Kabur

5.6K 920 71
                                    

ABBY

"Princess nya Mommy..."

Aku menoleh dan menatap Mommy yang terlihat sedih.

"Mommy—"

"Abby cuma pergi bentar Mom." aku mengambil t-shirt lalu memasukkannya ke koper.

"Kee juga bilangnya pergi bentar tapi udah tiga tahun nggak balik-balik. Mommy sakit aja nggak dijengukkin!" protes Mommy sambil menyusut air matanya.

Aku mendesah pelan, bagaimana Keenan mau jenguk Mommy kalau sakitnya Mommy juga cuma batuk pilek dan kena sindrom ditinggal Daddy lihat proyek di Surabaya cuma sehari. Mommy ini semakin lama semakin manja dan ini karena ulah Daddy yang terlalu memuja istrinya.

"Kalau anak Mommy semua pergi terus Mommy sama siapa?"

"Ada Daddy lo Mi..." aku meringis.

"Abby cuma pergi bentar. Kalo' balik jangan ada kabar Abby punya adek lo ya..." aku geleng kepala. Orang tuaku itu sampai sekarang masih saja terlihat hot seperti yang diceritakan orang-orang.

Terkadang aku iri pada Mommy yang punya Daddy, yang mencintai Mommy dengan tulus sampai sekarang.

"Ingat ya Mi—" aku memutar tubuhku dan menatap Mommy. "—kalo' Gail tanya bilang nggak tahu!" aku kembali mengingatkan Mommy.

Mommy ini selalu membocorkan rahasia kalau sudah di depan Gail.

"Kalau maksa gimana?" tanya Mommy dan aku memutar bola mataku dengan jengah.

"Kalo' Gail datang biar Daddy yang temuin aja deh! Daripada—"

"Nggak papa, Mommy ingat kok!" seru Mommy cepat.

"Atau Mommy ikut kamu aja ya? Mommy juga udah lama nggak ketemu Kee..." Mommy segera melompat berdiri dan menempelkan ponselnya di telinganya.

"Mom..." aku memanggilnya tapi sudah terlambat.

"Honey, aku mau jenguk Kee di German!" kata Mommy lalu keluar dari kamarku.

"Astaga... aku mau kabur bukannya mau jalan-jalan. Aku ingin menyendiri dan..." aku menatap layar ponselku yang menyala—wajah Gail muncul memenuhi layar ponselku dan kembali aku mengabaikannya.

Ting!

Sebuah pesan masuk dan aku sudah bisa menebak itu pesan dari siapa. Segera kuraih ponselku begitu kembali wajah Gail muncul di layarnya.

"Hallo..." suaraku terdengar aneh ditelingaku sendiri.

"Tidak ada apa-apa. Aku hanya baru bangun..." jawabku berbohong, kenyataannya aku belum tidur sama sekali sejak kemarin—sejak aku ingat kenangan buruk kami.

"Yah, kau bisa menjemputku pukul tujuh... kita punya kencan bukan?" aku menarik napas dengan perlahan.

"Sayang..." suara Mom memanggilku dan aku bersyukur karena Mom selalu berteriak di rumah ini.

"Aku harus pergi. Mommy memanggilku... bye..." tanpa menunggu lagi aku mengakhiri panggilan itu.

"Sayang, kau memesan taxi?" Mom berkacak pinggang sambil menatapku.

"Umm, yeah. Aku harus pergi sekarang Mom..." aku berdiri dan menutup koperku.

"Hah? Ta-tapi Abby. Mommy..."

"Jangan beritahukan pada Daddy kalau aku sudah ingat..." bisikku sambil memeluk Mommy.

"Jaga diri Mommy dan Daddy ya..." aku mengeratkan pelukkanku pada Mommy.

"Tapi—"

"Abby janji saat kembali Abby akan jauh lebih baik. Abby cuma kangen Keenan..." bisikku pelan dan sebulir air mata menetes. Sesaat kurasakan lengan Mommy memelukku dan menggosok punggungku.

Like ButterflyWhere stories live. Discover now