#13

105 10 0
                                    

*Devano POV

Mataku menatap lurus kearah seseorang yang kini sedang dipeluk dengan erat oleh diana. Tubuhku seolah kaku,cairan bening sialan ini kembali membanjiri mataku.

"Tidak sayang, buka matamu.Ayo buka matamu. Kumohon jangan seperti ini jac, aku tak mau kau pergi" Kulihat diana terus saja menangis dipelukan jacob.

"Jac, buka matamu dan tepati semua janjimu padaku... Jac bangun, ayo bangun"kini diana mengguncangkan tubuh jacob.

Aku menatap diana dengan tajam dan tak suka. Dengan cepat ku dorong kursi rodaku kearahnya lalu ku tarik tangannya agar menjauh dari tubuh jacob.

Dia menatapku tak percaya sambil terus menangis.

"Pergi kau"ucapku dengan tajam

"Dev, a..aku hanya ing.. "

"Apa? Menangis dipelukan jasad kakakku? Dengar diana, andai saja kakakku tak menjemputmu ini semua tak akan pernah terjadi dan dia.."aku menunjuk tubuh jacob yang sudah tak bernyawa

"Dia pasti masih hidup sekarang. Apa kau tak sadar akan hal itu?" diana hanya diam sambil membekap kuat mulutnya.

"Camkan ini baik-baik diana. Kau sudah membuat orang yang kusayangi pergi. Maka aku akan membuat semuanya pergi darimu"ujarku dengan tajam

Dia berlutut dihadapanku.

"Kumohon jangan seperti ini dev. Bah..bahkan aku tak pernah berani untuk bermimpi hal ini akan terjadi. Kau harus tau sebesar apa perasaanku untuk kakakmu"

"Aku tak perduli. Pergi kau dari sini kau 'Pembunuh' kubilang PERGI"

Sambil menangis kencang dianapun bangkit lalu pergi.

Aku memejamkan mataku sejenak, lalu mendekati jacob. Tanganku terangkat menyentuh wajahnya yang sudah pucat pasi.

"Kenapa? Kenapa kau harus pergi seperti ini jac? Dan kenapa juga harus ada diana dicerita kematianmu?" Aku terus menangis

"Kau tega meninggalkan ku yang mungkin sebentar lagi akan bermain dengan takdir sendirian, jac. Apa kau lelah menghadapiku? Menghadapi sifatku yang aneh ini? Jika ia, maka pergilah jac. Tidurlah dengan nyaman dan tenang"aku menutup tubuh jacob dengan sehelai kain putih.

"Tapi maaf, aku mungkin akan mengajak diana bersamaku untuk bermain dengan sang takdir. Dia harus merasakan sakitnya aku"

*Diana POV

Begitu tiba dirumah aku langsung mengurung diriku dikamar. Kejadian dirumah sakit tadi membuatku terpukul dan nyaris gila. Bagaimana devano bisa berfikiran seperti itu padaku sedangkan ini semua murni karna kecelakaan.

Dan aku juga sama sekali tak menyangka akan sisi lain dari seorang devano. Ternyata dia berbeda dari jacob yang lembut, hangat dan penyayang. Devano ternyata pria yang tempramen dan sangat menakutkan saat marah. Tapi aku mengerti keadaannya,mungkin semua adik yang kehilangan kakak untuk selamanya akan bersikap sama sepertinya.

"Besok aku harus datang kerumahnya untuk ikut memakamkan jacob"aku menghela nafas dalam "Jacoob.. " isakanku kembali keluar.

Suara gagang pintu kamar yang ditekan menghentikan aktivitas menangisku. Perlahan pintu itu terbuka dan terlihatlah sosok ibuku. Aku turun dari atas kasur lalu menghambur kedalam pelukannya sambil menangis.

"Diana? Astaga kau kenapa? Dan kapan kau pulang? Hey.. Tenanglah,nak" tubuhku dibimbingnya untuk duduk bersama diatas kasur.

Ibuku menyeka air mataku,dan itu membuatku sedikit tenang.

Obsessed Or Love (END) Where stories live. Discover now