Bagian 8

5.7K 468 129
                                    

Aku dan Angga memutuskan memisahkan diri. Ah, hanya Angga yang memutuskan. Mungkin ia tak ingin papanya berbicara lebih jauh tentang kekonyolan masa kecilnya.

Padahal itu mulai menarik.

Sebenarnya, aku sangat bersyukur pada Papa Angga. Mendengar cerita masa kecil Angga yang benar-benar terdengar seperti cerita anak-anak pada umumnya, membuatku sedikit rileks. Setidaknya, cowok ini tak semenyeramkan pikiran liarku.

Kami berjalan beriringan. Udara lebih dingin terasa, efek musim hujan yang telah datang. Hening diantara kami, menambah kesan kelam malam ini.

"Jadi, karena ini lo nggak sekolah?" Aku yang memulai. Tak tahan juga lama-lama berdiam diri.

Aku melirik dan mendapati Angga tersenyum, masih menatap jalan. Astaga! Aku jadi merinding. Jangan-jangan Angga sedang kesurupan?

Ia menggiringku duduk di kursi taman. Aku menurut. Kemudian ia juga duduk di sampingku.

"Lo kangen banget sama gue?" tanya Angga. Kami bertatapan.

Beberapa detik aku melongo sebelum kemudian tertawa. Gila! Ini cowok pede banget!

Tak hanya menuduhku kangen padanya, ia dengan tak tahu malu juga menambahkan kata 'banget''

"Nggak, tuh."

Aku tak akan bilang tentang leherku yang pegal-pegal karena sering menoleh ke arah tempat duduknya.

"Sedikit pun?" Mata Angga melebar.

Aku menggeleng lebih kuat.

"Gue sama sekali nggak terlintas di pikiran lo?"

Aku mengulum bibir. Ini apa, sih? Sesi tanya-jawab? Wawancara? Tapi, kemudian aku tetap menggeleng dengan begitu meyakinkan. Setidaknya, menurutku.

Angga mencebikkan bibirnya. "Sayang banget. Padahal hampir tiap malem gue nggak bisa tidur." Aku mengangkat sebelah alis, pura-pura tak paham.

"Gara-gara mikirin lo," lanjutnya.

Aku diam. Masih coba mengerti efek yang ditimbulkan oleh Angga. Aku belum pernah merasakan yang seperti ini dengan cowok yang lainnya. Terasa meledak-ledak, sampai udara dingin tak lagi terasa, entah menguap kemana.

Angga benar-benar sakti.

"Lo pelet gue, ya?" Aku segera membekap mulutku lalu berpaling ke depan, menghindari tatapan geli Angga.

Aku baru sadar, mulutku benar-benar hilang kontrol tiap kali di hadapkan dengan Angga!

Dasar cowok sial!

Semburan tawa terdengar dari sebelahku. Begitu merdu.

"Jadi?" Angga bersuara.

Aku tetap diam. Tak berniat menjawab atau menatapnya. Masih berusaha merapalkan salah satu mantra Harry Potter. Aku ingin menerbangkan batu yang tengah kupandangi lalu mengahantamkannya pada kepala Angga. Berharap cowok itu amnesia.

Gila memang!

"Jadi, lo juga kangen gue, kan?" Angga melengkapi.

Aku menoleh pasrah ketika mantra busuk milik Harry Potter itu tak berhasil. Dahiku berkerut. Pengen banget, ya, gue bilang kangen? semburku dalam hati.

Beberapa kata untuk menyangkalnya sudah kususun cepat di kepalaku. Tapi, ketika mataku menatap mata hitam Angga, semua kata-kata itu lenyap. Mulutku terkatup.

Harus kuakui, mata hitam Angga benar-benar memikat. Lebih memikat daripada bintang-bintang di langit.

Eh?!

Aku menggelengkan kepalaku, mengusir pemikiran konyol yang jelas bukan gayaku. Astaga! Angga benar-benar hebat. Bukan hanya berhasil menghancurkan wajahku, ia bahkan telah menginfeksi otak logisku!

Tawa merdu itu terdengar lagi dari seseorang di sebelahku. Aku cemberut sambil menatapnya tajam.

"Apa yang lucu?" Kesinisan jelas terpapar dalam nada suaraku. Sebenarnya, aku hanya sedang berusaha menyelamatkan sisa-sisa harga diriku.

Hey! Aku ini Sarah! Tak ada ceritanya aku dipermalukan di hadapan cowok! Harusnya yang terjadi adalah sebaliknya!

Angga tersenyum, menatap lucu padaku. Sebelah alisnya terangkat. "Lo nggak akan mati kalau ngomong kangen ke gue."

Aku hampir tersedak. "Lo juga nggak akan mati kalo nggak denger gue ngomong kangen!"

Senyum Angga lebih lebar. "Jadi, sekarang lo ngaku kalo lo kangen gue?"

Mukaku memerah. Antara malu dan marah. Cowok ini benar-benar tak mudah menyerah!

Aku harus bagaimana? Mengaku? Atau menyangkalnya lagi? Tapi, kalau aku mengambil pilihan kedua, aku yakin malam ini tak akan berakhir dengan mudah.

Pilihan pertama? Itu berarti aku harus rela harga diriku hancur di depan cowok ini?

Aku memejamkan mata sejenak, kemudian menatapnya berani. "Iya! Gue kangen sama lo! Lo mau apa?!"

Tidak! Mulut sialku!

Aku tak bisa berbuat apapun selain tetap mempertahankan tatapan tajamku.

Angga terdiam. Menatapku dalam-dalam. "Sar, jadi cewek gue, ya."

Aku berkedip. "Lo.. ngomong apa? Bercanda lo nggak lucu, tau."

Dengan cepat Angga menggeleng. "Gue serius. Sarah, jadi pacar gue, ya."

Aku melotot. Sejak awal aku sudah menduga Angga suka padaku. Tapi, tetap saja, kali ini aku masih sangat terkejut.

Tanganku menekan dadaku. Jantungku! Eh, tunggu. Ini jantung atau gendang?

"Sebentar." Aku menyipitkan mata. "Itu pertanyaan atau pernyataan?"

Aku baru sadar kalau nada suara Angga lebih terdengar seperti pernyataan dibanding pertanyaan. Bukan hal wajar!

Jangan bilang sikap otoriter miliknya tambah parah, sampai-sampai ia memerintah cewek jadi pacarnya, bukannya meminta.

Angga terkekeh geli. "Oke, gue ulang." Ia berubah serius. Tangannya meraih tanganku. Sekarang kedua tangan kami saling bertautan.

Aku diam dalam keterkejutan. Cowok menyeramkan ini bisa romantis juga ternyata. Ah! Angga benar-benar tak terduga!

"Sarah, lo mau nggak jadi pacar gue?" Angga bersuara. "Gue nggak nerima kata tidak," tambahnya.

Sebelah alisku terangkat. "Angga!" Aku menggeram. Dasar cowok sial! Itu pemaksaan namanya, sama seperti sebelumnya!

Angga tertawa cukup keras. "Sorry, deh. Tapi, serius, gue berharap lo bilang iya." Pandangannya berubah lembut.

"Gue.. gue.." Sial! Kenapa aku jadi gagap begini? "Gue mau ke toilet!" Aku berdiri tiba-tiba dan melepas tautan tanganku dengan Angga. Kemudian kakiku melangkah menjauh dengan cepat, melarikan diri.

○○○

Aslinya mau apdet bareng Touch sama Senior Mesum sekalian. Tp, ada komen tadi keren asli. Dia bilang skrg udah Mei. Hahaha.

Makasih dan maaf buat para readers. Support dan kesabaran kalian bener2 berharga buat daku!
:"

Btw, menurut kalian, Sarah bakal nerima Angga apa nggak, ya? 😳😳

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Aug 11, 2019 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

StalkerWhere stories live. Discover now