Omelas (39)

548 57 2
                                    

"Inilah takdir yang harus aku penuhi, aku tidak pernah tahu kapan aku akan mati."

(Author **** POV)

Jimin melepaskan bagaimana kaitan kain pada lengannya sudah me-lega. Dia merenggang beberapa kali lengannya sampai berbunyi nyaman, kepala Jimin terasa tidak terlalu berat seperti biasanya, dia pusing karena terlalu lama menganggur. Hingga semua yang dia dapatkan sekarang adalah sebuah anugerah.

Sayangnya dia tidak bisa terlalu santai sekarang karena harus menggantikan posisi Yoongi. Dia sedang sakit maka dia yang kerepotan sekarang. "Park Jimin, akhirnya kau bisa kembali dalam kelompok. Oh iya ada beberapa dokumen yang harus kau cek dan kelompok tiga mengalami masalah di kantor karena mereka bilang ada yang menyadap cctv." Dia seorang wanita dengan kepercayaan tingkat dewa mampu menjaga rahasia. Jimin sebenarnya tidak masalah dengan tugas apapun tapi dia tidak punya kompetensi menjadi pemimpin sebenarnya.

Data itu di tangannya ada beberapa foto buram hasil jepretan kamera sekitar kantor. Nampak mencurigakan dan ini memang butuh waktu setengah hari untuk bisa mencapai kejelasan siapa mereka. Tak lupa dia menyimpan nomor ponsel baru Yoongi yang kemungkinan saja dia mengalami kesulitan. "Baiklah, oh iya bisakah kau mengambil laptop Hoseok di loker enam ada yang harus aku lakukan. Aku sudah meminta ijin padanya dan jangan katakan pada siapapun kode lokernya." Ada sejumput kertas dia gunakan untuk mencatat kode itu. Bagaimana pun Jimin tidak bisa mempercayai orang begitu sembarang. Gadis itu mengangguk santai tak lupa dengan kedipan mata sebelahnya.

Reaksi dan sensasi menggoda itu ada sampai membuat Jimin merasa bahwa dia tidak akan menyesal sudah masuk dalam lingkungan seorang ketua. Hanya saja tempat ini hanya ketua saja yang bisa masuk, dengan menggunakan kartu card milik Yoongi yang dititipkan padanya membuat dia bisa datang kesini.

Dia membuka komputer dan menampilkan salah satu data penting dari setiap anggota, entah anggota baru atau lama. Tapi dalam hal ini seperti biasa Yoongi akan menjadi lebih detail hingga selesai larut malam. Tak ayal bagi Jimin yang sering melihat dirinya suka makan tengah malam. Melihat beberapa tempat tidak sepenuhnya rapi, dengan beberapa macam senjata ada di dalam laci. Senjata berbahaya itu bisa memusnahkan manusia lain dengan luka dan darah.

"Oh astaga Suga kau sendiri tidak suka aku berantakan, tapi kau malah sendirian seperti ini." Berdecak sebal pada akhirnya dan memungut sisa sampah di atas meja. Diam saja ketika ada satu gambar di atas meja disana terpampang dengan nyata, dia mengulas senyum seolah tidak ada dosa.

"Foto Kim Seokjin? Sebenarnya kenapa bisa ada disini. Eh.... Bukankah ini foto kakak sepupunya Taehyung." Kepalanya sedikit terlambat untuk berfikir, menurutnya aneh saja kalau Yoongi menyimpan foto itu. Tertulis sejak tahun 2016 foto itu diambil. "Pantas saja agak berbeda ternyata diambil lumayan lama." Dia tersenyum geli melihatnya.

Tangan itu ingin menaruhnya, akan tetapi dia mengambil kembali kertas itu dan melihat dengan seksama. Ada wajah seseorang disana dan dia adalah salah satu wanita yang ternyata sudah tiada dalam keluarga. "Mwo?! Kenapa bisa ada wajah mendiang nyonya Hera. Eh... Bukankah ini orang terkenal itu, ah dia kan tentara. Apa..." Dulu dia masih muda dan ingatannya tidak terlalu buruk ketimbang hafalan matematika.

Ketika dia menyipitkan matanya, satu hal pasti dia tahu dari ini. Dimana seorang pria itu adalah ayah dari wajah si tersenyum Seokjin. Mereka seperti tidak menyadari sesuatu dan betapa kagetnya jika di foto itu seseorang yang sebenarnya mati masih hidup. "Kenapa aku bisa lupa, bukankah nyonya Hera sudah pergi saat Taehyung kabarnya berusia sepuluh tahun. Lalu kenapa tahun 2016 masih ada. Apakah sebenarnya kalau dia... Oh astaga apakah Yoongi menyadari hal ini?" Entah kenapa pandangannya menjadi kalap.

Descendant (Sad Story Vkook) [END]✓Where stories live. Discover now