LLB; Tamu Tak Diundang [1]

22.6K 1K 18
                                    

“Nggak bisa Yuk, aku nggak bisa pulang sekarang.”

Bohong.

Rehan sebetulnya nggak mau bermain-main sama kata-katanya, terlebih ini menyangkut segenap keluarganya dan Kakak perempuannya yang menjadi kunci utama disini.

Menyisir Dirga, Wahda bahkan Saiful yang dua minggu lalu baru menikah, istilah ‘namanya orang tua’ mulai menyerang Rehan bagai wabah mematikan yang membuat dirinya terpaksa mati kutu tat kala hal itu menguak lagi kalau-kalau Rehan nggak menjaga bagaimana dia berkata setiap kali dia menjumpai orang tuanya.

Dijodohkan, klise sekali untuk seorang Rehan yang terkenal bebas dalam hidupnya. Memilih jalan yang rasanya kurang familiar sebagai pasokan pundinya, Rehan membuktikan kalau dia berhasil. Tapi memandang secara real didepan mata langsung, melihat Rehan yang masih nggak berhasil dengan urusan asmaranya, membuat orang tua manapun ketar-ketir. Rehan di rundung kegalauan akut, bahkan sampai ia pernah iseng mencoba aplikasi chatting random dimana berbagai macam jenis manusia dapat ia temui disana. Awal yang kurang jelas tentu bisa berakhir sama tidak jelasnya, sehingga Rehan hanya berakhir dengan seorang gadis muda yang dia kenali sebagai adik-adikan yang bisa di jadikan tempat curhat saban harinya.

Itu nggak menyenangkan sama sekali untuk Ghania, kakak perempuannya yang ia panggil Ayuk-dalam bahasa Palembang- yang notabennya menjadi note harian berjalan dan bahkan hidup milik Rehan.

Belum dimulai, maka belum berakhir. Sehingga Rehan akhirnya harus menerima kepahitan dalam beberapa hitungan jari dengan tercetusnya beberapa nama gadis yang kerap membuatnya bisa berasumsi setiap kali Ibu menelpon menyuruhnya datang ke kampung.

Apalagi kalau bukan perjodohan, yang bisa jadi tiba-tiba membawanya pada akad nikah waktu dekat yang sama ekstrimnya kayak Dirga.

Rehan bisa saja siap di umurnya saat ini, tapi karena dia punya pendirian dan manusia itu nggak semuanya dapat goyah dengan satu colekan, maka Rehan memutuskan untuk menghindar agar dia terlepas dari godaan-godaan atau bisikan-bisikan yang bisa mengganggu pendiriannya.

“Ibu nggak mau tahu, An. Kamu mesti pulang.” Suara Ghania mengalun bak jeritan di telinga Rehan, “Sampaikan pada Ibu kalau Aan nggak bisa pulang Yuk. Sudah ya, Aan tutup dulu, Assalamualaikum.”

“Tapi An- tut, tut…”

Rehan memandangi ponselnya dengan satu tegukan saliva yang terasa dalam. Sudah dua lebaran idul fitri dan dua lebaran haji Rehan nggak pulang kekampung.

Jangan tanya bagaimana soal materi, Rehan bisa saja mengundang Dirga beserta keluarganya untuk ikut kekampungnya dengan biaya darinya sendiri kalau dia mau.

Justru karena juga biaya bukan masalah untuk Rehan, dia jadi susah cari alasan untuk nggak pulang kampung beberapa tahun belakangan.

Hingga Rehan berakhir dengan sholat tobat beberapa kali karena ia masih belum bisa mengabulkan keinginan orang tuanya dalam waktu dekat, bahkan Rehan selalu berbohong kepada orang tuanya soal kenapa ia nggak bisa pulang kampung belakangan ini.

“Kakak lo lagi?” Rehan mengangkat kepalanya ketika suara Wahyu mengalun dengan terang-terangan di telinganya. Rehan kini berada di tengah pematang sawah yang ia garap bersama beberapa teman alumni dari fakultas di kampusnya dulu.

Senyum kecil tertarik dari satu sudut bibirnya, “Lo tahu sendiri Way.” Ujar Rehan sambil melewati Wahyu, mengangkat tumpukan padi berserakan yang sedari tadi memang menjadi pekerjaannya.

Rehan yang memunggungi Wahyu, trus memasang telinganya hendak mempersiapkan otaknya untuk kata-kata  yang bisa ia cerna dari semua yang akan Wahyu sampaikan, “Soal kawin, kawin dan kawin. Hah, semuanya emang jadi masalah kalau posisi para lelaki ada di akhir dengan pematokan umur ideal berkeluarga yang selalu nggak sama dari setiap orang tua. Gue ngerasain apa yang lo rasakan saat ini, Han. Bahkan itu terjadi pas umur gue dua lima. Dari pas kita mulai proyek, gue belum cerita macem-macem tentang gue ke lo, ya?” Tanya Wahyu yang dibalas gelengan Rehan, “Seinget gue sih nggak.”

Laki-Laki Biasa [Completed] (Sedang Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang