8. masa lalu Yara

15 5 0
                                    

Ketenaran bukan lah segalanya.
Tapi cinta melebihi kesenangan yg diperoleh dari ketenaran.
~ yara

Terkadang realita tak seperti ekspetasi kita. Terkadang juga kita harus merasakan hidup kita seperti dihunus beribu pedang. Sama halnya dengan seorang gadis bernama Yara. Mungkin jika kalian pernah berada di posisi Yara, hal terbesar yg kemungkinan kalian lakukan adalah" mengakhiri hidup". Tapi, ini lah Yara, dia lebih memilih bertahan daripada mengakhiri. Meski, jalan yg ia tempuh kadang membuat ia jatuh dan bangkit kembali.
Terlepas dari kesibukan Yara sebagai penulis, ia juga merindukan moment-moment kebersamaan bersama keluarganya. Namun di sinilah Yara, bersama seorang lelaki yg baru ia kenal saat di Paris. Pertemuan mereka memang sangat tidak romantis, tapi demi dewa Neptunus di bikini bottom. Yara merasa bersyukur bisa bertemu dengan pemuda itu. Ia menatap Rey yg sedang membersihkan kamarnya. Yara memang sejak dulu tergantung pada orang-orang di sekitarnya. Sama halnya seperti Sila, dari dulu sampai sekarang Sila lah yg selalu membersihkan kamar Yara. Tapi kali ini, nuansanya sedikit berbeda karena kedatangan Rey di hidupnya. Sebenarnya Ia tak mau merepotkan Rey, tapi karena lelaki ini yg mau. Maka ia fine, fine saja.

"Gue tau gue tampan Ra. Gak usah dilihatin terus dong!" Seru Rey masih tetap melanjutkan kegiatannya yg tertunda akibat Yara yg terus menerus memandanginya.

"Seandainya dulu gue gak terlahir, pasti amat sangat bahagia Rey!" Seru Yara.
" ngomong apa sih? Ngawur deh!"
" terkadang setiap manusia punya titik lemah tersendiri Rey!" Guman Yara.

Rey menyelesaikan acara menyapunya. Ia menaiki ranjang dan ikut berbaring di samping Yara.
" lo ada masalah Yara?"
" bahkan gue yg udah capek hadapin masalah yg gak mau lepas dari gue Rey!"

Rey merasa hatinya sakit mendengar setiap penuturan dari Yara. Ia mendekap Yara, dan ikut merasakan kegaduhan hati Yara.
" lo boleh cerita sama gue Ra. Gue juga pengen tau masa lalu lo. Lo juga udah tau gue kekmana!"
" hmmm... bicara itu capek Rey!"
"Nanti gue kasih coklat deh!"

Flasback;

Seorang gadis berambut sebahu kelihatan sedang sibuk menata makanan di atas meja. Sudah pukul 07.00 pagi, tapi gadis itu tak kunjung melihat kedua orang tuanya turun dari atas. Padahal sebentar lagi bel sekolah nya akan berbunyi. Gadis dengan pakaian seragam SMP itu segera mengambil ransel nya dan pergi berjalan kaki ke sekolah. Ia tak mau merepotkan orang tuanya yg bahkan tak pernah menganggap nya ada.
Gadis itu adalah Yara. Terlahir dengan bakat dan kecantikan yg sungguh luar biasa. Menjadi terkenal itu sudah biasa bagi Yara. Gadis itu adalah pentolan nomor satu di smp nya. Jago olahraga, pintar akademik dan mahir memainkan berbagai alat musik, itu lah Yara. Namun karena itu juga yg membuat banyak orang membencinya. Kedua orang tua nya tidak menganggap nya lagi karena tuduhan palsu dari teman sekolahnya. Yara dituduh curang dan bertindak kasar di sekolah. Padahal tak sekalipun Yara melakukan hal itu. Karena ia memang telah terlahir sempurna.
Yara semakin berlari ketika gerbang hampir di tutup. Beruntung pak Bambang melihat Yara. Sebagai security sekolah, pak Bambang dikenal sebagai orang yg baik. Ia masih membukakan gerbang bagi Yara. Dengan senyuman nya, Yara mengucapkan terimakasih kepada pak bambang.
Sampainya di kelas, Yara dihadiahi air comberan dari teman sekelasnya. Yara sangat marah, ia melihat sang pelaku. Ternyata dia adalah gadis yg memfitnah Yara dari dulu. Karena tidak kuat menahan emosi, Yara menendang sang pelaku. Bahkan tak sampai disitu saja, Yara membanting gadis itu hingga gadis itu bercucuran darah. Tak ada satupun yg melerai Yara. Karena mereka terlalu takut dengan Yara.
Yara mengambil belati dari dalam tas nya. Ia menusukkannya tepat pada lutut gadis itu, hingga gadis itu berteriak histeris dan memohon maaf.
Sila yg kebetulan baru datang karena terlambat melihat dengan jelas aksi Yara yg hanya melakukan pembelaan diri. Sila hendak melerai, namun terlambat sudah, Bu Rita sudah masuk kelas dan sebagian siswa melapor hal yg tidak sesuai dengan Fakta. Alhasil bu Rita marah besar dan menari tangan Yara memasuki ruang BK. Yara hanya bisa pasrah, ia juga tau hukuman apa yg akan ia terima. Bukan hukuman dari sekolah yg ia takutkan, melainkan hukuman dari kedua orang tuanya.
****

" cetrakkk!"

Suara cambukan itu begitu mendominasi suara kediaman rumah Yara. Gadis itu sedang menjalankan hukuman dari orang tuanya. Bahkan ayah nya sendiri tak percaya pada penjelasan yg diberikan Yara. Gadis itu menangis? Tidak
Ia merintih? Jawabannya Tidak.

Ini sudah cambukan yg ke sepuluh. Baju yara sudah mulai robek-robek. Tapi ia sama sekali tak menangis, melainkan hanya memberikan tatapan sendu. Sudah terlalu Banyak air mata yg ia keluarkan. Jadi percuma saja bila air mata itu terus keluar.

"Dasar anak tidak tau diri!" Teriak ayah yara. Sambil menganyunkan cambuk itu lagi tepat di punggung Yara. Rasanya, ia sudah sangat tidak kuat. Beginikah nasib sial nya? Seberapa besarkah kesalahan yg pernah ia perbuat, hingga harus begini?

"Cetrakkk..."

Suara cambukan itu lagi. Ayah Yara seolah tidak memiliki perasaan lagi. Habis sudah pertahanan Yara. Terakhir kali sebelum ia menutup matanya ia melihat ibunya yg hanya berdiam diri menatapnya. Yara melihat ibunya sendu, ia rindu dengan sosok itu yg dulunya sangat menyayanginya. Namun sosok itu berubah menjadi wanita yg tidak punya perasaan lagi.

" Tuhan, jika ini ajalku. Tolong jemputlah aku ke sisi mu secepatnya!" Seru Yara.

Ia yakin ibunya mendengar omongan nya. Tapi ini sudah sakit, Yara tidak tahan lagi. Ia berharap bahwa semua nya cepat selesai. Bersamaan dengan harapannya itu, mata sendu itu mulai meredup dan seiring waktu berjalan mata itu tak terbuka lagi hilang bersama dengan datang nya kegelapan.

2 Minggu kemudian

Sosok itu masih menutup matanya erat, serasa ia tak ingin dibangunkan lagi. Tapi harapan gadis itu tak kunjung di kabulkan Tuhan. Nyatanya gadis itu masih hidup.
Netra itu mengerjap-erjap pelan. Ia menyesuaikan cahaya yg masuk. Sedikir bergerak, rasanya seperti terbakar. Ia baru mengingat bahwa ia baru saja dicambuk oleh Ayahnya sendiri. Yara menelisik setiap ruangan ini, ternyata dia berada di rumah sakit. Bersama dengan seorang gadis seusianya yg melihatnya dengan senyuman.

" hy... Yara! Bagaimana keadan mu?"
"Si..Sila?" Guman Yara pelan.
" ya, kau mengenalku ternyata! Seru Sila sambil memberikan segelas air putih yg langsung diambil oleh Yara.

" mengapa aku bisa ada disini?" Seru Yara.
"Ayah ku yg membawa mu kemari saat kau dicambuk oleh ayah mu di rumah mu!"
"Bagaimana kau tau kalau aku sedang dihukum?"
" aku membuntuti mu waktu itu Yara. Aku juga menelpon ayah ku agar ia datang. Beruntu ayah ku datang tepat waktu. Jadi kami langsung membawamu kemari!"

Hati Yara seperti tertohok, ia membenci hidupnya. Ia membenci kedua orang tuanya yg bahkan tak datang menemuinya. Tak terasa bahwa air mata Yara menetes.

"Tenang lah Yara, kau boleh tinggal bersama kami. Aku akan menjadi sahabatmu. Kau tak perlu takut lagi!"
"Kenapa Tuhan tidak membawaku saja Sila?"
"Jangan berkata begitu Yara!" Seru sila sambil ikut menangis. Ia tau seberapa berat penderitaan Yara selama ini. Ia berjanji akan menjadi sahabat bagi Yara dan Sila memang benar-benar akan melakukan itu.

Holaaa...
Hari ini aku up 2 chap sekaligu.
Belum revisi, harap voment

17/02/2019

First Meet In Parisजहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें