"Basi! Masalah uang udah nggak usah dipeduliin. Bahkan Gaza udah bisa nyari uang sendiri," potongnya.

"Nyari uang sendiri? Youtuber?"

"Ya. Sama ada kerjaan lain," jawab Gaza.

"Terus, mamahmu nggak ngasih uang sama sekali?"

"Mamah masih belum balik. Masih di rumah nenek."

"Tuh 'kan. Mamahmu jauh lebih nggak peduli. Udah jelas hak asuh kalian jatuh ke dia. Bener-bener ibu yang nggak tahu diri."

Gaza menyangkal, "Yang aku tahu, kalian berdua gagal jadi orang tua. Kalau cuman ngasih duit doang, anak kalian justru bakalan tambah rusak. Sasa tuh, foya-foya terus bareng temen-temenya."

Pak Tura mulai mengerutkan wajah sedihnya. "Ok, maaf. Bapak–"

"Stop! Di sini!" Gaza menghentinkan laju mobil ayahnya.

Ketika turun dari mobil, Gaza langsung berlari ke kamar temannya.

"Gaza! Gaza tunggu!"

Setibanya di depan pintu, ia menemukan pintu apartemen yang tidak dikunci. Lalu perlahan ia membuka pintu tersebut.

Sedangkan Pak Tura, akhirnya berhasil menyusul dan terkejut, kala ia menemukan tubuh, "Ris Laura?" tergeletak di hadapan pintu.

Spontan ia langsung mengenakan sarung tangan biru dan mengecek denyut nadinya. "Terlambat. Dia udah meninggal. Dari keadaannya, dia overdosis." Tidak sulit untuk menjelasakan sebab kematiannya, karena terlihat jelas oleh mereka sekantung heroin di kasur Ris Laura.

Gaza hanya diam, terduduk di lantai, daan tak lama ia berkata, "Bapak! Bapak ingin aku masuk ke tim penyelidik'kan?" tanya Gaza.

"Ya. Untuk menyelidiki 'Pahlawan Misterius'. Walau sebenarnya ia hanya memberantas orang-orang jahat, tapi aksi penculikan dan main hakim sendirinya adalah jelas tindakan kriminal."

"Sejauh ini, petunjuk apa saja yang udah dikumpulkan?" tanya Gaza.

"Barang-barang pelaku kejahatan, berupa motor, dompet dan sebagainya."

"Bapak pasti menyadari, kalau dia ... mempunyai pola. Walau awalnya dia menyerang secara acak, tapi pola kejahatan yang ia berantas makin ke sini makin terstruktur."

"Ya. Tetapi, kita tidak tahu bagaimana ia menjalankan aksinya," tambah pak Tura.

"Sejauh ini ... yang aku tahu, ia seolah bisa malakukan teleportasi, bisa muncul di mana pun dan kapan pun ia mau, ketika di sana ada kejahatan. Ia bagaikan hantu. Memang terdengar seperti hal yang nggak mungkin di dunia ini. Tapi, ini ada, dan ia punya target, berpikir layaknya manusia," ujar Gaza.

Tiba-tiba Pak Tura mendapat kabar dari bawahannya tentang penyergapan di Gedung Latifa malam itu. "Ada 30 orang yang sudah kami tangkap. Tapi, ketika lampu gedung mati walau hanya sekitar 5 detik, pelaku yang sudah tertangkap hilang. Satu-satunya petunjuk yang kami lihat hanyalah lingkaran biru di pojok ruangan."

Gaza berdiri dan bertanya, "Bapak langsung melakukan penyergapan?"

"Ya. Ternyata benar, kejadiannya mirip dengan kisah ...." Melihat mayat Ris Laura.

"Fakta ketika aku memberi tahu lewat unggahan terbaru mengenai lokasi markas bandar narkoba di Gedung Latifa, ia langsung hadir di sana. Itu berarti ia adalah salah satu penonton videoku," ujar Gaza.

"Gaza ... mengenai video-videomu di Youtube, Bapak sangat terkejut ternyata–"

"Dan jika aku bisa memancingnya lewat videoku, dan membuat ia menganggap bahwa aku adalah targetnya," potong Gaza.

"Hah?!?"

Gaza menyambung, "Aku baru aja mendapatkan ide bagaimana cara memancingnya."

"Bagaimana?" tanya pak Tura.

"Pertama, bawa ambulan dan beberapa anggota polisi ke sini. Kedua, rahasiakan soal kematian Ris Laura. Jangan sampai berita tentang Ris Laura meninggal tersebar, bahkan dari keluarganya! Ketiga, gunakan koneksi Bapak untuk membuat berita palsu, kalau Ris Laura tertangkap polisi karena penggunaan narkotika. Setelah itu, aku bakalan membeberkan identitas narasumber Ris Laura di Instagram-ku. Mumpung lagi hangat-hangatnya, berita ini pasti akan cepat menyebar," jelas Gaza.

Pak Tura menyambung, "Kamu berharap ia terpancing dan memburumu, sebagai dalang dari kasus ini? Itu sama saja kau mengorbankan dirimu sendiri, Gaza!"

"Bukan berharap, tapi pasti. Justru, semakin menantang akan semakin seru."

"Kamu sedang mempermainkan kematian seseorang dalam trik ini. Kenapa tidak kamu tantang langsung mereka lewat videomu?" sanggah Pak Tura.

"Semakin rapi trik, maka akan semakin mudah memancingnya. Kurasa blak-blakan bukanlah cara yang benar," sanggahnya.

"Gak bisa! Bapak nggak bisa ngorbanin anak sendiri," ujar ayahnya.

"Haha, lucu sekali. Barulah saat ini Bapak sadar punya anak. Terus ... beberapa bulan yang lalu lupa, kalau bapak punya anak?"

"Bukan begitu Gaza! Tapi–"

"Udahlah, Pak! Nantang bahaya adalah hoby-ku, dan udah sering aku lakukan demi memecahkan misteri yang ada di dunia ini. Lagi pula apa bapak pernah bertanya tentang kehidupanku selama ini? Nggak. Tapi sejujurnya, aku bersyukur punya ayah seperti Bapak, hidupku bisa bebas, melakukan apa saja yang aku mau. Jadi, untuk saat ini anggap saja hubungan kita hanyalah rekan kerja aja, bukan sebagai orang tua dan anak."

Beliau tidak membalas perkataan anaknya dan tidak bisa berkata apa-apa.

"Darah detektif tetap mengalir dalam tubuhnya," ucapnya dalam hati.

ORKANOIS (END)Donde viven las historias. Descúbrelo ahora