Friend with benefit?

379K 3.2K 24
                                    

Marsya

Aku menampakan segaris senyumku yang termanis, dan.. ehm, menggoda. Sambil menatapnya lurus, aku menganggukan kepalaku. Menyetujui permintaannya yang menarik. Friend with benefit? Hmm, mainstream? I don’t care. Aku cukup tertarik dengan ajakannya. Dia hanya anak kelas 11 yang masih bocah. Dan yap, dia sama saja dengan lelaki lain seumurku pada umumnya. Hampir seluruh isi otaknya didominasi tidakan pemacu nafsu. Lagipula, bocah ini cukup menarik, manis. Aku suka bentuk mulutnya yang melengkung dan senyumnya yang terkesan polos.

“Beneran, kak?” Tanyanya takjub.

“Yap.”

Dia tersenyum, lalu melangkah kearah pintu, hendak mengunci pintu tersebut. Yah, sekarang kita sedang berada didalam ruangan musik sekolah kami, dan aku sebagai ketua klub ini mempunyai kuasa penuh atas ruangan ini. Ow, ya, dan dia juga mempunyai kuasa yang hampir setara denganku sebagai wakil-ku di klub ini.

“David!” Panggilku padanya.

Dia menoleh, “Ya?”

“Jangan lupa ya, gue cuman bisa satu jam.”

David tersenyum padaku. Bagus, dia manis banget sih! “Kita liat aja nanti, apa satu jam cukup?”

“Cukup untuk… Ehm!” Aku tidak keburu menyelesaikan kalimatku karna David keburu melumat bibirku dengan bibirnya yang basah. Tanpa ijinku, dia memeluk pinggangku dengan tangan kanannya dan tangan kirinya menekan belakang kepalaku penuh gairah. Dengan cepat lidahnya menjilat bibirku, menghisap bibirku dan aku membalasnya, “Mmm..” Erangku pelan. Aku meremas rambutnya gemas.

“Ah,” Desahnya pelan. Kemudian lidahnya mulai memasuki mulutku dan lidah kami langsung saling menyambut. Ciumannya hebat juga, basah, nikmat, tidak kasar, tapi menggoda.

Perlahan tangan kirinya turun ke leherku, tangan kanannya mulai menjelajahi bokong seksiku, meremasnya dan membuatku mulai terangsang. Aku juga merasakan ‘miliknya’ di ‘milikku’ karna posisi kami yang rapat tanpa jarak.

Ciumannya pindah ke leherku, menciumnya, menghisapnya, yang menjilatinya, membuatku merinding kegelian. Shit, aku tidak mau menjadi satu-satunya yang dikendalikan disini. Jadi aku menggerakan bokongku seraya menggesekan miliknya dengan milikku.

‘Ah, kak.. Ahh… ah..” Erangnya dileherku, kedua tangannya menjalar ke kedua dada ranumku yang tertutup kemeja. David menjatuhkan dirinya di kursi yang ada di dekat kami tanpa melepaskan ciumannya di leherku. Ia menarikku agar terduduk diatasnya, aku duduk dengan posisi sedemikian rupa hingga rok-ku yang sudah pendek ini makin pendek saja. Ia menempatkanku diatas miliknya.

Ciumannya kembali ke bibirku, kedua tangannya sibuk pada kedua dadaku. Meremasnya gemas, aku merasakan jari-jarinyanya menggoda masuk kedalam bra-ku lewat rongga-rongga diantara kedua kancing kemeja seragamku yang memang kubuat sedikit pas dengan bentuk badanku. David menggerakan jarinya dibalik bra-ku, aku mulai mendesah lagi, dan kali ini aku menggerakan badanku agar miliknya bergesekan dengan milikku.

“Ah…Kak…Terus… ah, ahh.. ehmm…” Desahnya sambil membuka kancing seragamku tidak sabar.

Aku melingkarkan tanganku di lehernya, dan tanganku yang lain meremas rambutnya tidak sabar, “Ehm, Dave… lebih lagi… ahh..”

David ikut menggerakan bokongnya naik  turun, aku membuka mataku dan menyadari betapa gantengnya cowok ini. Matanya terpejam. Aku mulai menciumi lehernya, menghisapnya dan membuatnya makin mendesah.

Kemejaku sudah terbuka dan sekarang dia membuka bra-ku dengan tidak sabar, karna kaitan bra-ku di depan, itu jadi memudahkannya. Dalam sekejab kedua dadaku yang ranum terpampang jelas. David menatapku, lalu menghentikan ciumannya, kemudian tersenyum menggodaku, “Seksi..”

From benefit to loveNơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ