Royal Miles Club (2)

1.8K 242 6
                                    

Royal Miles Club, New York.

Suara musik yang dimainkan oleh disjoki di Royal Miles membuat orang-orang di sekitarku terlena dan asik menari malam itu. Mereka bahkan tampaknya tak keberatan saat aku menyalip dan menyenggol beberapa dari mereka untuk mencari seorang wanita bernama Anna.

Ya, dari informasi yang kudapat, Anna Prescott bekerja di sini dan kemungkinan besar ia bertemu dengan Tuan Addison di tempat ini juga.

Aku harus menemuinya untuk beberapa hal dan kurasa mengiriminya surat investigasi bukanlah cara yang efektif. Wanita seperti Anna pastinya tidak ingin datang secara sukarela ke kantor polisi untuk penyelidikan. Ia tak terlihat seperti wanita yang akan melakukan hal itu juga omong-omong.

Dari sudut meja bar, aku akhirnya melihat Anna. Ia tengah berdiri di dekat seorang pria bertubuh kekar dengan banyak tatoo di tangannya. Malam itu, Anna menggunakan gaun ungu yang tampak tidak asing. Seperti aku pernah melihat wanita itu menggunakan gaun yang sama sebelumnya, tapi tidak ingat dimana.

Selanjutnya, kulihat Anna mulai bergerak mendekati pria itu. Merangkulnya dengan mesra dan memberinya tatapan menggoda yang justru terlihat berbanding terbalik dengan ekspresi sang pria. Pria itu tampak enggan saat Anna menyentuh wajahnya ataupun bagian tubuhnya yang lain. Apa hubungan mereka berdua?

Berselang beberapa menit, pria itu akhirnya pergi meninggalkan Anna di meja bar. Dan kurasa inilah kesempatanku.

Aku mendekatinya dan memberanikan diri untuk menyapa, "Nona Prescott."

Wajahnya lantas berubah serius saat melihatku. Ia menyusuri tubuhku dengan iris birunya itu dari ujung kaki sampai ujung kepala sebelum akhirnya mencebik. "Aku tidak ingin berbagi pria malam ini, aku sedang butuh uang." Anna kemudian mengacak-ngacak rambutnya frustrasi. "Pergilah dari sini!"

Aku tidak menanggapinya karena sepertinya Anna sedang berada di bawah pengaruh alkohol. Dia pasti dalam keadaan setengah sadar saat mengucapkan hal itu.

"Kenapa kau masih di sini?!" pekik Anna. Ia bahkan mendorong tubuhku dengan sisa tenaganya. "Sudah kubilang, aku tak akan berbagi pria malam ini, aku benar-benar sedang butuh uang. Apa kau tidak mendengarku?!"

"Ada yang ingin aku bicarakan denganmu, Nona Prescott," tukasku langsung ke intinya.

Tapi ia justru mendecih sinis di hadapanku. "Jangan memanggilku seperti itu, itu bukan namaku." Meski Anna sedang mabuk, kata-katanya barusan tidak bisa hilang begitu saja dari pikiranku.

"Apa maksudmu? Bukankah namamu adalah Anna Prescott?"

Wanita bergaun ungu dengan kalung perak di lehernya itu justru terkekeh pendek;terdengar mencemooh. "Kau ini tidak mau mendengarkanku rupanya." Sontak aku mengerutkan keningku tak mengerti. "Namaku bukan Anna Prescott, itu hanya nama yang pria tua itu berikan kepadaku. Merepotkan!"

Aku tahu dia sedang mabuk. Tapi ucapannya barusan terdengar serius malam itu.

"Tunggu-tunggu, kau tampak tidak asing," ujarnya melanjutkan. Lalu wanita bermata biru itu mendekatiku, memicingkan matanya dengan tajam. "Kau gadis langit itu, bukan?"

"Ap-gadis apa?"

Wanita--yang kutahu--bernama Anna itu justru tertawa nyaring. Lalu ia menepuk-nepuk pundakku, seolah kami berteman akrab sebelumnya. "Dia membiarkanmu hidup ternyata," katanya lagi. "Setelah berbulan-bulan lamanya, aku tidak menyangka akan bertemu lagi denganmu di sini, Sky."

"Kau ini bicara apa? Bagaimana kau tahu namaku?" Anna kemudian duduk pada kursi di belakangnya. "Aku ke tempat ini untuk menanyai beberapa hal mengenai Daniel Addison," ucapku berusaha menjelaskan.

Tapi lagi-lagi Anna hanya mencebik. "Jangan sebut namanya di depanku. Aku sudah muak. Pria tua itu terus mengancamku dan aku mulai gila karenanya," katanya. "Dia memintaku mengurus anaknya yang tuli itu dan aku benar-benar kerepotan sekarang."

"Anak yang tuli?" Itu pasti Ben. "Apa dia tinggal bersamamu?" tanyaku antusias. "Katakan padaku dimana anak itu sekarang."

Wanita bernama Anna itu kemudian tertawa lagi dan bersedekap. "Kau bercanda, huh? Kenapa harus tanya padaku jika kau sendiri sudah tahu jawabannya."

"Ap--apa maksudmu, Anna?"

"Kau tidak ingat?" Anna menatapku tak percaya. "Sungguh tidak bisa dipercaya." Ia kembali beranjak dari kursinya dan mendekat hingga jarak kami hanya beberapa senti.

Lalu ia berbisik, "Kau bahkan ada di sana saat anak malang itu disiksa, Sky. Tidakkah kau ingat?"


T H E  L O S T  B R O T H E R
A Novel by
Nurohima
~

The Lost Brother (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang