[4] This about her~

4 4 1
                                    

#Author POV#

               Namanya Ainun Qalbi, ia lahir di Makassar, 18 Desember 1999. Ia tinggal di Padang Panjang bersama Ayahnya yang bernama Pak Yusuf Bakri dan Ibunya yang bernama Bu Salsabila Marwa. Ayah dan Ibunya adalah seorang anggota legislatif. Walau begitu, ia tidak pernah kekurangan kasih sayang dari kedua orang tuanya, Qalbiy mengerti akan kesibukan kedua orangtuanya dan orang tuanya pun tidak lupa untuk meluangkan waktu untuk anaknya dan kakaknya Izzah.

             Hari-hari yang dilalui Qalbiy sangat menyenangkan karena ia dapat berkumpul dengan keluarga kecilnya dengan bahagia, tapi semua itu berubah saat Ayah dan Ibunya sering bertengkar karena hal-hal kecil, dan mereka sudah tidak bisa lagi meluangkan waktu bersama anak-anak mereka karena banyaknya masalah dalam pekerjaan keduanya yang menjadikan Rumah yang selama ini damai dan tentram menjadi sebuah pelampiasan semata dan tempat di mana semua pekerjaan kantor serasa lebih nyaman dilakukan di rumah.

.

.

.

           Suara langkah yang pelan menuju sebuah ruangan kecil di sudut ruang tamu, Qalbiy yang baru saja pulang dari sekolahnya di MTs hendak menyapa Ayah dan Ibunya yang seharian sibuk bekerja " Assalamualaykum, Ibu...Ayah... aku pulang, kita akan makan siang apa?" ujarnya dengan nada bersemangat.

" Wa'alaykumsalam.." ucap keduanya tanpa menatap Qalbiy dan tetap fokus pada layar laptop mereka masing-masing.

" Kau sudah pulang sayang, kalau kamu lapar pesan delivery saja yah.. ibu sedang sibuk, ada pekerjaan yang harus ibu selesaikan dulu." ujar ibunya singkat.

" Iya sayang, nanti kalau pekerjaan Ayah sudah selesai kita makan di luar sama-sama ya." ucap Ayahnya yang menyempatkan dirinya untuk menatap puteri kesayangannya dengan senyum simpul lalu kembali menatap layar laptopnya.

"Baiklah, kalau begitu aku permisi untuk ke kamar Ayah.. ibu.." seakan kata-kata orang tuanya membuat semangat Qalbiy turun seketika. Ia pun berjalan menuju kamarnya dengan langkah gontai, dengan raut wajah yang suram.

          Sesampainya di kamarnya, ia mengunci pintunya lalu menghempaskan dirinya ke kasurnya yang empuk sambil menatap ke atas dengan tatapan kosong. "Kapan ya kita semua berkumpul seperti dulu lagi." gumamnya pelan. Setelah lelah membayangkan masa-masa indahnya bersama keluarganya ia pun tak sengaja tertidur.

          Dalam tidurnya yang lelap, ia bermimpi tentang 3 orang sahabat masa kecilnya yang sering ia ajak bermain saat masih menduduki bangku TK. Mereka bermain dengan riang gembira di taman bunga dekat kebun milik kakek Riri sahabatnya, ditemani oleh Viang, Intan dan seorang anak lelaki yang ia lupa namanya dan wajahnya pun terlihat samar-samar baginya padahal dulu mereka sangatlah dekat. 

"Dia, siapa dia.." ucap Qalbiy dalam hati kecilnya. Anak lelaki itu berlari ke arah Qalbiy dan menarik tangannya sembari berlari ke arah teman-temannya berkumpul. Saat sampai di dekat teman-temannya, mereka pun tertawa dengan bahagia. Namun, Qalbiy merasakan bahwa tidak semua dari mereka tertawa bahagia, ia pun menatap Riri yang hanya tersenyum kecut melihat anak lelaki yg menariknya masih menggenggam erat tangannya. Qalbiy pun melepas genggaman anak lelaki itu dengan pelan sembari mendorong anak lelaki itu untuk dekat dengan Riri, mereka berdua tak sengaja bertubrukan akibat dorongan dari Qalbiy. Qalbiy pun melihat respon dari Riri, Riri terlihat senang dan tersipu malu, melihat hal itu Qalbiy sangat senang melihat sahabatnya tidak murung lagi walau ada sedikit  yang mengganjal di hatinya namun ia tak menggubrisnya karena ia masih berpikir bahwa itu hanyalah hal yang tidak penting bagi anak seusianya saat itu.

"......Man...." sayup terdengar suara Riri memanggil anak lelaki itu, sehingga Qalbiy sulit mendengarnya dengan jelas.  "....An...." semakin samar suara Riri terdengar membuat Qalbiy makin penasaran.

"...Pesanan..." mendengar hal itu, Qalbiy menjadi bingung apa yang dimaksudkan dengan pesanan.

" Sayang bangun.. pesanan makananmu sudah sampai, nanti dingin loh." ucap Ayahnya yang akhirnya terdengar dengan jelas, membuat Qalbiy terbangun dari mimpinya yang masih menjadi sebuah tanda tanya besar di kepalanya tentang anak lelaki yang menjadi sahabat masa kecilnya.

"Ayah.. apa pekerjaan Ayah sudah selesai." ujarnya dengan nada yang masih terdengar mengantuk.

"Belum sayang, Ayah hanya mendengar bel terus berdering dan tak ada yang menjawabnya, jadi Ayah yang bergerak untuk membuka pintu. Dan saat Ayah sudah mengambil pesananmu, Ayah ke sini untuk mengecek apa yang kau lakukan dan ternyata kau tertidur. Apa Ayah mengganggu tidurmu sayang..?" ucap Ayahnya lembut sembari membelai kepala Qalbiy.

"Tidak kok Yah, terima kasih.. maaf merepotkan Ayah yang masih bekerja." ucap Qalbiy sambil memperbaiki posisinya yang tadinya berbaring lalu duduk di samping kasur miliknya.

"Kalau begitu, Ayah mau lanjutkan pekerjaan dulu ya." ujar Ayahnya sambil berjalan keluar dari kamar Qalbiy lalu menghilang menuju ruang kerjanya.

"Haahh.. sibuk sekali ya, mmm.... aku kangen kakak." gumamnya pelan sembari menatap lantai kamarnya.









To be continued~~


Maaf Mimin Lama Uploadnya, soalnya akhir-akhir ini sibuk mau belajar buat masuk Perguruan Tinggi. (T^T)


Jika ada kesalahan dan kata-kata yang kurang tepat, leave comment dan jangan lupa support dan kritik untuk cerita ini, karena itu akan menjadi hal yang berharga untuk menunjang kemajuan cerita ini.


Terima kasih sudah menyempatkan diri membaca cerita ini~


Love you my readers <3

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: May 16, 2019 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

The Uncoquerable LoveWhere stories live. Discover now