Chapter 34

5.1K 573 259
                                    

Halloo apa kabar sayang-sayangku, masih idup?

Siap ngehujat Vibra? Gaskeun hujat!

Semalem ketiduran wkwk sory.

Vote dan komen Jan lupa, 500 lanjuttt...

Nggak sempet revisi, jadi maaf kalo amburadul🙏

***

Malam ini Vibra duduk termangu disamping Vio. Penglihatannya tak beralih sedetikpun untuk menatap wajah cantik istrinya itu. Kedatangan Areta, ibu kandungnya yang sedari tadi terus memaki dan menyalahkannya membuat dia semakin kalut. Belum lagi nanti, jika orang tua Vio datang, entah apa yang akan mereka lakukan ketika mengetahui keadaan Vio sekarang.

Berbagai cara Vibra lakukan untuk membujuk Vio agar membatalkan perceraiannya namun tidak membuahkan hasil. Vio masih tetap berdiri pada pendiriannya, bagi Vibra mempertahankan rumah tangganya adalah yang utama. Apalagi Al dan El nanti kedepannya mereka juga masih membutuhkan sosok dirinya.

Jujur saat ini Vibra dihadapkan dua pilihan yang sangat sulit. Mempertahankan rumah tangganya tetap menjadi tujuan utama, tapi bagaimana Fara dan anaknya nanti.

Belum usai masalah rumah tangga, ia harus menuntaskan masalah lain. Kasus kekerasan yang Fara alami meski sudah ia laporkan ke pihak yang berwajib, tentu Doni sebagai pelaku saat ini seharusnya sudah mendekam dipenjara. Namun pihak kepolisian masih mencari Doni yang ditetapkan sebagai buronan.

Mengenai kasus kecelakaan Vio, ada Adam dan dua sahabatnya yakni Riko dan Rendi yang bisa ia percaya. Vibra tentu tidak diam saja, beberapa orang suruhannya juga ikut serta menyelidiki dan mencari siapa pelakunya. Meski sampai saat ini belum membuahkan hasil.

Usapan lembut tangan Vibra rupanya cukup mengusik tidur Vio. Perempuan itu membuka matanya perlahan, menyadari tangannya digenggam oleh Vibra, buru-buru ia menariknya perlahan memberi isyarat pada Vibra untuk tidak lancang menyentuh tangannya.

Vibra menghela nafas pasrah dengan sikap Vio saat ini. Dibalik senyum tulus laki-laki itu ada perasaan rindu dan juga penyesalan teramat. Tapi sepertinya sudah terlambat, luka tetaplah luka. Tidak ada lagi kata maaf untuknya dari Vio.

Vibra sadar dirinya pantas menerima semua ini, sakit yang dia rasakan tak sebanding dengan yang Vio rasakan.

Tak berhenti disitu, Vibra masih berusaha membujuk Vio untuk makan dan minum obat tapi ditolak mentah-mentah. 

"Sayang, nggak apa-apa kalau kamu nggak bisa nerima aku lagi. Tapi tolong, minum obatnya ya? ini demi kesehatan kamu juga," tidak ada respon dari Vio, perempuan itu memalingkan wajahnya dan kembali menutup mata.

"Kamu tau, El udah siuman dia nyariin kamu terus. Al juga semalam nangis karna nggak tidur sama kamu," ucapan Vibra tak direspon sama sekali oleh Vio. Vio sendiri sudah tau keadaan kedua putranya itu, dia juga sempat menemui mereka tadi sebelum Vibra datang.

"Aku salah Vi," raut wajah Vibra berubah, raut penyesalan.

"Tapi tolong jangan hukum aku dengan cara kaya gini," tulus, sangat tulus Vibra mengatakan hal itu. Tapi bagi Vio, itu hanyalah bualan semata.

"Bisa pergi dari sini sekarang?" Usir Vio.

"Aku mau nemenin kamu sebentar aja,"

"Nggak perlu." Ucap Vio masih pada posisinya.
"Jagain Fara, bukannya dia prioritas kamu sekarang."

"Enggak Vi, kamu tetap jadi yang pertama. Nggak ada yang bisa gantiin kamu, enggak."

"Sayangnya aku udah nggak bisa percaya lagi sama kamu." Pungkas Vio.

EUPHORIA [Completed]Where stories live. Discover now