"Papah kenapa diem ajah..?"  tanya Agam karna Gama hanya diam.

"Lah.. katanya tadi dengerin dulu, sekarang apa lagi..?" tanya balik Gama yang mengangkat kedua alisnya.

"Hehe.. Namanya Carra pah, Carramel " ucap Agam agak malu, setelah itu ia menceritakan bagaimana kepribadian Carra.

Yang selalu nolak Agam, dan segalanya, tidak ada yang Agam tutupi.

"Mau saran dari papah gak?" tanya Gama membuat Agam menyernyitkan keningnya.

"Saran" ulang Agam dan mendapat anggukan Gama.

"Gini... kamu kan tadi bilang dia nolak mulu sama kamu, mungkin ..nih yah mungkin dia emang cuma jual mahal, agar terkesan dikejar-kejar,  coba kamu sedikit cuek sama dia, pasti dia bakalan nyesel"

Ucap Gama panjang lebar yang hanya dibalas lirikan mata oleh Agam.

"Agam udah lakuin pah, tau gak hasilnya gimana, dia gak terpengaruh" ucap Agam yang menghela napas.

"Atau kamu minjem uang ajah sama dia, nih yah manusia itu kebanyakan cendrung memikirkan seseorang saat ada yang sesuatu dipinjamkan...iya gak"

Lanjut Gama yang membuat Agam sedikit mangut-mangut , boleh juga ide ayahnya ini.

**

Sore ini Agam ke rumah Raga,katanya mereka sudah kumpul disana.

Diperjalanan Agam terus bersiul ria, ia cukup senang dengan rencananya yang akan membuat Carra memikirkanya.

Ia kemudian melihat spion, Agam sedikit aneh pasalnya mobil hitam yang berada dibelakangnya dari ia keluar komplek rumah sampai sekarang mengikuti dibelakang terus.

Agam sedikit curiga, ia lalu menginjak pedal gas untuk semakin cepat kecepatanya.

Dan benar saja mobil hitam itu memang mengikutinya, Agam kemudian ingat saat ia menanyakan kepada ayahnya , apakah ayahnyakah yang mengirim pengawal , namun ternyata Gama tidak mengirim siapapun.

"Ko perasaan gue gak enak yah.." ucap Agam yang mengambil ponselnya.

Ia kemudian melihat kontak dan akan segera menelpon Raga, namun saat ia menemukan nomor Raga, tiba-tiba dihadapan Agam ada seorang lelaki .

Sontak Agam menginjak rem dan membantingkan setirnya kekiri.

Untung saja jalanan ini tidak ramai malah tergolong sepi.

Agam kemudian keluar , ia melihat lelaki itu yang tidak bergeming di tempatnya.

"Pak , kenapa bapak berdiri disitu , ini jalanan loh pak" ucap Agam yang mendekati lelaki itu.

Tak sengaja Agam melihat mobil hitam didepan sana yang terparkir.

Ya ampun itukan mobil yang ngikutin gue batin Agam dan lelaki dihadapan Agam tersenyum licik.

Agam kemudian berbalik arah karna tidak hanya satu mobil, tapi 2 mobil dan mereka keluar bersama, mungkin jumlahnya sekitar 8 orang.

"Gue tau pasti itu orang bener-bener ngikutin gue" ucap Agam, kemudian para lelaki itu berlari.

Suara langkahnya semakin dekat, tentu saja Agam pun berlari.

Namun seperti nya Agam tidak terlalu cepat , Bruggghh

Agam tersungkur ke aspal, ia dipukul dari belakang, Agam kemudian melihat kedelapan lelaki itu.

"Dasar bapak-bapak bisanya cuma maen keroyokan" ucap Agam yang bersiap-siap akan melawan.

Kemudian satu-persatu para lelaki itu menyerang Agam, jujur saja Agam sangat kwalahan.

Brugghh

Untuk kesekian kalinya Agam kena tinju, kini bibir dahi dan rahang Agam memar.

Dan sekedar info tinjuan bapak-bapak itu sangat tidak tanggung-tanggung.

Agam sudah lemas, darah terus mengucur dibibir Agam.

Mereka menendang seluruh tubuh Agam , namun sepertinya dewa penolong akan segera hadir.

Lihat lah sebuah mobil Lambo merah mendekati dengan kecepatan tinggi.

Mobil itupun menabrak 2 orang bapak-bapak yang mengeroyok Agam.

Sipengemudi pun keluar.

"Carra" ucap Agam melihat siapa yang mengemudikan mobil itu.

Tanpa aba-aba Carra menyerang orang suruhan itu dengan tidak tanggung-tanggung.

Agam yang melihatnya pun menelan salivanya dengan pahit, Carra sangat brutal.

Dan beberapa menit kemudian semua orang yang mengeroyok Agam sudah tumbang oleh Carra sendiri.

"Lo gapapa?".

**

Salam hangat dari Ninna Nattasha yang lagi nunggu rilisnya ponsel vivo f15.


The Ice Girls [END]Where stories live. Discover now