Logical Fallacy | Debat Jangan Sesat

Start from the beginning
                                    

A: "Eh, kok kita jadi ngomongin si C sih. Ghibah 'kan dosa ya."

B: (whispering ala sinetron) "Alah sok-sokan, loe aja sholat cuma setahun sekali."

Pernyataan si B ini, walaupun benar, sudah menyerang personality dari si A. Harusnya kan dia membahas tentang ghibah, bukan sholatnya si A.


Tu quoque

Bacanya: tu-kuo-kui, yang artinya kamu juga. Hampir mirip kaya Ad Hominem, cuma ini caranya tinggal serang balik aja. 

A: "Eh, kok kita jadi ngomongin si C sih. Ghibah 'kan dosa ya."

B: (whispering ala sinetron) "Alah sok-sokan, loe aja sholat cuma setahun sekali."

A: "Ah, elu 'kan juga!"

B: "Lah, kok loe bisa denger suara bisikan hati gue?"

A: "Lah, elu juga bisa!"

Intinya seolah tindakannya jadi benar, atau nggak salah-salah banget lah, karena lawannya pun melakukan.


Straw Man

Sebutan ini agaknya diambil dari manusia jerami, alias orang-orangan sawah. Artinya, kita akan lebih mudah menyerang lawan dengan membuatnya terlihat seperti orang-orangan sawah, yang lemah dan selalu salah :( 

Caranya dengan mencari-cari maksud terselubung yang mungkin disembunyikan oleh si kubu lawan. Tujuannya masih sama kaya yang di atas, mendiskreditkan persona tersebut. Istilah lainnya, suudzon mulu.

A: "Kita harus banyak membantu pedagang asongan."

B: "Oh, jadi gitu caranya biar gebetan lu suka ya?"


Ad Ignorantiam

Inget aja kata ignore, meneketehek. Seseorang membeberkan sesuatu yang dia sendiri nggak tahu kejadiannya ada atau tidak, datanya valid atau tidak. Menggunakan fallacy ini bisa membuat seseorang bicara tanpa fakta, dalam tanda kurung, hoax.

A: "Kayanya akhir-akhir ini sering banget gempa ya?"

B: "Iya, ini tuh karena ada senjata alien yang namanya HAARP itu."

A: "Lah, emang lu pernah lihat alien? Emang iya HAARP itu beneran?"

B: "Nggak tau sih, pokoknya kata bang chun gitu."

Bang Chun: "Eh quda, napa bawa-bawa nama gue!"

Intinya, ad ignorantiam itu berandai-andai, atau pun mempercayai sesuatu yang pada dasarnya masih simpang siur di benaknya. Yang bilang sendiri bahkan belum riset dengan betul. Nah, yang kaya begini seringkali membuat berita boong dan pseudosains meraja lela. Katanya ..., katanya ..., katanya.


Burden of Proof

Seorang pendebat wajib menyampaikan sanggahannya ke pihak lawan. Namun dia juga harus memberikan bukti valid bahwa lawannya melakukan kesalahan. Selama tidak bisa mendebunk argumen lawan, maka argumen terakhir dari pihak lawan tersebut dianggap benar. 

Justru pikiran seperti itu yang salah.

Kita tidak boleh yakin 100% bahwa argumen lawan itu pasti benar, hanya karena tidak bisa dibuktikan kesalahannya.

A: "Gorila itu doyan makan duren kan, ya?"

B: "Enggak lah! Mana ada buktinya? Di google images aja kaga ada gambarnya."

Conspirare | Menyingkap Tabir DuniaWhere stories live. Discover now