24 (TAMAT)

5.9K 476 153
                                    

.
.
.
Typo is my style
.
.
.


Sooyoung menatap pantulan dirinya pada cermin yang berada tepat di depannya. Senyuman tak bisa ia tahan agar tidak mengembang, sungguh ia bahagia saat ini.

Surai hitamnya kini tersangkut elegan di kepalanya, gaun putih sederhana menyelimuti tubuh idealnya. Sangat sempurna.

"Hey! Calon pengantin!" Sooyoung menoleh, perhatiannya dari cermin harus berakhir kala Chanyeol memanggil namanya dan memasuki ruangan khusus pengantin wanita.

"Kau gugup?" pertanyaan yang tak perlu dijawab lagi, menurut Sooyoung.

"Tentu saja aku gugup" jawaban Sooyoung mengundang kekehan dari Chanyeol. Tangannya terangkat mengelus surai Sooyoung pelan. Teramat pelan karena ia takut rambut adiknya itu akan rusak jika ia elus dengan kuat.

"Ini pernikahan keduamu, kenapa masih gugup?" Sooyoung sudah pernah menikah sebelumnya. Chanyeol tak habis pikir kenapa adiknya bisa gugup lagi padahal ia sudah pernah merasakannya.

Jika ia harus menikah untuk kedua kalinya, mungkin Chanyeol tak akan gugup lagi. Tapi, ia tak ingin menikah lagi. Cukup sekali ia menikah dengan Wendy.

"Tetap saja ini hari pernikahanku. Terlepas aku sudah pernah menikah sebelumnya, aku tak bisa jika harus tidak gugup lagi" Sooyoung menatap garang pada Chanyeol. Kata-kata Chanyeol itu sungguh mengejek dirinya.

Tak peduli ini menjadi pernikahan ke dua Sooyoung, entah itu untuk ke tiga bahkan ke seratus kalinya, Sooyoung yakin ia tetap akan gugup di hari yang begitu sakral ini.

Melihat adiknya yang tampak sangat gugup dam khawatir, membuat Chanyeol berinisiatif menarik tubuh Sooyoung ke dalam pelukannya.

Ahh, Chanyeol begitu merindukan pelukan Sooyoung. Sudah sangat lama sekali ia tak pernah memeluk Sooyoung seperti ini.

"Kau tak perlu gugup, ada aku disini yang memegang tanganmu" bisikan Chanyeol sedikit membuat kegugupan Sooyoung berkurang. Hatinya sedikit tenang, Chanyeol memang sangat handal untuk menenangkan dirinya. Sama seperti mendiang Ayahnya.

"Chanyeol?"

"Ya?"

"Aku mengambil keputusan yang tepat 'kan?" Sooyoung bertanya dengan keadaan yang masih memeluk Chanyeol. Ia menyandarkan kepalanya dengan nyaman di dada bidang milik Chanyeol, bertanya pasa sang kakak apakah langkah yang ia ambil ini adalah tepat atau tidak.

Karena jujur, terselip keraguan di benak Sooyoung.

Bukan karena apa, ia hanya takut kejadian di masa lalu kembali terulang.

"Bukankah kau sudah memikirkannya dengan sangat baik?" Chanyeol melepaskan pelukannya. Lalu menatap Sooyoung tepat pada iris hazel milik Sooyoung.

Anggukan kepala sebagai jawaban atas pertanyaan yang Chanyeol lontarkan pada dirinya. Benar, Sooyoung sudah memikirkannya dengan sangat baik. Tidak ada keraguan di hari-hari yang lalu, tetapi entah kenapa terselip sebuah keraguan di benaknya ketika pernikahan keduanya bahkan ajan dilangsungkan satu jam lagi.

"Aku hanya takut langkah yang ku ambil ini salah, Yeol. Kau tau, aku tidak akan bisa lari lagi setelah ini" Sooyoung sama sekali tak berani menatap iris elang Chanyeol. Ia lebih memilih menjatuhkan pandangannya pada ujung sepatu hitam Chanyeol di bawah sana.

"Park Sooyoung. Kau tau 'kan apa gunaku, Jimin dan Jihoon? Sekalipun aku dan Jimin bahkan Jihoon nantinya memiliki keluarga sendiri, kau tetaplah menjadi Princess kami" kata-kata Chanyeol barusan, Sooyoung begitu terharu.

Iris hazel miliknya mulai berkaca-kaca. Ia salah telah berpikir bahwa ia hanya sendirian, hanya punya Taeoh yang mampu menguatkan dirinya. Sooyoung salah besar, pemikirannya tentang itu benar-benar harus di musnahkan. Sooyoung punya Chanyeol, Jimin, dan Jihoon kapanpun ia membutuhkan mereka.

Anemone [Completed]Where stories live. Discover now