Chapter24

28.8K 1.8K 557
                                    

Maap gaes, aku up nya kalo ada waktu senggang aja😂😂 karna jadwal lat.ujian padet. Jadi jangan bosan buat nunggu euphoria up oke...
Happy reading.

Vio membekap mulutnya menggunakan kedua tangan guna menahan isakan tangisnya, entah sejak kapan air matanya mengalir membasahi wajahnya. Setelah Vibra keluar dari kamar, Vio baru bangun dari posisinya. Sangat sulit untuknya meski hanya sekadar menutup mata untuk tidur sejenak. Terlebih ia mendengar semua ucapan El yang terus bertanya padanya. Ia juga sadar jika Vibra ada di sampingnya tadi. Karena Vio tidak benar-benar tidur, rasanya sangat sulit, ketika memejamkan mata bayangan wajah Vibra dan Fara yang tengah bergumul di ranjang selalu muncul diotaknya.

Hatinya semakin sakit tiap kali ia menahan isakan. Napasnya serasa terhenti saat itu juga.

Tok tok tok

Vio segera menyeka air mata dipipinya, saat dirinya hendak kembali berbaring pintu tiba-tiba terbuka menampakkan sosok wanita paruh baya yang tersenyum padanya.

"Bunda tau kamu belum tidur," ucap Areta lalu meletakkan nampan berisi susu hangat di atas nakas.

Vio tersenyum simpul, senyum yang sangat kentara jika ia tengah menyembunyikan rasa sakitnya. Vio lantas duduk bersebelahan dengan ibu mertuanya.

"Bunda kenapa belum tidur?"

"Gimana Bunda bisa tidur kalau anak kesayangan Bunda lagi sedih." Vio mengalihkan pandanganya guna menyembunyikan air mata yang sudah menumpuk dipelupuk matanya.

Areta mengusap punggung Vio. "Maafin Bunda yang nggak bisa mendidik Vibra hingga dia berkelakuan bejat seperti itu. Maaf, karna Bunda ikut campur urusan rumah tangga kalian, besok Fara akan tinggal di sini." ucap Areta serak.

Vio menatap Areta dengan memohon. "Bunda, jangan kasih tau Mommy sama Daddy tentang ini, please."

"Orang tua kamu harus ta-"

"Aku mohon Bunda." Ucap Vio menggenggam kedua tangan Areta.

Areta menyeka air mata dipipi Vio. "Sudah jangan nangis, kasihan cucu Bunda jadi ikut sedih nanti."

"Sekarang minum susunya dulu terus langsung istirahat, ya." Vio mengangguk lemah, ia amat sangat bersyukur mempunyai ibu mertua seperti Areta baik dan penyayang layaknya ibu kandung.

****

Sinar matahari menelisik lewat celah gorden yang sedikit tebuka. Al merangkak untuk turun dari ranjang yang cukup tinggi untuknya. Al menarik selimut yang menutupi perut kakaknya, membuat sang empunya terusik.

"Eunggh," El merubah posisinya menjadi tengkurap, dengan mata yang sedikit terbuka.

"Ayok bikin kejutan buat mama. kemalen mama, kan sedih, yuk kita hibul." Bisik Al.

"Sekalang?" Tanya El masih enggan untuk bangun.

"Taun depan, kalo udah lebalan kucing." Seronoh Al.

"Ya udah aku tidul dulu aja," El kembali memejamkan matanya namun sekejab kemudian tangan Al mendarat dipipinya.

"Auh hiks mam- mmmpp," tanpa permisi Al membekap mulut El.

"Uda gede kok cengeng," ledek Al masih membekap mulut El.

"Hiks...mammpp,"

"Kalo nda diem nda aku lepas lho," ancam Al. El langsung mengangguk cepat.

EUPHORIA [Completed]Where stories live. Discover now