Jatuh 23 - Rida Pulang

37 3 0
                                    

Kalo ngomong dipikir! Kamu atau saya yang tidak punya otak! Datang hanya minta uang untuk berfoya-foya dengan laki-laki. Bahkan sampah lebih mahal daripada harga diri anda!

-Athila-

"ATHILA!!"

"Iya Ma!!" Athila bergegas duduk dikursi meja makan dan melahap roti yang sudah tersedia dipiring saji.

Fathila menggeleng melihat kelakuan anak bungsunya yang selalu kewalahan untuk bangun pagi itu.

Seorang perempuan dengan rambut yang diwarnai coklat gelap duduk disebelah Athila. Athila menatap malas pada wanita yang kini duduk dan memakan roti yang telah disediakan di meja saji.

"Masih inget rumah? Kenapa pulang? Gak ada duit?" sinis Athila yang kentara sekali tidak menyukai perempuan bernama Rida Melinda yang lebih sering menghabiskan waktunya diluar rumah dan hanya pulang ketika sudah tidak punya uang.

Rida menatap Athila tak suka, "Kenapa lo? Sibuk banget ngurusin hidup gue, mau gue pulang atau nggak juga gak ada ruginya di lo. Diem aja deh lo!"

Athila tertawa masam, "emang gak ngerugiin aku, tapi ngerugiin mama papa. Kalo kamu pulang cuman minta duit, gak usah pulang aja sekalian. Hidup kok cuman buat nyusahin orang tua, mati aja sana."

Rida membulatkan matanya tak percaya lalu berdiri menghadap Athila yang masih asik memakan rotinya, "maksud lo ngomong gitu apa!"

"Sudah Rida, Tila. Pagi-pagi kok sudah berantem." Lerai Fathila melihat kedua anaknya yang tidak pernah bisa akur.

Athila menghindikkan bahu, "anak cuman bisa nyusahin kok masih dibukain pintu sih ma? Ya mama gak salah sih, dia aja yang gak tau diri."

Rida semakin memelototkan matanya marah, tangannya sudah mengepal siap melayang ke pipi Athila, "kalo ngomong pake otak dong! Atau lo emang gak punya otak ya!"

Athila berdiri mensejajarkan dirinya dengan Rida agar wajahnya dan Rida hanya tersisa beberapa senti saja, "kalo ngomong dipikir! Kamu atau saya yang tidak punya otak! Datang hanya minta uang untuk berfoya-foya dengan laki-laki. Bahkan sampah lebih mahal daripada harga diri anda!"

PLAK

Satu tamparan melayang dipipi Athila, membuat yang punya pipi hanya terkekeh kecil dan memegang pipinya. Rida menatap Athila dengan pandangan murka, "Bangsat banget mulut lo! Kayak orang gak pernah disekolahin!"

"RIDA! ATHILA!" bentak Atta yang tak menyangka 2 anaknya bisa berkelahi sampai sejauh itu.

"OH YA!? Mirror dong anda! Kelakuan anda kayak orang pernah disekolahin atau tidak? Kalau perkataan saya tidak benar, kenapa anda harus marah? Kayaknya anda perlu menggunakan uang yang anda minta dari mereka yang anda akui orang tua untuk ke dokter, periksa apakah otak anda masih berada di tempatnya dan berfungsi atau tidak."

"ATHILA! PAPA BILANG SUDAH! JANGAN ADA YANG BICARA LAGI!" murka Atta membuat Rida dan Athila mengeraskan rahang dan mengunci mulut mereka rapat-rapat, walaupun terlihat susah bagi mereka untuk menahan cacian satu sama lain.

Athila menatap Rida sengit, sarat kebencian begitu jelas dikobarkan bahkan hanya melalui tatapannya saja sudah dapat dilihat betapa ia membenci kakaknya satu itu. Athila mengambil tas sekolahnya dan mencium punggung tangan Fathila dan Atta lalu pergi meninggalkan Rida yang masih menggertakkan giginya menahan amarah yang sudah siap ia ledakkan kalau saja Atta tidak menahannya.

-0-

"Kenapa La? Pagi-pagi udah merengut ae." Siapa lagi kalo bukan Tata yang selalu kepo pada apapun yang terjadi pada sahabatnya itu.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jul 17, 2019 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

JatuhWhere stories live. Discover now