"Tapi, ibu dan kakak aku di sana," tuturnya sembari menunjuk dua gundukan tanah yang terpaut jauh dari posisi mereka saat ini.

"Kamu kok nggak nangis?"

"Aku 'kan anak laki-laki."

"Jadi, kamu nggak nangis?"

"Nangis, tapi diem-diem." Celetuknya.

Bocah perempuan itu menarik sudut bibirnya ke atas, "kamu lucu."

"Tapi aku bukan badut, emang boleh lucu?" tanyanya yang kembali membahas perkara badut.

Bocah perempuan itu mengangguk antusias. "Boleh."

Lelaki kecil itu pun tersenyum sumringah. Kemudian, manik matanya melihat sekitar. "Kamu ke sini sendirian?"

Gadis itu mengangguk, "rumah aku deket."

"Kalo ayah kamu yang 'tidur' di sini, terus bunda kamu mana?"

Mendengar pertanyaan itu, bocah mungil tersebut pun menunduk. Perlahan air matanya kembali turun. "Bun... bunda tidur di rumah sakit."

Merasa bersalah, bocah lelaki itu mendekat lalu mengusap-usap puncak kepala gadis yang masih menunduk. "Jangan nangis. Bunda kamu pasti sembuh. Tadi malam, bunda aku datang ke mimpi aku. Dia bilang jangan banyak nangis, nanti air matanya habis. Terus, kalo kamu pengin nangis, air matanya udah kosong. Nanti kamu nggak bisa nangis lagi deh."

Bocah itu mendongak, "berarti aku harus nangis lagi?"

"Harus."

"Kok gitu?"

"Aku pengin buat kamu nangis." Kelakar si bocah lelaki itu.

"Berarti kamu bukan anak lucu, tapi anak nakal." Sungutnya.

Kontan lelaki mungil itu menggaruk tengkuknya kikuk. Lalu, seakan teringat sesuatu, ia dengan cepat merogoh saku celananya.

"Nih buat kamu."

"Ini apa?"

"Ssuutt, ini permen jahe Omah, aku ngambil diam-diam. Jangan bilang siapa-siapa, yah." Tuturnya.

Gadis itu mengangguk-- menuruti ucapan sang lawan bicara. "Kamu nggak makan?"

"Aku nggak suka permen jahe."

"Kok kamu ngambil permen ini dari Omah kamu?"

"Omah, bunda dan kakakku suka permen jahe." Jawab bocah itu tak nyambung.

"Terus?"

"Mereka perempuan."

"Terus?"

"Kamu perempuan?"

"Terus?"

"Kalian sama-sama perempuan."

"Terus?"

"Berarti kamu bakal suka permen jahe. Perempuan suka permen jahe, laki-laki nggak suka." Persepsi bocah lelaki itu. Pernyataannya barusan bahkan sama sekali tak menggenapi pertanyaan si gadis dihadapannya.

Seakan puas dengan jawaban yang di dapat, gadis itu mengangguk-anggukan kepalanya. Dibukanya permen dengan ukuran kecil itu, kemudian ia memakannya di hadapan si pemberi.

"Terima kasih." Ucap si bocah perempuan.

Lelaki pendek itu mengangguk. "Enak?"

"Enak." Balasnya dengan antusias.

NATA [Selesai]✓Where stories live. Discover now