaya Harris Hava. Lasya yang memiliki kegemaran bernyanyi ingin sekali kuliah dengan jurusan seni musik.

Sejak kecil, ia memang memiliki cita - cita menjadi penyanyi. Sudah banyak perlombaan yang ia ikuti dan selalu masuk dalam tiga besar.

Saat ini Lasya sedang menyanyikan Let's See What The Night Can Do by Jason Mraz dengan diiringu gitar kesayangannya. Dengan pengahayatan yang pas dan suara yang sangat enak untuk di dengar.

Tok...Tok...

Seorang wanita cantik muncul dengan senyum yang manis.

"Ayo makan malam Lasya. Apa kau tidak lapar? Lepaskan gitarmu itu." Ajaknya.

"Astaga, Lisya. Kau mengganggu sekali. Baiklah, aku akan segera turun." Balas Lasya.

Lisya atau Nalisya Aurorra Hava kakak kandung Lasya. Perbedaan umur mereka terpaut jarak dua tahun, sehingga mereka cukup dekat.

Berbeda dengan Lasya, Lisya lebih pintar daam bidang pelajaran umum. Hal itu membuat Harris lebih perhatian pada Lisya. Walaupun seperti itu, Lasya berusaha untuk tidak iri dengan Lisya.

Semua sudah siap untuk menikmati makan malam yang dimasak oleh Eva--Ibu Lasya.

Harris terlihat sangat banyak pikiran. Ia terus melihat tabletnya itu.

"Ada apa Pa?" Tanya Lasya penasaran.

"Bukan urusanmu." Jawab Harris seadanya.

"Baiklah." Balas Lasya.

"Lisya, kau harus makan yang banyak. Bukankah besok kau harus berangkat kuliah pagi? Cepat selesaikan makan malammu dan istirahat." Ucap Harris.

...

Pagi hari tiba, Lasya yang seorang pengangguran karena belum mencari Universitas mana yang ingin ia masuki masih tertidur pulas di kasur kebesarannya itu.

Eva memasuki kamar putri nya itu dan membuka gorden di jendela kamar Lasya.

"Lasya, ayo bangun. Kau tidak boleh meninggalkan sarapan."

Lasya membuka matanya dan sedikit menyipit karena sinar matahari yang masuk.

"Kau segera ke meja makan." Ucap Eva lagi dan meninggalkan Lasya.

Lasya keluar kamarnya dan menuju meja makan dengan malas. Di ruang makan, Lasya langsung duduk di samping Lisya yang memberikan senyuman hangat.

"Kenapa kau lama sekali?" Tanya Lisya.

Lasya hanya mengangkat bahunya.

"Pa, Ma, aku harus berangkat." Lisya bangkit dari duduknya sehabis pamit menuju kampusnya.

"Lasya." Panggil Harris setelah Lisya pergi.

Lasya yang sedang mengoleskan selai kacang ke rotinya mdngalihkan pandangannya kepada Harris.

"Kau harus menikah, Lasya." Ucap Harris bulat.

Lasya terkejut mendengar pernyataan ayahnya itu. Ia harus menikah? Bahkan usianya baru delapan belas tahun. Tahun ini ia baru lulus Sekolah Menengah Atas.

"Apa maksud Papa? Aku belum siap menikah, bahkan umurku masih delapan belas tahun. Aku baru saja lulus SMA dan aku ingin kuliah." Tolak Lasya.

"Ini demi keluarga kita, Nak." Balas Harris.

...

LASYA'S POV

Kenapa secara tiba - tiba aku harus menikah? Apa yang ada di pikiran Papa?

"Aku menolak, Pa." Aku tetap pada jawabanku.

"Kau tidak boleh menolak Lasya!" Jawab Papa yang menaikkan suaranya. Itu membuatku takut.

"Kenapa harus aku? Bukankah Lisya lebih tua dibandingkan denganku? Kenapa kau tidak menjodohkan Lisya saja!" Aku tidak bisa menahan amarahku. Seharusnya Papa tahu dan mengerti tentang cita - citaku.

"Karena Lisya sibuk dengan kuliahnya. Sedangkan kau hanya menganggur dan sibuk menyanyi yang tidak berguna itu." Jawab Papa yang semakin membuatku kecewa.

Kenapa ia harus menghina hobiku? Apa yang salah dengan menyanyi? Aku juga tidak ada niat untuk tidak kuliah. Aku sedang mencarinya.

Air mataku berhasil meluncur bebas di pipiku. Aku sadar selama ini Papa memang agak pilih kasih, tapi ini sudah keterlaluan.

Aku bangkit dari meja makan dan berlari ke kamarku. Aku menangis sejadi - jadinya.

Apa yang harus kulakukan?

Aku terus bertanya pada diriku sendiri. Ini benar - benar tidak adil.

Karena terlalu banyak menangis, aku kelah dan tertidur. Saat terbangun kembali ternyata sudah pukul sebelas siang.

Tiba - tiba, aku mendapatkan rencana. Aku harus kabur dari rumah.

...

Lasya keluar rumah dengan membawa gitar, ponsel dan dompetnya yang berisi credit card dari Harris. Kalau Harris tau Lasya kabur, ada kemungkinan Harris akan memblokir credit card-nya itu. Akhirnya, Lasya memutuskan untuk ke toko perhiasan dan membeli emas.

Setelah membeli emas seharga sebelas juta rupiah, Lasya membuang credit card-nya itu. Ia berjalan sejauh mungkin dari rumah, tanpa membawa uang cash. Yang ada di pegangannya hanya emas yang akan dia jual untuk kehidupannya ke depan.

Lasya mendatangi toko emas untuk menjual emasnya itu dan laku hanya sepuluh juta rupiah saja. Tapi, Lasya bisa apa?

Lasya pergi ke Mall untuk membeli baju karena ia tidak membawa baju agar mereka yang di rumah menyangka kalau ia kabur.

Lasya gila - gilaan belanja dan menghabiskan tiga juta. Sekarang uangnya tersisa tujuh juta rupiah, Lasya memutuskan untuk makan di restoran berkelas di sana.

Mungkin dia tahu hidupnya akan berantakan, tapi Lasya akan memikirkannya nanti. Sekarang ia hanya perlu menikmatinya. Semua akan terasa mudah bukan kalau dinikmati.

...

Tbc.

WIN - WIN SOLUTIONWhere stories live. Discover now