LLB; Tamu Tak Ter-Undang [2]

10.8K 823 8
                                    

“Apaan, hah?”

Rehan memilih menutup telinganya dengan bantal setelah wajah seorang lelaki nampak didepan wajahnya. Siapa lagi kalau bukan Gunawan. Teman semasa kuliahnya yang kini juga menjadi mitra bisnisnya juga.

“Han aku mohon Han. Bantu aku untuk bisa meyakinkan Ibundaku agar beliau mau membatalkan pernikahanku. Aku ndak cinta sama wanita itu Han.” Ujar Gunawan dengan raut sedihnya yang tergambar sangat nyata.

Rumah Gunawan ada beberapa blok dari rumah Rehan karena kebetulan komplek ini di kelola oleh pengembang yang juga berkuliah sama di fakultas mereka saat itu.
Karena perumahan ini adalah percobaan pertama dari usaha Adrian- si pengembang- Rehan dan Gunawan sudah pasti kecantol dengan harga yang ditawarkan. Pokoknya masuk harga dibawah rata-rata perumahan sekarang.

Rehan bahkan udah bayar sampai lunas, “Nggak bisa ah. Gue nggak bisa bantu lo lolos dari orang tua lo. Lo tahu sendiri Wan, Ibu gue aja selalu gue hindarin kalau urusan perjodohan. Masa lo sendiri minta tolong sama gue kayak gini. Nggak, gue nggak bisa.” Ujar Rehan sambil meposisikan dirinya duduk di kepala ranjang.

Emang sialan banget si Gunawan. Walau dia orangnya lembut, tapi aslinya kalau didepan Rehan, Gunawan bisa sangat liar karena lelaki itu suka aja seenaknya masuk rumah Rehan bahkan sampai ke kamar Rehan untuk memohon sesuatu.

Kadang Rehan bingung sama Gunawan. Lelaki ini umurnya lebih tua satu tahun dari Rehan, tapi gayanya kayak anak magang di perusahaannya.

Apa-apa yah Rehan juga yang kerjain.

Gunawan kembali memohon, “Satu kali ini aja Han. Aku ndak bisa banget ketemu sama perempuan ini kalau karena di jodohkan kayak gini. Aku ndak bisa meneruskan perjodohan ini.” Ujar Gunawan dengan wajahnya yang makin memelas.

Rehan memilih menghempas napasnya berat, “Cuma ketemuan apa susahnya, Wan? Lo Cuma diminta ketemu sama dia buat perkenalan awal. Pasti sisanya yah mudah-mudah aja. Tinggal tolak, dan selesai.”

Gunawan menggeleng, “Ndak bisa begitu saja, Han,” Ujar Gunawan dengan logat jawa yang sangat kental, “Tapi ini sudah ada sangkut pautnya dengan ibuku langsung. Aku pernah mencoba satu perempuan saat itu. Tapi bukannya dia yang menolak, justru aku yang menolak sedangkan perempuan itu malah memilihku dan setuju dengan pernikahan. Aku di cecar sama ibuku untuk segera menikahinya, tapi aku ndak mencintainya. Lagipula Han,” Gunawan memotong kata-katanya.

“Apaan?” Tanya Rehan
Gunawan menggerakkan tangannya menyuruh Rehan untuk mendekatinya. Gunawan tampak membisikkan sesuatu di telinga Rehan yang justru memberikan respon mengerikan, “Najis!” Teriak Rehan dengan lebay-nya. “Dia ngapain lo? Berdiri sambil grepe-grepe? Kok orang tua lo nyariin cewek yang kayak gitu sih?” Tambah Rehan lagi dengan memasang wajah jijik.

Gunawan menggeleng, “Ndak tahu. Katanya bapaknya itu teman baik bapakku. Aku sih ikut-ikut saja toh, Han. Tapi pas tahu ternyata kayak gitu, aku langsung menghindar dan ndak pulang kampung dua bulan. Ibuku nangis dan akhirnya beliau minta maaf karena sudah salah pilih. Tapi masalahnya Han, ibuku bilang, kali ini beliau nggak salah pilih. Tapi tetap saja, aku wis trauma Han.”

Rehan menghembuskan napasnya berat- sekali lagi, “Jujur nih Wan, gue aja belum pernah ikut perjodohan ibu gue dari sejak beliau nanyain kapan gue mau nikah. Lah trus gimana cara gue bantu lo dengan ngeliat tuh cewek? Yang ada malah nanti gue yang kena imbas jeleknya. Gue nggak mau ah di grepe-grepe. Walau cowok cenderung suka sama hal-hal seduktif, tapi gue masih punya harga diri. Dan gue bukan tipe cowok kayak gitu.” Ujar Rehan memberikan pengertian pada Gunawan.

Gunawan menggeleng dengan wajah yang semakin sedih, “Aku mengerti Han. Tapi ndak bisakah kamu coba dulu satu kali? Ayolah Han, bantu aku lah.”

Laki-Laki Biasa [Completed] (Sedang Revisi)Where stories live. Discover now