"Iya."

"Kamu sedang di luar?"

"Aku baru saja bertemu dengan teman," Aku melihat sekeliling kafe yang ramai. Lalu, aku melihatnya. Axel. Tapi pria itu tidak sendiri. Dia bersama dengan seorang wanita. Mereka terlihat dekat.

Aku mendengus melihat pemandangan itu. Hatiku seperti menyalurkan hawa panas ke seluruh tubuh. Tanpa sadar, tanganku mengepal. Siapa wanita yang sedang tertawa bersama Axel? Aku pikir Axel bukan pria yang suka berlama-lama dengan makhluk berjenis kelamin perempuan. Apalagi di tempat ramai seperti ini.

"Nasha. Kamu kenapa?"

Pertanyaan Alfa menyadarkanku. Aku mengerjap dan mencoba tersenyum padanya, lalu menggeleng.

"Aku tutup dulu, ya. Nanti kita ngobrol lagi. Assalamualaikum, Almira Alfa."

Cepat-cepat aku menutup video call dengan Almira dan Alfa. Mataku kembali memperhatikan Axel yang masih berada di sana. Aku membeliak melihat mereka berpegangan tangan. Ada sesuatu yang mendorongku untuk berdiri dan menghampiri mereka. Aku tidak tahu mengapa rasanya menyebalkan melihat pemandangan itu.

"Axel," panggilku setenang mungkin.

Axel terlihat terkejut dengan kedatanganku. Mungkin dia tidak menyangka kalau aku akan mengangkap basah dirinya. Dia menatap tajam wanita di hadapannya, lalu menyentakkan tangan agar genggaman mereka terlepas.

"Nasha, dia ...." Axel mencoba menjelaskan, tapi dipotong oleh wanita aneh itu.

"Hai, kamu Nasha?" tanya wanita itu sok akrab. Dia mengulur tangan dan tersenyum lebar padaku. "Aku Gladis. Teman dekat Axel."

Apa? Teman dekat Axel? Apa maksud wanita bernama Gladis itu? Axel punya teman dekat wanita dan dia tidak pernah menceritakannya padaku? Apa mereka memiliki hubungan khusus?

"Hai, aku Nasha. Aku ... ," Aku melirik Axel sebelum melanjutkan kalimat. "hanya teman lama Axel."

Aku bisa melihat Axel melotot padaku. Memangnya dia berharap aku mengatakan apa? Ibu dari anaknya? Calon istrinya? Dia bahkan tidak pernah mengungkapkan perasaan cintanya padaku. Dia terus saja mengajakku menikah, tapi tidak mau berkata 'cinta' padaku. Menyebalkankan sekali.

"Really? Aku pikir kamu calon istrinya?" Pertanyaan Gladis membuatku menoleh pada wanita itu. Benarkah Axel berkata begitu? Mungkinkah dia bermaksud memberi tahu Gladis bahwa aku adalah calon istrinya? Aku menggeleng. Ah, tidak. Sepertinya aku terlalu banyak berharap.

"Kamu pasti salah orang," elakku sambil menutupi rasa sakit yang tiba-tiba menyerang hati. Aku bisa merasakan jantungku berdebar dengan keras. Juga keringat dingin yang mulai membasahi pelipisku.

"Axel bilang dia akan menikahi seseorang, padahal aku tidak pernah melihatnya dekat dengan wanita mana pun. Jadi, waktu kamu menyapanya tadi. Kupikir kalian cukup dekat. You know, tidak banyak orang yang mau menyapanya," kata Gladis santai, lalu tertawa tidak jelas. Aku memandanginya penuh tanya. Siapa sebenarnya Gladis ini?

"Benarkah? Mungkin dia hanya mengatakan itu untuk menolakmu," balasku.

"Nasha," panggil Axel meminta perhatianku. Aku menoleh dan mendapati tatapannya yang serius."Aku benar-benar tidak mengenalnya. Trust me."

Aku tersenyum. Kata-kata Axel membuatku sangat senang, tapi entah mengapa aku masih merasa kesal padanya. Jadi, aku malah berkata sedikit ketus, "Aku selalu memercayaimu, Xel. Tidak perlu khawatir."

Tentu saja aku tidak serius dengan perkataan itu. Aku masih mencoba untuk mengenal dan memercayai sosok Axel. Tapi melihatnya bersama dengan wanita lain dan terlihat dekat, membuatku dipenuhi amarah.

Tunggu dulu! Mengapa aku harus marah melihat Axel bersama wanita lain? Memangnya aku siapa Axel? Kami tidak memiliki hubungan apa pun kecuali sebagai orang tua Ares. Itu pun karena keadaan yang memaksa kami.

"Aku hanya kebetulan melihatmu, jadi aku menyapa. Maaf kalau aku mengganggu kalian. Permisi." Aku tidak tahan lagi berada di sini. Lebih baik aku segera pergi sebelum mengatakan hal-hal yang tidak aku inginkan.

"Nasha!" Aku bisa mendengar Axel memanggil.

Siapa peduli? Aku tidak butuh penjelasan Axel mengenai siapa wanita bernama Gladis itu. Dia berhak bertemu dengan wanita mana pun. Aku tidak memiliki hak untuk melarangnya. Menyadari hal itu, membuatku merasa frustasi.

Aku berjalan cepat meninggalkan kafe, lalu menoleh ke belakang. Kekecewaan langsung menyergapku saat menyadari Axel benar-benar tidak mengejarku. Apa dia sungguh memiliki hubungan dengan Gladis? Aku sempat mendengar Gladis melarang Axel untuk mengejarku tadi. Mungkinkah Axel lebih mementingkan Gladis?

Pikiranku kacau. Aku berjalan lebih cepat menuju mobil. Membanting kuat pintu mobil saat aku menutupnya. Lalu, aku meremas kemudi dengan keras. Tanganku meraih handphone dan berharap Axel paling tidak menghubungiku. Tapi nihil. Tidak ada panggilan dari pria itu. Bahkan pesan pun tidak ada.

Nasha! Sebenarnya apa yang kamu inginkan? Bukankah kamu yang mengulur waktu untuk bisa bersatu dengan Axel? Dia pasti bosan membujukmu dan mulai mencari wanita lain. Kamu terlalu sulit dijangkau.

Aku menggeleng-gelengkan kepala dengan keras. Sebelumnya, kukira Axel cukup sabar untuk menungguku. Aku hanya membutuhkan sedikit lagu waktu untuk menerimanya. Mengapa dia menjadi tidak sabaran seperti itu? Apakah ini seperti dugaanku, bahwa Axel hanya merasa bertanggung jawab kepadaku dan Ares? Sebenarnya dia tidak pernah mencintai kami dengan tulus.

Arggghhh

Ingin rasanya berteriak sekeras mungkin untuk menyingkirkan kegelisahanku saat ini. Tapi aku teringat sesuatu. Ya, hijrah. Aku sudah berhijrah. Mengapa sikapmu masih juga tidak berubah. Dalam sekejap aku merutuki kebodohanku.

Ya, Allah. Inikah ujian awal-Mu untuk mencoba kesabaranku?

Astagfirullah

Aku mulai beristighfar berulang kali. Mencoba menenangkan diri dan berhasil. Sepertinya aku harus lebih banyak introspeksi. Apa ya bahasa kerennya? Muhasabah? Apapun itu. Aku akan menata hati agar lebih layak menjadi seorang muslimah sejati.

Dengan hati yang lebih ringan, aku meninggalkan kafe. Membiarkan Axel di sana. Jika berniat menjelaskan, dia pasti akan menghubungi atau mendatangiku. Iya, kan?

---Bersambung---

Assalamualaikum. Selamat pagi. Sudah menunggu kisah Nasha-Axel? Geer 😂

Selamat membaca. Semoga saya selalu bisa memberi manfaat melalui tulisan-tulisan saya.

Terima kasih untuk yang membaca, memberi bintang, dan komentarnya.

Salam penuh sayang

Lina Rahayu

HUBBIY (Kala Rasa Tiba) ^^==^^ (SELESAI)Where stories live. Discover now