Zwei(2)

23 2 0
                                    


"Just remember that sometimes,

the way you think about a person isn't the way they actually are."

― Green, Town

Elle

"Bagaimana jika kita memilih dua kelompok narasumber? Kelompok pertama adalah narasumber yang menceritakan pengalaman orang terdekatnya dan kelompok kedua adalah narasumber yang menceritakan pengalamannya sendiri." terang Ameesha, salah satu temanku yang berasal dari India. Aku, Sandra, Ameesha, William dan Felix tengah mendiskusikan tugas paper kelompok di Primo Cafebar yang letaknya di dalam fakultas.

Tugas pertama dari dosen hukum pidana dan kriminologi, Profesor Grinald. Beliau meminta kami untuk membentuk kelompok dan membuat paper mengenai kasus hukum yang sering terjadi di masyarakat dalam kurun waktu tiga tahun terakhir. Walaupun baru awal, tetapi tidak ada kata main-main dalam mengerjakannya karena tugas ini merupakan latihan sebelum diikutsertakan dalam Moot Court(18) semester depan.

"Baiklah, untuk mempersingkat waktu pengerjaan, kita berbagi tugas. Aku yang akan mencari materi tambahan seperti penanggulangan dan pencegahan kasus. Ameesha dan Felix, kalian bertugas mencari informasi dari narasumber kelompok pertama. Lalu Elle dan Sandra dari narasumber kelompok kedua. Mulai besok kita bisa mencari bagian masing-masing lalu mengirimkannya lewat e-mail ke setiap anggota kelompok sebelum kita bertemu lagi untuk penyusunan akhir." Will mengambil bolpoinnya lalu mencatat pembagian tugas seperti yang ia katakan di notes miliknya.

Ameesha dan Felix lantas berunding mengenai bagian mereka dengan mimik serius sampai-sampai cara mereka berunding lebih terlihat seperti merundingkan tanggal pernikahan. Aku dan Sandra saling melempar senyum jahil, karena mengambil mata kuliah yang sama untuk semester ini membuat kami sering berada dalam kelompok yang sama dan bagian yang sama.

Aku menyeruput frappuccino yang tinggal setengah sebelum ikut menimpali. "Pembagian tugas sudah, sekarang menurutku akan lebih baik jika kita juga menentukan batas waktunya. Kita memiliki waktu dua minggu. Sebaiknya satu minggu digunakan untuk mengumpulkan dan merapikan materi kemudian satu minggu sisanya digunakan untuk menyusun."

"Setuju!" Sandra menyahut dengan nada riangnya seperti biasa.

Felix menjentikkan jemarinya. "Jadi semuanya beres kan? Kalau begitu pertemuan ini kita anggap selesai."

Kami lantas membereskan barang-barang yang tergeletak memenuhi meja dibarengi obrolan ringan dengan bahasan yang berbeda seratus delapan puluh derajat seperti dua jam sebelumnya. Tak lama kemudian, Will dan Felix berpamitan yang disusul dengan Ameesha karena harus membawa kucingnya untuk grooming. Tinggalah aku dan Sandra yang masih enggan beranjak dari kursi.

"Elle menurutmu bagus tidak?" Sandra menyodorkan ponselnya yang menampilkan gambar kamera berjenis DSLR. Nikon D3200.

Fotografi dan menulis adalah dua hal yang disukai Sandra. Sejak middle school ia telah menyumbangkan berbagai puisi dan cerpen untuk mading, menjadi kontributor di salah satu majalah remaja, sampai mengirimkan hasil bidikannya dalam kompetisi untuk pelajar maupun umum.

Rona wajahnya yang bahagia saat memperlihatkan padaku selebaran berisi info rekrutmen klub jurnalistik kampus dan sepuluh hari setelahnya nama Sandra terpampang di papan pengumuman sebagai salah satu Mahasiswa semester awal yang lolos seleksi. Biar kutebak, mungkin ia berencana membelinya sebagai equipment yang sangat mendukung. Aku memperhatikan gambar kamera itu. Sepintas terlihat sama dengan jenis kamera DLSR lainnya tetapi jika dilihat seksama akan tampak perbedaannya.

Aku mengembalikan ponselnya seraya melontarkan tebakanku. "Bagus. Kau ingin membelinya?"

Sandra mengangguk dengan semangat. "Salah satu tipe kamera dari Nikon yang ingin kumiliki, kemarin aku baru mengecek saldo tabunganku dan ternyata sudah cukup. Mungkin lusa aku akan membelinya, kau mau menemaniku kan?"

DITERBITKAN DALAM VERSI E-BOOK OLEH BHUANA ILMU POPULER Where stories live. Discover now