6 : Perjanjian

103 10 5
                                    

Delon memutuskan untuk pulang ke rumah siang hari, percuma saja ia berada di kantor namun ia tidak bisa berkonsentrasi sama sekali dengan pekerjaannya. 5 hari telah berlalu semenjak pertemuannya dengan Herry dan hari ini adalah batas terakhir untuknya memberikan jawaban.

Beberapa kali Delon meyakinkan hatinya untuk tidak menuruti keinginan Herry, namun di lain sisi Delon berat untuk menolaknya karena semua keputusannya akan berdampak besar dengan perusahaan keluarganya.

Seperti apa yang dikatakan Bram kemarin, Delon sudah mencoba untuk menyikapinya dengan bijak, namun jika ia menerimanya apakah ia mampu untuk menjalani apa yang akan menjadi kewajibannya? Semua ini dipersulit karena ia dituntut untuk menikah dengan seorang Pria yang tidak ia kenal ataupun tau bagaimana karakteristiknya.

"Lagi mikirin apa sih?" Tanya Azka, adiknya yang kebetulan sedang main ke rumah bersama anak dan istrinya.

Mendengar suara Azka yang tiba-tiba, membuat Delon sedikit terkejut, dan tubuhnya mengejang.

"Ah nggak apa-apa. Oh ya Alan mana?" Delon menanyakan keberadaan keponakannya yang sangat lucu itu, namanya Alan.

"Lagi disabotase sama mama di taman depan." Jawab Azka lalu meraih minum yang ada di atas meja.

"Lo kok dirumah? Nggak kerja?" tanya Delon sedikit berbasa-basi dengan adik lelaki yang sangat jarang ia temui ini karena padatnya jadwal penerbangan sang adik.

"Libur satu minggu. Lo jam segini kok udah dirumah? Nggak ngantor?" tanya Azka balik. Delom tidak berniat untuk menjawab pertanyaan Azka. Namun beberapa saat kemudian Delon kembali angkat bicara.

"Azka gue boleh nanya nggak?"

"Nanya aja, mau nanya apa?" Jawab Azka mempersilakan.

"Gimana sih rasanya menjalani pernikahan tanpa cinta? Lo kan nikah sama Reya bukan berdasarkan cinta tapi karena lo yang buntingin dia?" Tanya Delon berterus terang, Azka yang terkejut mendengar pertanyaan itu menelan ludahnya mentah-mentah dengan blak-blakan Delon kembali mengungkit masalah kalau dirinya yang menghamili Reya sebelum mereka menikah.

"Kepo banget sih bang." Jawab Azka ketus.

"Tinggal jawab aja apa susahnya sih?" Balas Delon sedikit kesal karena Azka tidak mau berbagi sedikit informasi.

"Hhhmmm gimana ya? Awalnya memang sulit, abang tau sendiri kan gimana Reya yang terluka karena pernikahan ini ditambah lagi kehamilan yang tidak ia inginkan, semua itu mempersulit hubungan kita. Kita memulai pernikahan yang tidak berlandaskan cinta, namun pada akhirnya seiring waktu bersama, kita sepakat untuk menjalin pernikahan yang sesungguhnya yang berlandaskan cinta." Azka menjelaskan.

"Gampang banget kedengarannya." Jawab Delon.

"Kedengarannya gampang, tapi proses untuk mencapai titik kebahagian kita sesungguhnya memerlukan kesakitan yang mendalam. Berulang kali Reya menyerah namun aku mencoba untuk tetap mempertahankannya dan juga pernikahan kita karena bayi yang ada dikandungannya. Sampai aku berada di situasi benar-benar mencintainya namun takdir menyapa pernikahan kita dan meninggalkan luka yang sangat mendalam, kami kehilangan putra pertama kami, Reya kembali menyerah dan aku tidak punya alasan lagi untuk mempertahankannya, namun semua itu teratasi atas keyakinan dan cinta yang besar kami berdua. Pada intinya semuanya perlu proses untuk menuju kebahagiaan yang sempurna."

Azka menceritakan kisah pernikahannya bersama Reya yang tidak banyak orang lain ketahui, mendengar cerita itu Delon sedikit tersentuh, dan bertanya pada dirinya sendiri, bisakah ia seperti Azka? Bertahan meskipun merasakan kesakitan yang mendalam?

"Terus pada akhirnya kalian saling cinta?" Tanya Delon kembali. Azka kemudian mengangguk.

"Kenapa sih bang? Tumben lo nanya masalah pernikahan. Lo mau nikah? Sama siapa? Kenalin ke gue dong." Tanya Azka sangat antusias kepada Delon. Ini adalah pertama kalinya Delon bertanya mengenai pernikahan kepada dirinya.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: May 08, 2020 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

The Last HeartWhere stories live. Discover now