AXEL
"Jadi, bagaimana dengan persiapan peluncuran produk baru kita?" tanyaku tanpa mengalihkan mata dari berkas yang sedang kubaca.
"Sudah beres. Tinggal menunggu tanggal peluncuran saja."
"Bagus. Tinggal tiga hari lagi, kan?" Aku kembali bertanya. Lagi-lagi tanpa berhenti membaca semua berkas di meja.
"Iya."
Hening. Sean pasti sudah keluar dari ruanganku. Dia selalu pengertian padaku. Di saat-saat seperti ini, aku memang butuh konsentrasi penuh. Aku lebih suka sendiri ketika menyelesaikan pekerjaan.
Sean Samudra Walzer adalah adik sekaligus tangan kananku dalam mengurus bisnis. Dia sudah terbiasa membantuku semenjak kuliah. Sebenarnya aku lebih suka dia fokus belajar, daripada membantuku di kantor. Aku masih mampu menangani semuanya sendiri. Tapi adikku itu sangat keras kepala. Dia mengancam akan berhenti kuliah kalau aku melarangnya bekerja di perusahaan kami.
FYI, perusahaan kami bergerak di bidang makanan. Produk utama kami adalah roti aneka bentuk dan rasa. Sekarang ini, kami mencoba produk baru berupa roti ungkapan hati. Jadi, rotinya ada beberapa karakter yang menunjukkan ekspresi kita. Semacam donat karakter, tapi ini dikemas dengan bentuk yang lebih bervariasi. Mulai dari gambar hati, daun, bunga, bahkan kartun.
Ini murni ide Sean yang sedikit aneh menurutku. Tapi, aku pikir itu akan banyak disukai. Saat mulai mempromosikan produk ini, berbagai komentar positif selalu membanjiri akun media sosial kami. Aku senang Sean akhirnya bisa benar-benar serius dalam pekerjaan.
Sean itu tipe pria yang suka kebebasan. Hanya aku yang tahu kalau dia diam-diam memiliki sederet mantan yang disembunyikan. Dia memang meminta semua pacarnya untuk menyembunyikan hubungan mereka. Dengan alasan klise, aku tidak mengizinkannya pacaran.
Tentu saja itu akal-akalan Sean agar bisa tebar pesona sana-sini. Aku tidak pernah melarang adik-adikku untuk berhubungan dengan lawan jenis. Selama mereka mengetahui batasan yang tidak boleh dilanggar. Juga harus izin dulu padaku. Setidaknya aku harus tahu bagaimana orang yang dekat dengan keluargaku, bukan?
Tapi Sean malah membodohiku selama kuliah. Dia berkencan dengan banyak gadis dan memanfaatkan kepolosan mereka. Aku marah besar saat tahu hal itu. Bagaimana bisa dia mempermainkan wanita, sementara dia memiliki dua adik cantik di rumah. Aku mendiamkan Sean berhari-hari agar dia menyadari kesalahannya. Untungnya, dia cukup cerdas untuk mengakhiri petualang cinta yang dia jalani selama ini. Sejak hari itu, dia ingin serius memilih wanita masa depannya.
Sean berkeras tidak ingin menikah sebelum aku memiliki anak. Dia tidak ingin berbahagia dengan wanita lain, sementara aku malah menderita. Memangnya dia pikir aku tidak bisa mencari pendamping yang tepat?
Aku jadi teringat Nasha yang telah melahirkan anakku, Ares. Juga pada malam aku mengakui kesalahanku pada Mama. Raut wajah Mama tidak menunjukkan kekecewaan sama sekali, tapi aku tahu Mama berusaha menyembunyikan hal itu.
"Kamu tidak ingin membawa wanita itu ke sini?"
"Axel sudah berkata akan bertanggung jawab meski dia tidak hamil, Ma. Tapi dia malah pergi. Dia bilang, dia mencintai pria lain."
"Kamu yakin? Bagaimana jika dia berbohong?"
"Axel sudah mengikuti dia beberapa waktu ini, Ma. Dia memang memiliki teman pria yang sangat dekat."
"Terserah kamu, Xel. Terus awasi dia. Jangan sampai dia menyembunyikan kehamilannya dan melahirkan seorang diri. Merawat anak tanpa ayah itu bukan perkara mudah."
Aku mengangguk menanggapai perkataan Mama. "Mama tidak marah?"
"Mama marah, tapi bukan padamu, Xel. Mama marah pada orang yang menyebabkanmu menjadi seperti ini. Bagaimana bisa dia mempermainkan anak sebaik kamu. Tidak seharusnya dia berbuat kelewat batas. Kamu berhak diperlakukan dengan baik."
BINABASA MO ANG
HUBBIY (Kala Rasa Tiba) ^^==^^ (SELESAI)
SpiritualAxel tak pernah menyangka akan mengalami kejadian yang mampu merubah dunianya. Dia jatuh cinta pada wanita yang mencintai pria lain. Baginya, Nasha adalah cinta pandangan pertama. Sementara bagi Nasha, Axel hanya Sang Penolong. Mampukah Axel membuat...
