Dua

77.4K 5.2K 398
                                    


Tae menyedot minumannya sambil matanya memperhatikan ke sekeliling. Cafe abang pertamanya ini sangat-sangat ramai pengunjung. Mulai dari yang tua hingga yang paling muda sangat senang berkumpul disini. Apalagi anak muda sepertinya ini. Lihat saja sebagian isi dari pengunjung disini memakai seragam atau baju bebas sambil memegang laptop dan setumpuk kertas yang terlihat mengerikan. Memang cafee abangnya ini cukup terkenal di daerah Jakarta seperti ini. Selain tempatnya strategis, desain Cafenya yang kalau kata anak zaman now instagramable, dan harga terjangkaunya membuat cafe ini makin banyak saja penggemarnya.

Berbeda dengan para pelayan yang bulak-balik mengantarkan pesanan, Tae seakan nampak begitu damai ditempatnya walaupun dia melihat abang tertuanya tengah sibuk membuat apapun itu yang tidak pernah dia ketahui.

Jeykey dan Jimin terlihat begitu sibuk membantu abangnya itu. JHope sendiri keberadaannya tersamarkan hingga Tae tidak tau dimana kuda itu.

Berbeda sekali dengan dirinya yang justru tengah bersantai sambil menikmati pemandangan yang sejujurnya membuat pusing. Tapi entah melihat saudaranya sendiri yang pusing menciptakan sensasi aneh yang membuatnya puas bukannya iba.

Yah, tipikal kau susah ku bahagia.

Tae mengernyit saat matanya menangkap perempuan tadi yang mengaku adiknya tengah memasuki cafe sambil menyeret-nyeret koper ditangannya. Tanpa sadar Tae tersenyum menikmati wajah kesusahaan yang terpatri jelas diwajah cantiknya. Omong-omong wajah, Tae jadi teringat ucapan Jimin tadi. Yang mengatakan Hera onoh mirip dengan Hera gembulnya yang lucu. Padahal dia yakin sekali kalau Jimin mungkin sudah gila saat mengatakan itu. Namun kali ini dia merasa dirinya pun sudah keikutan kegilaan kembarannya itu. Entah bagaimana dia merasakan gerak-gerik Hera onoh memang mirip dengan Heranya. Cara gadis itu tersenyum, mendumal, mengumpat– ah, Heranya tidak mengumpat. Eh, apa benar? Terakhir mereka bertemu 6 tahun yang lalu saat umur adiknya itu 10 tahun. Wajar bukan kalau anak 10 tahun belum mengetahui tentang pengumpatan?

Tanpa sadar Tae melangkahkan kakinya kesana lalu duduk dihadapan gadis yang masih asik mendumal sambil men-scroll ponselnya. Anehnya gadis itu tak menyadari sedikitpun kalau ada orang yang duduk dihadapannya.

“Bang Tae!!”pekiknya tertahan sesaat setelah sepuluh menit keberadaan Tae disana. Tae menahan senyumannya melihat wajah gadis didepannya yang terlihat terkejut, syok, dan senang secara bersamaan.

“Biar gue tebak.” Tae melipat tangannya didepan dada dengan sombong. “Pasti lo ngikutin gue sampe sini ya?”

Hera nampak tergugu mendengar pertanyaan Tae yang menurutnya sangat-sangat-sangat kepedean. Gadis itu mendengus sambil memutar matanya remeh. “Sorry nih bang. Kalau bukan karena lo abang gue, lo gak semenarik itu dimata gue.”

Tae terbahak membuat mereka seketika menjadi pusat perhatian. Hera yang sangat tidak suka menjadi pusat perhatian bergerak membungkam mulut Tae dengan tangannya sambil meminta maaf pada orang lain. Hera memelototi Tae yang masih ingin tertawa. Gadis itu bertahan diposisinya membekap Tae sampai suara yang sangat dikenalnya mengintrupsi mereka.

“Lo ngalusin siapa lagi, Tae?”

Bagaikan slowmotion saat Hera menoleh pada suara bass dibelakangnya bersamaan dengan mata pria itu membola karena terkejut. Hera melepaskan bekapan Tae dan langsung berdiri spontan. Mata Hera menatap binar sosok pria jangkung berbahu lebar didepannya ini. Mereka saling bertatapan satu sama lain sampai akhirnya Hera duluan yang bersuara.

Possessive Brother - BTS  [Sudah Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang