AXEL
Aku mengambil langkah lebar, nyaris berlari. Telepon tiba-tiba di saat yang tidak tepat membuatku menjadi gila. Entah berapa kali aku menghela napas dengan berat.
Hari ini aku merasa berada di titik tergelap dalam hidup. Aku tengah merutuki kebodohan yang kulakukan, ketika adikku menelepon dan mengatakan jika keadaan Mama memburuk. Mengapa harus ada dua kejadian yang menguras emosi di hari yang sangat cerah ini?
Aku belum berniat menceritakan kejadian yang lain. Sekarang aku hanya ingin segera melihat Mama dan memastikan kondisinya tidak seburuk pikiranku. Akhir-akhir ini, Mama memang terlihat capai.
Aku mempercepat langkah ketika sudah berada di dekat kamar Mama. Tangan kananku gemetar begitu menyentuh kenop pintu. Namun, aku berusaha menenangkan hati dan melangkah masuk.
“Mama!” Aku menghampiri Mama yang tertidur di ranjang. Dia tersenyum lemah padaku. “Mama kenapa?”
“Mama baik-baik saja, Xel. Mereka saja yang terlalu berlebihan.” Mataku beralih pada kedua adik perempuanku. Mereka tersenyum canggung.
Aku menghela napas. “Memangnya tadi Mama kenapa?” tanyaku pada Jessy, si bungsu yang masih kuliah semester enam.
Jessy tampak ragu. Dia menoleh pada Vanny yang terus memperbaiki tatanan rambutnya. Aku mengerutkan kening. Itu adalah kebiasaan Vanny ketika dia berbuat salah. Adikku yang belum genap berusia 24 tahun itu manusia paling jujur.
"Kenapa, Van?"
"Itu, Kak ...." Vanny berdeham benerapa kali. "Maaf," katanya pelan.
Aku menghela napas berat, lalu mengusap wajah dengan kasar. Tahukah mereka apa yang baru saja aku alami sebelum datang ke sini? Aku bahkan meninggalkan sesuatu yang berharga karena telepon dari adik-adikku itu.
"Ada masalah apa, Xel?" Mama mendekat dan menyentuh lenganku. Aku tersentak merasakan tangan lembutnya. "Kenapa?"
Mataku mengerjap, lalu menelan ludah dengan susah payah. Bagaimana bisa aku mengatakan kesalahan memalukan semalam? Aku, Axel Dirgantara Walzer, tidak pernah merasa menjadi pria terburuk sepanjang usia. Sampai 34 tahun lebih aku menjaga diri dan berhati-hati. Mengapa aku bisa terjerumus kali ini?
"Axel," panggil Mama lirih. Dia mengguncang pelan tubuhku.
"Ma, Axel harus pergi, Axel ...."
Sungguh! Aku tidak tahu bagaimana cara menjelaskan pada Mama tanpa melukai perasaannya. Ini adalah kesalahan pertamaku, jadi aku belum tahu bagaimana cara menyelesaikannya.
Mama menggenggam kedua tanganku dan tersenyum. "Pergilah. Jangan membebani diri sendiri, Sayang. Mama tahu kamu selalu bisa diandalkan."
Tanpa bisa ditahan, aku memeluk tubuh mungil Mama. "Axel akan menyelesaikan masalah ini dengan baik, Ma," bisikku sepelan mungkin. Berharap kedua adikku tidak mendengar dan bertanya macam-macam.
Aku berpaling pada Jessy dan Vanny. "Jaga Mama. Jangan melakukan hal-hal konyol yang tidak penting," pesanku. Mereka mengangguk paham.
Setelah mengangguk singkat pada Mama, aku melesat keluar, kali ini setengah berlari. Aku tidak ingin terlambat menyelesaikan masalah. Waktuku tidak banyak. Semoga saja dia belum pergi.
Dia yang aku maksud adalah seorang gadis, ah, bukan, karena sebuah kesalahan, dia tidak menyandang status itu lagi.
Ya! Kalian benar. Akulah yang bertanggung jawab untuk hal itu. Tunggu dulu! Jangan memandangku sebagai pria hidung belang yang suka bergonta ganti pasangan. Sebaliknya, seumur hidup, aku menghindari makhluk bernama wanita.
YOU ARE READING
HUBBIY (Kala Rasa Tiba) ^^==^^ (SELESAI)
SpiritualAxel tak pernah menyangka akan mengalami kejadian yang mampu merubah dunianya. Dia jatuh cinta pada wanita yang mencintai pria lain. Baginya, Nasha adalah cinta pandangan pertama. Sementara bagi Nasha, Axel hanya Sang Penolong. Mampukah Axel membuat...
