Analogi (15)

2.1K 200 41
                                    

...............................

' Sebuah fatamorgana tak berujung. Hidup seperti di kejar waktu, sampai di ujung jurang yang dalam. Ketika putus asa tiba, saat itulah manusia diberikan dua pilihan, lanjut atau tidak?'

(Author **** POV)

Membosankan, seperti menyakit yang menyerang setiap manusia. Dimana suasana seperti ini sulit untuk dihilangkan. jangan lupa jodoh dari bosan itu adalah malas. Dimana kedua kelopak mata terasa berat untuk terbuka, dan tubuh tak kuat ditopang tegap. Membuat kosentrasi buyar seketika, mungkin dengan mencuci wajah rasa malas dan kantuk hilang, meski begitu hal itu tidak berpengaruh pada seseorang.

Dreeettt....

Deretan kursi bergesekan dengan lantai, jam pelajaran masih berlangsung. Membuat atensi mereka beralih pada seseorang yang kini mendudukan pantatnya nyaman. Tepat di sebelah jendela samping kirinya. Berposisikan dengan jatuhnya cahaya mentari.

.

"Park Jimin?" suara lantang dari seorang guru mematikan dengan kaca matanya. membuat seorang namja yang sedari tadi menjatuhkan dagunya malas mendadak terlonjak dan mengangkat kedua tangannya. jangan lupa bagaimana wajah syok yang polos itu membuat siapapun menahan tawanya.

Bagaimana tidak? Jimin yang sedari sibuk bermain dengan pensilnya tiba-tiba saja terkejut, mengangkat kedua tangannya hingga pensil yang ia pegang melayang ke belakang dan mengenai seorang namja yang sibuk menulis catatan di bukunya. Tentu saja si korban mengaduh kesakitan akibat ulah siswa abal-abal tersebut.

"Gajah mati meninggalkan gading, Harimau mati meninggalkan belang, dan kau mati meninggalkan apa?" tanpa aba-aba atau apapun Pak Lee, itulah panggilannya memberikan sebuah pertanyaan yang membuat Jimin berdetak lebih cepat. Oh ayolah... bagaimana tidak mendadak jika pertanyaan tersebut begitu cepat bagaikan banting setir.

"Apa!!?" tanya Jimin sekali lagi, bahkan dia tanpa sadar menggebrak mejanya. Membuat beberapa siswa disana cukup terkejut. Ya, karena baru saja Jimin mengeluarkan aura sesungguhnya, yang susah payah ia sembunyikan dari tampilan sok polosnya. Jangan lupa bagaimana wajah Jimin yang sedikit geram dengan pria setengah matang disana, yang memberikan pertanyaan seperti menjatuhkan harga dirinya.

Sementara Jungkook? dia berdoa dalam hati agar pengawal mengesalkan yang menjaganya tersebut tidak mengacaukan harinya untuk hari ini.

"Anda berbica dengan seperti itu, maksud anda apa memberiku pertanyaan seperti itu, apa anda ingin mendoakan saya mati?!" kesal memang, apalagi gemerutuk giginya sedikit terdengar jika saja telinga beberapa orang disana cukup tajam untuk mendengarnya.

"Aku hanya memberikan pertanyaan, gajah mati meninggalkan gading, harimau mati meninggalkan belang, dan jika kau mati kau akan meninggalkan apa?" lagi-lagi pertanyaan tersebut muncul membuat Jimin kesal setengah mati. Dalam hatinya dia mengumpat dengan bahasa kasar yang sering ia dengar dari Yoongi, atau setidaknya memecahkan kepala guru gila di depannya dengan pistol kesayangannya. Hanya saja, ketika melirik Jungkook yang melotot tajam ke arahnya membuat ia mengurungkan niatnya.

Sepertinya namja bergigi kelinci itu ingin menjaga kehormatan ayahnya atau memang menjaga agar Jimin ataupun dirinya tidak mendapatkan masalah setelahnya.

Jimin mendengus, ia menoleh ke arah tembok di depannya. tak ingin bertatap langsung dengan guru fisika di depannya.

"Tentu saja Dunia pak. Memang apalagi? Jika aku meninggal aku akan menjadi pahlawan." Ucap Jimin yang tentu saja tidak dimengerti oleh siapapun yang mendengarnya. Termasuk ucapan di bagian akhirnya.

Kembali duduk dengan wajah kesal juga cibiran tipis dari bibirnya. Tanpa ada yang sadar senyuman miring dari guru dengan bingkai kacamatanya tersebut. namun... terasa aura yang berbeda darinya. Seperti ada sesuatu yang buruk akan terjadi, tapi apa?

Descendant (Sad Story Vkook) [END]✓Where stories live. Discover now