Melupakan

9.6K 1.1K 134
                                    

Abby Pov

"Gail... hentikan!" pekikku saat dia terus mengikutiku saat aku memilih-milih buku di perpustakaan kantornya.

"Apa?" tanyanya sambil tersenyum lebar.

Well, sejak kejadian kare kepiting itu kami semakin dekat. Dia selalu membuatku tertawa dengan lelucon kakunya itu. Bahkan aku juga punya akses khusus masuk ke apartemennya, jadi ketika dia mengatakan memasak sesuatu yang menggoda liurku maka dengan cepat aku akan datang menemuinya.

Kami bahkan terlihat seperti pasangan yang sudah bertunangan pada umumnya, meskipun aku tidak tahu alasan apa yang membuat ketiga saudaraku memperingatkanku berkali-kali. Terutama Keenan, dia paling rajin menelfonku kalau pukul sembilan aku belum ada di rumah pasti dia akan menelfon Gail dan pada ujungnya Gail akan mengantarku pulang, meskipun akhirnya dia yang akan lama main di rumah karena Mommy selalu menyuruhnya mencoba makanan buatannya.

"Hari ini mereka berulang tahun..." ucapku pada Gail yang masih saja mengekoriku.

"Mereka?" dia mengerutkan alisnya mendengar ucapanku, lalu dengan santai bersandar pada rak buku saat aku sudah pada ujung rak buku ini dan tidak bisa berjalan kemana-mana lagi.

"Arion dan Keenan..." ucapku dengan nada sedih.

"Hhh... aku sangat merindukan mereka berdua..." ucapku dengan nada sedih sambil menghela napas panjang.

"Aku iri pada mereka berdua..." aku menaikkan alisku menatap Gail.

"Kenapa?" tanyaku bingung.

"Karena kamu selalu merindukan mereka..." ucap Gail yang kemudian meringis dan spontan aku melotot padanya.

"Dasar gombal ya! Aku baru tahu kalau seorang Abiegail itu seorang pembual!" ucapku sambil menjulurkan lidah padanya, lalu mendorongnya supaya aku bisa keluar dari benteng tubuhnya yang menutupi jalan antara rak buku satu dan yang lainnya.

"Hei..." aku menunduk menatap pinggangku yang kini melingkar lengan kokoh Gail.

Aku mendongak dan menyipitkan mataku sambil tersenyum lebar.

"Mr. Blue eye... aku akan menjer- Eh,"

Aku mengedipkan mataku saat tiba-tiba Gail menarik tubuhku.

"Bagaimana kalau dinner ikan bakar dabu-dabu?"

Glek!

Spontan aku menggigit bibirku, membayangkan betapa lezatnya ikan bakar dengan sambal dabu-dabu buatan Gail.

"Apakah akan ada es buah?" tanyaku mengabaikan lengan Gail yang masih melingkar erat di pinggangku.

"Air putih lebih sehat..." sahutnya sambil meringis.

"Yahhh... itu tidak menarik Gail. Lebih baik-"

"Bagaimana kalau hanya buah saja tanpa es? Itu lebih sehat..."

"Hmm, tidak terlalu buruk. Jadi, apa yang bisa kulakukan selain melihatmu memasak?" aku menggigit bibirku dan mengetuk-ngetukkan jari telunjukku di dagu. Berusaha mengingat apa yang bisa aku lakukan selain melihatnya memasak. Dia, pria besar bermata biru ini tidak akan membiarkanku memegang pisau kalau dia sendiri sudah memegang pisau dan menjadi master chef nya.

"Berhenti menggigit bibirmu seperti itu sayang..." bisik Gail dengan suara serak. Aku menatap Gail.

"Kenapa?"

Kenapa?

Aku mengerjapkan mataku dan menggelengkan kepalaku saat baru saja terdengar seseorang juga menanyakan kenapa.

Like ButterflyWhere stories live. Discover now