Makan Siang Istimewa

29 2 0
                                    


Hari yang ditunggu-tunggu tiba juga. Beberapa kali Iis mematut dirinya di depan kaca. Yaah, rambut disisir kok berantakan terus, padahal sudah sengaja dicukur untuk ketemu Presiden ...Iis jadi teringat kalau ia suka kesal, Hikmah berlama-lama bercermin sebelum pergi keluar, sekarang ia sendiri pun melakukan hal yang sama. Ini mau ketemu orang nomor satu di Indonesia lho! Tidak boleh kelihatan lusuh, tidak boleh kusut, rambutnya ia sisir rapi-rapi, dan ia semprotkan minyak wangi ke lehernya sedikit seperti yang sering Hikmah lakukan. Mau ketemu Presiden itu ternyata lebih gugup daripada waktu kencan pertama ya, ternyata!!

"Sudah siap, Mas?" Tanya Mas Agus.

Iis mengangguk mantap. Ia pun kemudian membonceng motor Mas Agus.

"Maaf ya, Mas Iis, sudah rapi-rapi saya ojekkin. Di Jakarta kalau mau sampai tepat waktu ya harus begini. Makin hari macetnya, ampuun...nggak berani naik mobil kalau jam-jam kerja seperti ini. "

"Ah, nggak apa-apa, tiap hari saya juga naik motor. Daripada terlambat nanti malah nggak enak," sahut Iis. Dalam hati ia agak khawatir dengan rambutnya yang sudah disisir rapi, begitu memakai helm, amblas sudah !!

Para petugas keamanan mempersilakan masuk motor yang mereka tumpangi dan memberi salam hormat kepada Mas Agus yang tampaknya sudah mereka kenal akrab. Tetapi sesuai prosedur pengamanan, Mas Agus pun juga ikut diperiksa kartu identitasnya.

Halaman Istana lumayan sibuk dengan hilir mudik motor dan mobil yang masuk.

"Ini semua pegiat sosial media seperti Mas, " bisik Mas Agus, "dari berbagai penjuru di Indonesia."

Iis hanya bisa membulatkan mulutnya sambil menangguk-angguk. Selama ini perjuangannya di ISP adalah kegiatan soliter, tidak ada yang membantu. Kalau pulsa habis ya beli sendiri, mati lampu, ya bingung sendiri, ponsel rusak, ya, pergi ke toko reparasi sendiri. Ia memang terhubung dengan beberapa orang yang seperjuangan lewat kegiatannya di dunia maya, beberapa rasanya sudah akrab sekali, walaupun sama sekali tidak pernah ketemu. Tapi melihat orang-orang berpakaian batik berlalu-lalang begitu nyata seperti ini, Iis terharu. Dia tidak sendiri. 

Tidak pernah dan tidak akan sendiri.

Iis dipersilakan masuk ke ruang tunggu, bersama-sama dengan para tamu lainnya, tamu Presiden untuk makan siang hari itu ke dalam sebuah ruangan. Di dalam, suasana agak ramai karena para tamu ini sibuk bercengkerama.

"Saya tinggal dulu ya Mas, mesti kerja," pamit Mas Agus.

Jadilah Iis ditinggal sendiri di tengah-tengah kerumunan orang-orang yang tidak dikenalnya sama sekali ini.

"Perkenalkan, saya Angga" Tiba-tiba seorang pemuda di sebelahnya menyodorkan tangannya.

"Oh! Saya Iis." Lumayan, pikirnya, ada teman ngobrol.

"Mas dari mana?" tanya pemuda itu.

"Dari ISP."

"ISP?"

"Info Seputar Presiden, adanya di Facebook."

"OH!!! ISP yang itu!!" mata pemuda itu langsung membesar, "Wah...itu kan followers-nya banyak sekali. "

Iis mesem-mesem saja menanggapinya.

"Kalau boleh tahu, kalau siang kerja di mana Mas Iis?"

Di mana? Iis mengerutkan kening, memang perlu ya? "Er...saya kerja di rumah makan."

"Wahhh...bisnis restoran rupanya!"

Kening Iis tambah berkerut, kalau didiamkan jadi bohong bukan sih?

Di Pojok Warung Bakmi ~Kisah Founder Fan Page Info Seputar Presiden~Where stories live. Discover now