#12

99 9 2
                                    

Devano masih menunggu dengan perasaan kacau balau saat ini. Matanya menatap kearah kaki lumpuhnya,...

Flashback ON

Terlihat dua anak lelaki kecil sedang bermain ditaman saat ini, yang satu sedang asik bermain bola basket kecil sedangkan anak yang lebih besar sibuk dengan komik ditangannya sambil sesekali kakinya bergerak agar tubuhnya berayun dengan pelan.

"Jek.. Boo aus, tapi ail minum yang boo bawa dali lumah, cudah abis" ucap anak yang lebih kecil sambil menggoyangkan botol minumnya yang ia bawa dari rumah itu sudah nampak kosong.

Yang besarpun loncat dari atas ayunan, dan melempar komiknya asal keatas pasir. Lalu berjongkok untuk menyamakan tingginya dengan sikecil.

"Kau aus boo? Ote,aku akan belikan minum untukmu ditoko itu,tapi cika aku kecana,dicini boo dengan ciapa?" ucap anak itu yang tidak secadel yang kecil.

Yang kecilpun menggeleng dengan imutnya.

"Boo dandi jek, boo acan tetap dicini. Dan cika ada olah acing yang membelikan pelmen uncukku. Boo tak acan pelnah mau"

Yang besar terlihat sedang berfikir. Tak lama ia mengangguk sambil tersenyum.

"Kalau begitu, kau tunggu aku dicini, ingat cangan kemana-mana, boo" yang kecilpun mengangguk sambil menaruh telapak tangan mungilnya dipelipis, seolah sedang memberi hormat pada sang  kakak.

Yang besarpun pergi. Dan sikecil terlihat bosan menunggu, ia menaiki perosotan dengan gembira, tapi naas sepatu yang ia gunakan sangat licin dan akhirnya ia meluncur dengan cepat dan jatuh ke atas tanah.

"Astaja boo.. " teriak sang kakak yang baru saja kembali dari toko. Ia berlari menuju sang adik sambil membawa pelastik yang berisi dua botol minuman dan beberapa makanan.

"Yaampun boo. Apa kau cak apa? Apa ada yang cakit?" jacob kecilpun panik bukan main sambil meneliti seluruh bagian tubuh gempal adik tersayangnya, devano kecil.

Dan matanya mendapati sebuah luka lecet yang berdarah dilutut devano. Awalnya devano hanya diam, tapi saat mata mereka bertemu tiba-tiba..

"Hueeeee..... Caci boo cakit jek,hueeee...ada dalahnya,pelih" devano kecil menagis dengan histeris.

"Ssst... Cup cup cup,cudah ya,cangan menangis boo. Yasudah, ayo kita pulang caja. Nanti dilumah bial diobati cama bi.cum" tangis devano mereda, jacob menyeka sisa air mata dipipi chubby devano dengan rasa sayang.

"Ayo,jek gendong. Bial kaki boo ndak cakit" jacob berjongkok didepan devano, dengan ragu dan perlahan devano pun naik keatas punggung jacob.

Selama perjalanan menuju rumah, jacob kecil terus mengajak ngobrol devano sambil sesekali membuat gurauan agar devano tertawa dan lupa akan lukanya.

Saat mengobati bi.jum dibuat repot dengan amukan devano yang sedang menahan sakit pada lukanya yang sedang disapu antiseptik.

"Huueee.... Bi.cum cahat, icu cakiit. Cudah belhenti, caci boo pelih"devano masih terus meronta.

Kedua tangannya ditahan oleh pak.lim,sedangkan jacob memegangi sebelah kaki devano yang bebas,walau matanya sedikitpun tak pernah melihat bagaimana ekspresi sang adik saat diobati. Jacob bilang ia tak tega melihat devano menjerit kesakitan seperti itu.

Selesai diobati pak.lim menggendong tubuh gempal devano kekamar jacob. Itu perintah jacob sendiri. Karna ia pikir, devano jika sedang sakit ia pasti rewel.

Setelah membaringkan devano dikasur, pak. Lim keluar meninggalkan kakak beradik itu. Jacob berjalan dan naik keatas kasur lalu membaringkan dirinya disamping devano. Tangan kecilnya mengusap sayang kepala sang-adik. Lantas mengecup pelan kening yang terhalang oleh poni lucu itu.

Obsessed Or Love (END) Where stories live. Discover now