4

16K 650 2
                                    

"Tuan ini ingin bertemu Nona Jasmine, Nyonya." Kedua penjaga mansion Jennie membawa Noah ke hadapan sang pemilik rumah. Yang dibawa hanya memutar bola mata malas seakan merendahkan kedua pria berkepala plontos yang tengah memegangi tangannya seolah ia seorang tahanan.

Jennie meletakkan gelas anggurnya dan tersenyum. "Kalian boleh pergi, dia seorang teman." Kedua pria itu mengangguk dan menuruti perintah nyonyanya.

"Sir Noah," Jennie menghampiri Noah, "aku sudah mengirimkan 2 wanita terbaik setelah Jas untukmu, ada apa lagi?"

Noah menggeram kecil. "Aku kecewa. Servis mereka tidak sebaik Jasmine-ku."

Jennie lekas tertawa dan mengibaskan tangannya. "Kau ini bicara apa? Mereka bahkan lebih pandai dalam bidang itu dibanding Jas, hanya saja fisik Jas memang yang terbaik di Skyline. Mana mungkin kau tidak bergairah dengan mereka? Ah, jangan-jangan, kau ini jatuh cinta pada J—"

"Jangan bicara omong kosong!" bantah Noah yang membuat Jennie membungkam. Tapi wanita tua itu masih mengulas sebuah senyuman di bibirnya.

"Aku ingin bertemu Jas. Kau tidak mengirimnya padaku tadi."

"Tidak bisa. Dia sedang tertidur dan dalam keadaan sakit. Aku tidak bisa membiarkanmu bermain dengannya dengan kondisinya yang seperti itu," tolak Jennie.

"Aku hanya ingin melihatnya. Tak ada maksud lain."

"Hmm, nafsu yang belum terlepaskan dan mendadak datang kemari. Apakah tidak seharusnya aku khawatir?"

Noah menggeram menahan amarah. "Aku ingin bertemu dengan Jasmine!" Sekali lagi pria itu membentak.

"Dalam 1 syarat." Jennie terkekeh. "Kau dalam pantauan."

Noah terpaksa mengangguk meski ia tidak suka diikuti oleh orang yang tak ia kenal, termasuk salah satu pengawal Jennie. Tapi jika itu adalah satu-satunya cara agar ia bisa melepaskan sedikit rasa sesak di dadanya ini, maka ia rela. Demi bertemu Jasmine.

Noah berjalan mengitari tangga dan ke ujung lorong. Ia berhenti di depan pintu sebuah kamar yang ia ketahui adalah kamar Jasmine.

"Kau bisa tunggu di sini," kata Noah pada sang pengawal yang sedari tadi membuntutinya.

"Tidak bisa, Sir. Nyonya Jennie memerintah saya untuk terus mengikuti Anda."

Noah menghela napas. "Kau tidak boleh masuk ke kamar Jasmine!"

Pria di hadapannya itu menunduk sopan. "Saya hanya menuruti perintah Mrs. Franklin."

Noah menggeram, tapi ia takkan kehabisan akal. "Baiklah, kau bisa tunggu di sini dan aku akan membiarkan pintunya terbuka hingga kau bisa terus memantauku. Bagaimana?"

Pria itu mengangguk setuju.

Noah membuka pintu perlahan. Seketika aroma lavender dari kamar itu langsung menyeruak di rongga hidungnya. Dadanya menghangat saat ia melihat seorang wanita tertidur pulas di atas ranjang berwarna putih.

Noah melirik pada pengawal di belakangnya. Emosinya tiba-tiba naik ke ujung ubun-ubun saat mendapati sang pengawal tengah menatap Jasmine dengan tatapan sayu. Noah tahu tatapan itu. Tatapan seorang pria yang tengah menginginkan seorang wanita.

"Singkirkan pandanganmu dari wanitaku atau bersiap kehilangan kedua bola matamu!"

Pemuda di belakangnya langsung merunduk malu dan meminta maaf, meski Noah tak menghiraukannya.

Perlahan Noah melangkahkan kedua kakinya, tidak ingin suara ketukan pantofelnya pada lantai marmer itu membangunkan Jasmine yang tampak tertidur pulas.

Noah duduk tepat di samping Jasmine berbaring. Pria itu menatap lekat wajah Jasmine. Dimulai dari matanya yang tertutup, hidung mungilnya yang bangir, bibir yang seksi, dan tulang pipi yang sempurna. Jasmine.. begitu cantik.

Tanpa Noah sadari tangan pria itu mengelus rambut Jasmine dengan lembut, sangat amat lembut.

Noah mulai mendekati wajahnya pada wajah Jasmine. Ia tampak tak dapat menahan ekspresi tidur yang menggemaskan dari wanita itu.

"Sir, tidak boleh menyentuh," ujar si pengawal setengah berbisik.

Noah menahan geramannya dan kembalik menegakkan tubuhnya yang tadi membungkuk hendak mencium Jasmine.

Tiba-tiba Jasmine menggeliatkan tubuhnya, membuat Noah terkesiap dan segera berdiri.

"Sir.." Jasmine tampak mengigau.

Noah mendelik tajam mendengar igauan yang keluar dari mulut Jasmine.

Apa ia memimpikan pria lain?! batin Noah bertanya dengan kesal.

"Sir.. Sir Noah..," lanjut Jasmine membuat amarah Noah memadam.

Pria itu menatap Jasmine dengan tatapan berbinar, seperti ada secerah harapan. Yang dikatakan Jasmine berikutnya membuat Noah semakin terkejut.

"Aku mencintaimu.."

Noah menatap Jasmine dengan tatapan yang bertanya-tanya. Apa itu ditujukan padaku? tanyanya lagi dalam hati.

"Baby Jas..," Noah hendak membangunkan Jasmine untuk bertanya apa yang sedang terjadi dan meminta penjelasan akan ucapannya tadi. Tapi si pengawal muda itu segera memotongnya.

"Sir, mohon tidak mengganggu istirahat Nona Jasmine."

Noah sekali lagi menahan geramannya. Pria itu menghela napas kasar dan keluar kamar Jasmine dengan langkah lebar. Pikirannya masih melayang pada mimpi Jasmine tadi. Apakah wanita itu mengatakan cinta padanya di dalam mimpinya? Atau.. pada pria lain? Tapi bukankah Jasmine memang mengigaukan namanya?

Noah menggelengkan kepalanya. Untuk apa pula ia memikirkan itu?! Tidak penting. Jasmine hanya pemuas nafsunya. Ia tak perlu memikirkan perasaan wanita itu. Ia tak peduli.

Ebook Sir Noah sudah tersedia di google play

https://play.google.com/store/books/details?id=R_q-DwAAQBAJ

Sir NoahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang