#10

123 11 0
                                    

*Diana POV

Sepulang sekolah aku langsung ketempat kerjaku. Happy cafe, ya aku bekerja sebagai pelayan disini. Semenjak aku SMP kelas tiga aku sudah mulai bekerja disini. Memang sih, itu menyalahi aturan. Tapi aku terus memohon pada Pak.Suseno yang tak lain sang pemilik cafe ini sekaligus ayah angkat reno, sahabat yang sudah seperti kakakku itu, akhirnya beliau mengizinkan ku untuk menjadi pelayan dicafenya. Entah karna muak mendengar rengekanku atau apa, tapi yang jelas aku diterima dan sudah lama bekerja disini.

Aku bergegas mengganti seragamku dengan seragam cafe ini. Lalu meraih serbet dan cairan pembersih?, dan mulai mengelap ini itu.

"Diana.. "

Ah, suara melengking yang sudah kuhafal diluar kepala. Suara sahabat wanitaku satu-satunya. Lena.

Aku lantas menoleh dan dia langsung menatapku serius.

"Why?"

"Kenapa kau bilang? Heh, kau memiliki kekasih tampan sudah hampir sebulan ini bahkan diberi mawar cantik plus sekotak coklat berbentuk panda lucu saat kencan,tapi sekata pun kau tak pernah menceritakannya pada sahabatmu ini? Apa sekarang kau juga bisu,Mrs.ferrisya?"

Jika disekolah aku selalu dipanggil bawel, lalu apa kabar dengannya? Bahkan dia mengatakan kalimat panjang itu dengan satu tarikan nafas? Bukankah itu luar biasa?.

Aku mengerjap mendengar ucapannya, lalu mendorong pundaknya dengan telunjukku agar sedikit menjauh, dan aku kembali dengan aktivitasku sebelumnya.

"Apa ibuku yang memberi tahumu?"

"Begitulah,karna kau seolah lupa padaku"

Aku menoleh kembali kearahnya,

"Lena sayaaang.. Kaupun sama jika kau lupa, kau jadian dengan reno bahkan sampai kalian putus kembali sedikitpun kau tak ingat aku" ucapku dengan nada sedikit tajam diakhir kalimat.

"Heheh... Itu..itu karna aku tau kau sudah seperti adik baginya, lagi pula kami putus memang karna tak cocok.Jadi untuk apa dilanjutkan? "

"Cih,reno bahkan sama saja denganmu,dia tak ada cerita sedikitpun padaku"

Akhirnya kami sibuk dengan kerjaan masing-masing. Pelanggan datang silih berganti. Sampai tak terasa waktu begitu cepat bergulir,jam kerjaku-pun sudah habis karna cafe juga sudah akan tutup.

Aku yang sedang melepas celemek dipinggangku langsung berbalik saat suara lonceng diatas pintu masuk berbunyi,pertanda ada yang datang. Dengan segera aku merapikan pakaianku lantas mendatangi orang tersebut.

Kulihat dia masih berdiri didekat pintu masuk dan membelakangiku. Hanya dengan melihat dari postur tubuhnya saja sudah membuatku tersenyum. Aku tau siapa orang itu. Dia, jacob-ku.

"Ekhem... Maaf tuan, tapi cafe kami sudah akan tutup"ucapku dengan sopan sambil menahan tawaku

Dia barbalik dan kemudian tersenyum dengan tampannya."Kurasa hampir sebulan ini aku berpacaran dengan vampir. Dalam cerita yang kubaca vampir-kan tampan-tampan"  tapi sedetik kemudian aku menggelengkan kepala untuk menepis pikiran konyolku itu.

Dia berjalan menghampiriku sambil terus tersenyum. "Oh astaga. Tuhan,kenapa setiap didekat jacob jantungku tidak berfungsi dengan baik?  Apa ini gejala awal penyakit jantung?" tapi lagi-lagi aku menggeleng cepat.

Dia menghentikan gelengan kepalaku dan membingkai wajahku dengan telapak tangannya yang besar itu, lalu menatapku lembut.

"Apa yang kau pikirkan,hem?"tanyanya yang membuatku menelan saliva dengan susah.

Obsessed Or Love (END) Where stories live. Discover now