Iis menatap tangan kanannya yang sudah menyalami Pak Presiden. Tidak ada yang berubah. Pihak istana juga tidak memberikan piagam atau tanda mata apapun. Yang tertinggal dari kunjungan ke istana-nya itu hanyalah sebuah foto sebagai barang bukti. Tidak ada yang bisa ia pajang di Bakmi Cahaya Timur, tidak ada pula tanda jasa yang bisa ia sematkan di dada.

"Uwis balik, Is?" *57)

Iis. "Iya, Pak," Iis menghampiri Bapak dan menyalaminya.

"Priwe perjalanane?" *58)

Ketika Iis melihat wajah Bapak yang berseri-seri menyambutnya, seketika itu juga Iis tahu, inilah imbalan semua kerja kerasnya. Bukan dalam bentuk gelar di atas kertas, bukan pula piagam yang dipigura. Rasa bangga yang terpancar begitu tegas dari sorot mata Bapak tanpa kata-kata, itulah imbalannya. Triyono datang menghampirinya, disusul Yato. Mereka begitu antusias mendengar cerita Iis sampai yang sedetil-detilnya.

 Mereka begitu antusias mendengar cerita Iis sampai yang sedetil-detilnya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Ya uwis, meko aku kabari Ibu. Ko mlebu kamar disit istirahat bae,"  *59) ujar Bapak.

Iis masuk kamar, mandi, dan berganti baju. Ia kirimkan pesan singkat untuk Hikmah bahwa ia sudah sampai dengan selamat. Bapak memang menyuruhnya beristirahat, tapi ia tidak tega melihat Bapak, Triono dan Yanto bekerja kerepotan. Iis langsung keluar dan membantu mereka. Pejuang yang sejati adalah pejuang yang tidak berhenti berjuang hanya karena sudah salaman dengan Presiden! Kerja maning!!  *60) Iis pun menyingsingkan lengan dan langsung menuju ke dapur.

Seminggu sudah berlalu sejak kepulangannya ke Purwokerto. Sekarang ini baru ia sempat menemui ibunya. Ibu seperti sebuah pilar dalam keluarga mereka. Sosoknya diam di latar belakang, tinggal sendiri setelah anak-anaknya merantau dan Bapak membuka restoran di Purwokerto, tapi tanpa pilar itu, sudah pasti keluarga mereka hancur dari kapan-kapan. Gundukan-gundukan di jalan Iis lindas dengan motornya, Bu, sabar, Bu, anakmu ini sebentar lagi sungkem.

Geli juga rasanya kalau diingat-ingat, ketika Ibu ribut melarangnya pergi ke Istana, takut diculik teroris, katanya. Ibu pikirannya sangat sederhana, hanya bisa membaca sedikit-sedikit. Di HP-nya saja hanya tersimpan nomor kerluarga, susah bagi Iis menjelaskan aktivitas-nya di media sosial.

"Bu? Ibu? Ada di rumah?" Iis masuk ke dalam rumah Ibunya yang lengang. Siang-siang begini biasanya Ibu asik di kebun.

"Iis!! Iis anakku!! Ibu berbalik dan berdiri dari posisinya yang sedang berjongkok di kebun. Tangannya yang sebelah masih memegang ilalang, ia langsung memeluk Iis erat.

"Duh Gusti..." Ibu kehilangan kata-kata dan menangis terisak di dada Iis. Hati Iis pun terenyuh. Sebelum Hikmah, sebelum Yunita, ini wanita yang sudah mencintainya sepenuh hati bahkan sebelum dia lahir. Inilah pintu surganya, yang mencintai dirinya tanpa pamrih, yang memikirkan dirinya dengan setiap hirup nafasnya.

"Ngampurane Bu, uwis gawe khawatir." *61)  Aku benar-benar diundang Presiden, Bu, bukan gabung sama teroris, kok."

Ibu mengangguk-angguk mengiyakan, ia memberi tahu Iis kalau seorang anak tetangga yang punya Facebook menunjukkan foto Iis bersalaman dengan Presiden. "Ibu jaluk ngampura, uwis curiga sing ora-ora," *62) ia menggunakan ujung jilbab-nya untuk menyeka air matanya.

Iis menepuk-nepuk punggung ibunya, "Ibu aja wedi. *63) Apa pun yang aku lakukan, aku selalu memikirkan Ibu. Nggak mungkin aku sengaja bikin ibu sedih."

Tiba-tiba Iis teringat sesuatu, "Bu, foto disit, yuk."*64)

"Hah! Nggo apa?"*65)

"Buat di Facebook!"

(TAMAT)

(TAMAT)

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


57) Sudah pulang, Is?

58) Bagaimana perjalanannya?

59) Ya sudah nanti aku kabari Ibu. Kamu masuk ke kamar saja istirahat dulu.

60) Kerja lagi!!

61) Maafkan Bu, sudah membuat Ibu khawatir.

62) Ibu juga minta maaf, sudah curiga yang tidak-tidak

63) Ibu jangan takut

64) Bu, foto dulu, yuk

65) Buat apa?

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Mar 16, 2019 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Di Pojok Warung Bakmi ~Kisah Founder Fan Page Info Seputar Presiden~Where stories live. Discover now