part 2 - sweet liar [pjm]

462 28 4
                                    

Kicauan burung saling menyahut satu sama lain. Cahaya matahari menerobos tanpa izin melalui celah gorden jendela. Dua insan itu masih sibuk bergelung dengan selimut putih yang tebal.

Perlahan kelopak mata gadis itu terbuka, sejenak ia berusaha mengumpulkan nyawanya. Tangannya menggosok kedua matanya. Otot tangannya kebas, ia regangkan tangannya. Kepalanya menoleh kesamping, lantas matanya terbuka lebar.

Teriakan nyaring itu membangunkan lelaki bersurai hitam. Spontan lelaki itu terduduk, matanya menyipit menatap gadis itu. "Kenapa sih lo?"

Jean menatap Jimin dengan penuh tanda tanya. "Lo yang kenapa? Lo nidurin gue? Lo ap-"

Jimin menimpuk wajah Jean dengan bantal di dekatnya.

"Anjing." Umpatnya.

"Bacot, diem." Jimin kembali merebahkan tubuhnya ke kasur. Rasanya nyawanya masih berkeliaran hingga ia enggan beranjak dari kasur. Pundaknya di guncang dengan kasar. Jimin mengusap wajahnya kasar.

"Apa?!" Bentaknya tak sabar.

"Kenapa gue bisa disini? Kenapa gue bisa tidur sama lo?" Jean menodongnya dengan pertanyaan.

Jimin memutar bola matanya kasar. Dia harus ingat tujuannya, jangan bersikap bar-bar.

"Aku gak nidurin kamu, kamu yang minta ditemenin tidur. Kamu mabuk, Ara nggak bisa anter pulang, pas aku mau nganter kamu, gerbang pintu rumahmu di kunci jadi aku bawa kesini." Jimin menjelaskan dengan penuh kesabaran.

Jean menaikkan satu alisnya, tanda tanya besar muncul di kepalanya. Ada apa dengan manusia ini? Kenapa tiba-tiba memakai aku-kamu.

"Gak usah pake aku-kamu, jijik gue." Jean beranjak dari ranjang lalu membereskan barangnya yang berserakan. Handphone-nya berbunyi nyaring. Di jepitnya benda pipih itu diantara telinga kanan dan bahunya.

"Gue belom liat instagramnya, kenapa sih?" Jean masih sibuk memasukkan benda miliknya yang berserakan.

"Lo harus liat!" Tuntut Ara melalui sambungan telepon.

"Ada berita lo sama gue." Ungkap Jimin tiba-tiba. Jean membuka mulutnya lebar.

"Sorry?"

"Pas gue bawa lo keluar dari club, mereka kira gue nidurin lo," Jimin beranjak bangun dari ranjang. Gadis itu masih terdiam memahami. Buru-buru handphone-nya ia gunakan untuk melihat portal gosip.

"Gila," komentarnya. Tanpa basa-basi dia pergi meninggalkan kamar Jimin.

"Makasih untuk satu malamnya," lirih Jean diiringi suara pintu tertutup. Walaupun dia agak marah kepada Jimin, tapi dia harus tetap berterimakasih.

Dari dalam kamar mandi, Jimin bisa mendengar suara Jean berterimakasih. Ternyata gadis bar-bar itu bisa mempertahankan etikanya. Kedua sudut bibirnya terangkat membentuk huruf U.

Jimin tersenyum.

****

"Siapa akun di balik gosip kampus? Ngaku kalian!" Jean berteriak tanpa tahu malu. Emosi nya sudah berada di ubun-ubun.

Siapa yang nggak marah kalau lo tiba-tiba jadi topik pembicaraan hangat karena di tuduh tidur dengan salah satu Most Wanted di kampus? Apalagi beritanya itu tidak seratus persen benar semua.

"Siapa yang teriak pagi-pagi?" Bisik Jungkook di telinga Taehyung.

"Taulah, yang semalem habis tidur sama Jimin."

Jungkook langsung menoleh "Anjir tidur bareng?"

Telinganya tiba-tiba di tarik ke belakang. Jungkook mengaduh kesakitan sudah bisa di pastikan telinganya akan merah seperti kepiting rebus.

Sweet Liar [pjm]Where stories live. Discover now