LLB; Kebohongan Dan Penawaran [4]

Start from the beginning
                                    

Gunawan terbelalak kaget, "Ya Allah! Sadisnya dia. Kok bisa, Han?"

"Waktu itu KTP gue jatuh. Trus dia kayaknya nemuin, dan dia juga tahu kebenarannya. Jadinya pas dia datengin gue lagi kemarin, dia minta penjelasan. Kalau gue nggak mau ngomong, dia nggak mau balikin KTP gue. Mati gue kalau KTP gue sampai dibuang sama dia. Lo tahu sendiri bikin KTP susahnya kayak apa. Udah gitu kan blangko KTP lagi di korupsi." Terang Rehan.

Gunawan mengangguk, "Yasudah kamu jelaskan aja semuanya Han. Apa aku harus ikut juga?"

Rehan berpikir sejenak, "Kayaknya lo ikut juga nggak nyelesain masalah. Yaudah gue aja. Biar gue jelasin ke dia nanti."

Gunawan tiba-tiba tertawa, "Yasudah Han, ajak dia nikah saja sekalian. Hitung-hitung nebus kesalahan."

"Gilaa! Otak lo disudut mana sih, Wan? Sini gue oper otak lo sama otak udang."

Gunawan lalu kabur dari ruang tamu menuju dapur.

Rehan yang melihatnya hanya bisa menyandarkan kepalanya di kepala sofa.

Pusing...

-

"Kamu kok lama?"

"Ada urusan tadi, bu."

"Urusan apa?"

Rehan balik kerumah sekitar pukul delapan pagi. Ibu sudah siap dengan beberapa santapan untuk sarapan.

Tapi yang namanya ibu, kalau Rehan belum mau jawab pertanyaannya, ibu nggak akan biarin Rehan makan makanannya.

"Adalah bu. Sebuah urusan."

"Apaan sih, boy? Jangan suka gitu deh sama Ibu."

Rehan mendesah berat, "Yaudah Aan nggak makan makanan Ibu kalau nggak boleh. Aan keluar dulu, Bu."

Rehan hendak bangkit dari duduknya, tapi ibu keburu menahan tangannya, "Jangan marah kayak gitu, An. Ibu Cuma nggak mau kamu menanggung kesulitan sendiri. Ceritalah sama Ibu." Ujar Ibu sambil mengusap bahu Rehan.

Rehan menutup matanya lalu menghempas napasnya berat, "Nggak ada apa-apa Bu. Tadi Aan Cuma mampir kerumah Gunawan aja. Ngomongin urusan biasa lah."

Ibu duduk di samping Rehan, "Yasudah kalau memang begitu. Kamu sedikit-sedikit jangan marah. Belajar lebih sabar. Ibu minta maaf kalau selalu ingin tahu urusan kamu. Ibu nggak tahu kan kapan lagi Ibu bisa cerewet seperti ini sama kamu? Kamu anak ibu yang paling kecil Han. Walaupun sekarang kamu sudah jadi lelaki dewasa, kamu tetap Aan Ibu yang kecil dan mungil. Kamu tahu An, saat ibu lihat kamu, yang ada dipikiran ibu Cuma bapak kamu. Ibu nggak mau apa-apa terjadi sama kamu. Ibu Cuma mau kamu bahagia. Ibu Cuma mau kamu nggak jadi omongan karena masih sendiri," Rehan menatap Ibu dengan desakan tangis yang mulai memburu di dadanya.

Tangan Ibu bergerak menuang nasi keatas piring Rehan, "Kalau kamu merasa permintaan ibu selama ini adalah beban, yasudah ibu nggak ngomong soal istri lagi sama kamu. Kamu tenang aja ya, Ibu akan tungguin kamu sampai waktunya kamu bisa dapatkan pasanganmu sendiri."

Rehan sudah nggak bisa lagi menahan desakkan didadanya.

Kenapa selama ini Rehan selalu saja gagal dengan urusan asmaranya, alasannya karena Rehan selalu nggak bisa meluangkan sedikit ruang dihatinya untuk orang lain.

Karena sejak dulu, Rehan selalu menempatkan ibu di tempat tertinggi didalam hatinya.

Ibu dan Ghania. Dua orang yang sangat dia cintai. Dua perempuan yang posisinya nggak pernah bisa digantikan dengan siapapun.

Rehan lantas memeluk Ibu dengan erat, "Aan minta maaf bu. Aan Cuma nggak mau membuat ruang di hati Aan diisi dengan orang lain yang bisa saja sewaktu-waktu melupaan Aan dengan ibu juga Ayuk."

Laki-Laki Biasa [Completed] (Sedang Revisi)Where stories live. Discover now